Ternyata Orang Gemuk Lebih Berbahaya Jika Terserang DBD | OTC Digest

Ternyata Orang Gemuk Lebih Berbahaya Jika Terserang DBD

Saat ini demam berdarah dengue (DBD) tidak lagi mengenal musim, baik musim penghujan atau kemarau, risiko mengalami demam berdarah tetap tinggi. Ternyata mereka yang memiliki berat badan berlebih, alias gemuk, lebih parah jika terserang DBD.

"Pada orang gemuk, jumlah total air di dalam tubuh (total body water/TBW) relatif sedikit. Kalau terjadi kebocoran plasma akan langsung berdampak," ujar  Dr. dr. Leonard Nainggolan, SpPD-KPTI dari RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

Cairan dalam tubuh digunakan pada banyak lini. Cairan yang terkandung di antara sel, disebut cairan intraselular, terlibat dalam proses metabolik menghasilkan energi yang berasal dari nutrien-nutrien dalam cairan tubuh.

Cairan ekstraselular, atau berada di luar sel, berperan mempertahankan sistem sirkulasi, mensuplai nutrisi ke dalam sel dan membuang zat racun. Termasuk dalam cairan ini adalah plasma darah, yang adalah 55% dari total volume darah. Plasma darah terdiri dari 91% air, 7% protein darah dan 2% campuran antara nutrisi (asam amino, gula lemak), hormon dan elektrolit (natrium, kalium, kalsium, dll).

Orang gemuk memiliki lebih banyak lemak dalam tubuh. Lemak kadar airnya lebih rendah, sehingga persentase TBW akan lebih rendah pada mereka yang obesitas. Jumlah air yang kurang dalam tubuh, dapat memunculkan keluhan sakit kepala, migrain dan lainnya.

Menurut dr. Leonard, pasien DBD mengalami kebocoran plasma yang mengandung air, gula dan elektrolit, dari pembuluh darah ke jaringan sekitarnya. Bila kebocoran tidak diatasi, dapat menimbulkan gejala penyakit ringan, berat hingga kematian.

Pada orang gemuk, apalagi obesitas, cairan dalam tubuh lebih sedikit lagi. Progresifitas perjalanan penyakit DBD  menjadi lebih berat. “Kalau darah pekat, aliran melambat, suplai darah ke organ berkurang, bisa menyebabkan kematian organ/ jaringan,” kata dr. Leonard.

DBD berbahaya karena kerap tidak disertai gejala, seperti demam mendadak tinggi dalam waktu 1-3 hari diikuti sakit kepala, nyeri di belakang mata, nyeri otot dan tulang atau timbul bercak merah di kulit.

Untuk memastikan kena DBD, perlu dilakukan tes trombosit, hematokrit, dll. Semakin rendah jumlah trombosit (≤ 100.000/ul) menunjukkan semakin lebar kebocoran pembuluh darah. Dan semakin tinggi persentase hematrokit (normal perempuan: 35-47 %, laki-laki : 40-52 %), artinya darah semakin kental. 

Penanganan DBD pada mereka yang gemuk / obes, tidak berbeda dengan yang non-obes. “Karena yang keluar adalah cairan, obatnya adalah air,” ujar dr. Leonard.

Jika dicurigai DBD, pasien segera beri minuman yang mengandug elektrolit dan glukosa, bukan air biasa, untuk mempermudah penyerapan di usus. “Tidak harus oralit, teh manis dan garam pun bisa.  Sebanyak mungkin, semampunya minum,” katanya. (jie)