Deteksi Dini Kanker Serviks Akan Menyelamatkan Anda | OTC Digest

Alm. Jupe: "Jangan Takut Melakukan Deteksi Dini Kanker Serviks"

Yuli Rahmawati alias Jupe (alm.) baru mengetahui bahwa ada kanker bersarang di serviks (leher rahim)-nya saat melakukan pemeriksaan untuk proses bayi tabung.  Saat itu tahun 2014, kankernya masih stadium awal 1B. setelah menjalani pengobatan selama +3 bulan, ia dinyatakan sembuh. Ia makin berhati-hati menjaga pola makan, dan memutuskan menjadi vegetarian.

Siapa menyangka, kankernya masih mengintai. Tahun 2016 ia mengeluh susah buang air kecil dan panggulnya terasa nyeri. Ternyata, kankernya sudah berkembang jadi stadium IV, dan menjalar ke berbagai organ tubuh. Jupe akhirnya mengembuskan nafas terakhir tepat seminggu lalu, 10 Juni 2017.

Kanker serviks yang menjadi momok bagi perempuan Indonesia, sebenarnya bisa dicegah. “Dengan deteksi dini, kejadian kanker dapat ditemukan lebih awal sehingga keberhasilan pengobatannya semakin besar,” ujar Kepala Biro Komunikas dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan, drg. Oscar Primadi, MPH, dalam press release yang diterima OTC Digest.

(Baca juga: Perjuangan Jupe dan Upaya Pencegahan Kanker Serviks)

Ada dua pencegahan, primer dan sekunder. “Pencegahan primer dengan vaksinasi HPV, dan sekunder dengan skrining,” ujar Prof. Dr. dr. Andrijono, Sp.OG(K), Ketua Umum HOGI (Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia) dalam sebuah kesempatan. Vaksin HPV melindungi dari infeksi HPV (Human Papilloma Virus), virus penyebab kanker serviks.

Skrining atau deteksi dini bisa dilakukan dengan 3 cara. Yakni inspeksi visual asam asetat (IVA), Pap smear, dan tes DNA HPV. Prof. Andri sangat menyayangkan, program deteksi dini kanker serviks melalui Papsmear maupun inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) belum maksimal. Sejak disosialisasikan tahun 2007 dengan sampai tahun 2016 baru sekitar 1,5 juta perempuan usia 30-50 tahun yang menjalani skrining kanker serviks (bersama kanker payudara) dari target 37 juta perempuan usia 30-50 tahun. Cakupan skrining IVA hanya 3,5% dan papsmear 7,5%. Padahal bila kanker serviks berhasil dideteksi dini pada stasium awal dan segera diobati dengan tepat, kesembuhannya bisa 100%.

Pada metode IVA, asam asetat ditempelkan ke permukaan serviks selama dua menit. Bila ada kelainan, akan tampak gambaran putih di serviks. Bila ditemukan IVA positif, selanjutnya segera dilakukan tindak lanjut dini dengan krioterapi.

(Baca juga: Kanker Mematikan Julia Perez bisa Dicegah

Lakukan pemeriksaan IVA setahun sekali, sejak usia 21 tahun hingga usia 65 tahun. “IVA paling efektif karena mudah dikerjakan,” tegas Prof. Andri.  IVA sudah bisa dilakukan di >3.700 Puskesmas di seluruh Indonesia.

Adapun Pap smear dan tes HPV dilakukan dengan mengambil sampel sel pada permukaan serviks. Pada tes Pap, sampel ini selanjutnya diperiksa di laboratorium untuk dilihat apakah ada sel-sel yang abnormal. Dianjurkan periksa Pap smear sejak usia 21 – 65 tahun, satu hingga tiga tahun sekali. Setelah usia 30 dan hasil tes Pap normal dalam 3x pemeriksaan berturut-turut, maka bisa melakukannya 5 tahun sekali, dikombinasi dengan tes DNA HPV (co-testing).

Tes DNA HPV dimaksudkan untuk melihat keberadaan HPV pada sampel serviks. Pemeriksaan ini dianjurkan bagi perempuan usia 30 tahun ke atas. Dilansir dari www.cancer.org milik American Cancer Society tes DNA HPV tidak dianjurkan bagi usia 20-an karena di usia ini, infeksi HPV lebih mungkin hilang sendiri ketimbang bila terjadi di usia 30 ke atas. Hasil tes jadi tidak signifikan dan malah membingungkan.

(Baca juga: Belajar dari Perjuangan Hidup Julia Perez

Bila hasil Pap smear normal tapi tes HPV positif, maka ada dua pilihan utama: mengulang co-testing (kombinasi Pap smear + tes HPV) setahun kemudian, atau melakukan tes HPV untuk tipe 16 dan 18. Ini adalah dua tipe HPV yang paling serng menyebabkan kanker serviks. Bila hasilnya positif, maka disarankan menjalani pemeriksaan kolposkopi, tapi bila negatif, ulangi co-testing setahun kemudian.

Meski sudah melakukan vaksinasi HPV, skrining sebaiknya tetap dilakukan, bila sudah aktif secara seksual. Jangan takut atau malas periksa. Seperti pernah diungkapkan oleh alm. Jupe, “Ketidaktahuan dan ketakutan membuat penyakit terlambat didiagnosa, sampai  menjadi parah. Jangan takut melakukan deteksi dini. Khusus kanker serviks, pemeriksaan Pap smear hanya sebentar.” (affi-nid)