Yakon, Herbal Penurun Kadar Gula darah | OTC Digest

Yakon, Herbal Penurun Kadar Gula darah

Indonesia menduduki peringkat ke-4, sebagai negara dengan penderita diabetes terbanyak. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, jumlah penyadang diabetes (diabetesi) di Indonesia pada tahun 2003 sebanyak 13,7 juta, diperkirakan pada 2030 jumlahnya meningkat sampai 20,1 juta.

Selain obat dokter, sejumlah tanaman dapat dimanfaatkan sebagai obat antidiabetes. Misalnya saja pare, sambiloto atau brotowali, yang rasanya pahit. Ada tanaman lain yang juga dapat dimanfaatkan, yaitu daun insulin atau daun yakon.

Daun insulin atau yakon (Smallanthus sonchifolia) berasal dari pegunungan Ades, Peru. Secara tradisional masyarakat di Gunung Andes biasa menggunakannya untuk mengobati kencing manis. Tanaman yakon dapat tumbuh lebih dari 2 meter dan bunganya berwarna kuning mirip bunga matahari. Walaupun bukan asli Indonesia, karena khasiatnya, tanaman ini banyak dibudidayakan di berbagai daerah di Indonesia. Kesamaan iklim dan unsur hara tanah, membuat yakon dapat tumbuh subur di Bumi Pertiwi.

Akar/umbi yakon diketahui kaya akan fructooligosaccharides (FOS). Ini tak lain pemanis alami tumbuhan, yang memiliki efek prebiotik (sumber makanan bagi bakteri baik di usus). Journal of Agricultural and Food Chemistry (2003) mencatat kemampuan probiotik mengolah FOS dari umbi yakon, dibandingkan FOS dari sumber lain. Bakteri Lactobacillus acidophilus NRRL-1910, Lactobacillus plantarum NRRL B-4496 dan Bifidobacterium bifidum ATCC 15696 terbukti mampu memfermentasikan umbi yakon.

Selain umbinya, daun yakon memiliki banyak senyawa kimia seperti sonchifolin, uvedalin, enhydrin dan fluctuanin yang berperan sebagai penurun kadar gula darah. Penelitian Yakugaku Zasshi 2006 dari Research Laboratory, Zenyaku Kogyo Co.Ltd., Tokyo, mengidentifikasi bahwa yakon memiliki antioksidan potent berupa 2,3,5-tricaffeoylaltraric acid (TCAA), lebih baik dari catechin, alpha-tocopherol dan ellagic acid.

Yakon juga bermanfaat untuk kesehatan hati (lever). Riset menunjukkan bahwa ekstrak yakon yang dikombinasikan dengan tanaman milk thistle (Silybum marianum), dapat mencegah pembentukan lemak di hati (fatty liver). Milk thistle juga mampu melindungi sel organ lever, dengan cara menghalangi ‘pintu masuk’ racun dan menetralisir racun di sel hati.

Kelebihan lain dari yakon adalah kemampuannya dalam meningkatkan penyerapan vitamin dan mineral dari sumber lain. Yakon memang mengandung sedikit vitamin, tapi kaya akan potasium, kalsium dan fosfor. Secara global, tanaman ini memiliki efek antioksidan, antimikroba, penurun kadar gula darah dan pelindung hati lever.

Dr. Sri Widowati dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Bogor meneliti dan menyimpulkan bahwa Yakon kaya akan insulin. Unit-unitnya mengandung fruktosa yang tidak tercerna oleh enzim pencernaan, tapi bisa difermentasi di usus besar. Yakon memiliki 35% fruktosa bebas dan 25% fruktosa terikat. Inilah yang mencegah penderita DM dari hiperglikemia (gula darah terlampau tinggi).

 

Lansia dan perempuan pramenopause

European Journal of Nutrition 2014 mencatat tentang pengaruh bubuk kering-beku tanaman yakon pada glukosa serum, lemak dan lamanya transit di usus pada lansia (lanjut usia). Sebanyak 72 lansia (rerata usia 67 tahun) selama 9 minggu diberi 7,4 g bubuk yakon setiap hari. Riset menggunakan metode double-blind, placebo-controlled experiment.

Pada awal dan akhir studi dilakukan pengukuran antropometrik, pengambilan sampel darah, analisa klinis dan dilihat diet hariannya. Pemberian 7,4 g bubuk yakon harian selama 9 minggu berhubungan dengan penurunan glukosa serum, tapi tidak signifikan menurunkan lemak / lipid dan berkurangnya waktu transit dalam usus. Tidak menyebabkan perasan kembung, kelebihan gas dan perasaan tidak nyaman dalam perut.

“Bubuk yakon adalah sumber prebiotik yang baik. Konsumsi harian memiliki efek yang baik pada kadar gula darah. Untuk lansia, yakon praktis dan aman digunakan,” papar dr. Ray Sahelian, ahli nutrisi dan suplemen natural dari Thomas Jefferson Medical School, Amerika Serikat. 

Riset lain yang dilakukan oleh Genta S, Cabrera W, dkk., dari Instituto Superior de Investigaciones Biológicas (INSIBIO), Universidad Nacional de Tucumán, Argentina, menunjukkan hubungan positif antara sirup yakon dengan obesitas dan resistensi insulin.  Perempuan yang memasuki masa pramenopause, dengan kondisi obesitas dan sedikit mengalami dislipidemia (kolesterol tinggi), diamati selama 120 hari. Digunakan dua jenis sirup yakon : 0,29 gram dan 0,14 gram/kg berat badan/hari. Rekomendasi sirup yakon agar tidak menimbulkan masalah pencernaan adalah 0,14 gram/kg berat badan/hari.

Pemberian sirup yakon setiap hari signifikan menurunkan berat badan, lingkar pinggang dan indeks massa tubuh. Konsumsi harian sirup daun insulin ini dapat meningkatkan frekuensi buang air besar (BAB) dan sensasi rasa BAB yang tuntas. 

Kadar gula darah puasa tidak terpengaruh dengan pemberian sirup yakon, tapi berpengaruh positif pada level serum LDL kolesterol (kolesterol ‘jahat’) pada perempuan pramenopause yang obes. Studi ini dimuat dalam jurnal ilmiah Clinical Nutrition tahun 2009.

 

Teh daun insulin

Salah satu cara mengonsumsi yakon atau daun insulin adalah dengan membuatnya menjadi semacam teh. Caranya: bersihkan (cuci) 15 lembar daun Insulin kering/segar, kemudian rebus dengan 5 gelas (@ 200 ml) air. Biarkan air rebusan tersebut tersisa menjadi sekitar 3 gelas. Angkat dan saring. Teh daun insulin bisa diminum 2 atau 3 kali sehari secara teratur.   

Jika ingin praktis, di pasaran saat ini sudah ada berbagai produk berbahan daun insulin. Dari yang berupa serbuk kering, teh celup, hingga kapsul. (jie)