Tidak Semua Hepatitis B Perlu Diobati
hepatitis_B

Tidak Semua Hepatitis B Perlu Diobati

Hepatitis B tidak selalu harus langsung diobati. Harus dilihat indikasi dan timing-nya,” ungkap Prof. Dr. dr. Laurentius A. Lesmana, Ph.D, Sp.PD-KGEH, FACP, FACG. Jadi jangan heran bila dokter tidak memberi obat apapun padahal kita terkena penyakit berbahaya. Biasanya, penyakit diobati sedini mungkin, sebelum berkembang menjadi parah. Tapi tidak demikian pada hepatitis B.

“Kerusakan hati tidak disebabkan oleh virus, melainkan oleh reaksi tubuh. Meski kadar virus di dalam tubuh tinggi namun tubuh tidak melawan, maka hati tidak rusak,” jelas Prof. Lesmana. Pada fase ini, penyandang hepatitis B bisa menularkan virus HBV kepada orang lain (infectious), tapi tidak berbahaya bagi hatinya sendiri.

Kerusakan pada hati mulai terjadi ketika tubuh berusaha menghilangkan virus. “Karenanya perlu waspada bila kadar virus turun namun ALT naik; itu berarti tubuh sudah mulai melawan, namun tidak cukup kuat. Inilah saat yang terbaik untuk memulai pengobatan; kita bantu tubuh melawan virus,” tuturnya.

Virus hepatitis B memang unik. Ia berkembang di sel-sel hati, tapi tidak merusaknya. Justru, kerusakan terjadi akibat tubuh berusaha melawan virus. Bila diibaratkan, virus ini seperti penyusup yang masuk ke rumah kita. Dia berinteraksi dengan penghuni rumah, tanpa membahayakan kita. Namun begitu satpam (sistem imun) menyadari ada penyusup di rumah kita, satpam berusaha mengusirnya dengan cara yang kasar dan merusak rumah kita. Seperti halnya bakteri di usus. mereka hidup dan berkembang biak, tapi tidak menimbulkan penyakit.

“Selama virus tidak menyebabkan sakit, biarkan saja. Jadi yang belum perlu diobati, hanya perlu monitoring,” ujar Prof. Dr. dr. Rino Alvani, Sp.PD, KGEH, FINASIM. Tiap 6 bulan atau 1 tahun dilakukan pemeriksaan ALT, USG hati, dan fibroscan. Saat mulai terjadi kerusakan hati, barulah pengobatan dilakukan, untuk menekan jumlah virus sehingga tubuh terbantu untuk membasminya.

Prof. Rino menegaskan, “Jangan mencari pengobatan sendiri atau menggunakan obat padahal tidak ada kerusakan.” Menggunakan obat yang tidak tepat waktu justru akan membuat virus menjadi resisten (kebal) terhadap obat-obatan. Akhirnya ketika pengobatan diperlukan, obat yang tersedia tidak lagi bisa digunakan. “Pengobatan harus dengan panduan dokter, agar diberikan di saat yang tepat,” tandasnya.

 

Pentingnya vaksinasi

Idealnya, cegah hepatitis B dari awal, dengan vaksinasi. Vaksin hepatitis B pada anak sudah ditetapkan jadi program nasional sejak 1997. Pada anak, imunisasi dilakukan segera setelah bayi lahir, lau diulang lagi pada usia 2, 3, dan 4 bulan.

Untuk dewasa dan mereka yang lahir sebelum 1997, vaksinasi harus dilakukan secara mandiri. Namun biaya vaksinasi jauh lebih sedikit ketimbang biaya pengobatan dan derita bila sampai terkena hepatitis B. Belum lagi tekanan sosial dan pekerjaan. “Masih banyak perusahaan yang menolak calon pegawai dengan hepatitis,” ujar Prof. Lesmana. Hal ini masih sering terjadi, meski telah ada aturan pelarangan diskriminasi terhadap pasien hepatitis B dan C. (nid)

_____________________________________________

Ilustrasi: Woman photo created by freepik - www.freepik.com