Vitamin C yang Aman di Lambung | OTC Digest
vitamin_c_flu_kalsium_askorbat

Vitamin C yang Aman di Lambung

Imlek sudah berlalu, tapi hujan deras masih kerap mengguyur. Saat yang lain sibuk mengembangkan payung, Anda sibuk mengusap hidung. Musim hujan memang bukan musim yang bersahabat bagi saluran pernapasan. Udara yang lembap dan dingin membuat flu lebih lama bertahan di udara luar. Selain itu, udara dingin membuat bagian dalam hidung menjadi kering sehingga mudah ditembus virus flu. Untuk mencegah dan mengobatinya, banyak yang mengonsumsi vitamin C. Meski demikian, pro kontra mengenai keampuhan vitamin C terus berlangsung selama lebih dari 70 tahun.

Sejumlah ilmuwan mencoba menjawab, melalui studi metaanalisis di Inggris dan dipublikasikan tahun 2013. Studi menunjukkan, konsumsi vitamin C sedikitnya 200 mg/hari secara rutin, dapat menurunkan risiko terkena flu sekitar 50% pada orang yang mengalami tekanan fisik berlebih dalam waktu singkat, seperti pelari maraton atau pemain ski. Sayangnya, manfaat yang sama tidak dapat diraih mereka dengan aktivitas biasa-biasa saja. Meski demikian, konsumsi vitamin C bukan tanpa manfaat. Vitamin ini dapat mengurangi keparahan dan lama gejala flu bila dikonsumsi  rutin, dibandingkan dengan orang yang tidak mendapat suplemen vitamin C.

Setiap orang memiliki kebutuhan vitamin C yang bervariasi, bergantung usia, jenis kelamin, dan gaya hidup. “Pria dewasa usia >19 tahun, perlu vitamin C 90 mg/hari. Wanita perlu 75 mg,hari, ditambah 10 mg jika sedang hamil, dan 120 mg/ hari saat menyusui,” jelas dr. Ekky M. Rahardja, MS, Sp.GK,

Tidak seperti kebanyakan hewan, tubuh manusia tidak dapat menghasilkan vitamin C, yang juga dikenal dengan nama asam askorbat. Manusia mendapat vitamin C melalui konsumsi sayur dan buah. Salah satunya jeruk, yang menjadi ikon vitamin C. Dalam sebutir jeruk 130 gram, terkandung vitamin C 70 mg. Vitamin C berlebih akan dikeluarkan oleh tubuh. Berarti, kita perlu mengonsumsi sedikitnya dua buah jeruk sehari.

Bosan makan jeruk? Ada sumber vitamin C lain dengan kandungan yang lebih tinggi dibanding jeruk. Sebut saja: buah kiwi, pepaya, mangga, nanas, dan stroberi, serta sayuran seperti brokoli, kembang kol, cabai, dan paprika. “Pola makan yang sehat dan seimbang, umumnya dapat memenuhi kebutuhan vitamin C tubuh, tanpa perlu tambahan suplemen,” jelasnya. Namun, di masa-masa sulit dan saat tubuh sedang sakit, Anda dengan mudah dapat menemukan suplemen yang mengandung vitamin C.

 

Vitamin C yang ramah di lambung

Masalah dari konsumsi vitamin C secara oral (diminum) yakni rusaknya vitamin saat memasuki saluran pencernaan, sehingga kadar yang diserap tubuh lebih kecil dibanding yang dikonsumsi. Kini, suplemen vitamin C ada yang dikemas bukan sebagai asam askorbat, melainkan dalam bentuk kalsium askorbat, di mana asam askorbat (vitamin C) dikombinasi dengan kalsium. Ditengarai, bentuk vitamin C ini lebih mudah masuk dan diserap tubuh, sehingga jumlah vitamin C yang sampai ke dalam darah, lebih tinggi dibanding suplemen vitamin C biasa.

Kalsium askorbat juga lebih ramah terhadap lambung, sehingga jarang menimbulkan keluhan maag. Keunggulan lainnya, bisa bertahan lebih lama di tubuh, sehingga cukup dikonsumsi 1x sehari. (eva-nid)