Stanol, Zat Penurun Kolesterol dari Kulit Pinus | OTC Digest
stanol_kulit_pinus_kolesterol

Stanol, Zat Penurun Kolesterol dari Kulit Pinus

Pernah jalan-jalan ke hutan pinus, atau ke lokasi yang banyak pohon pinusnya? Akan tercium bau harum dan napas terasa lega.  Pohon pinus (Pinus merkusii) yang tingginya bisa lebih dari 20 m, ternyata mengandung senyawa fitokimia yang sangat bermanfaat bagi kesehatan. Fitokimia diproduksi oleh pohon pinus, agar terlindung dari radiasi sinar matahari dan mikroba pengganggu.

Ekstrak kulit pinus merupakan antioksidan tinggi, mengandung oligomer proantyjanidyny (OPC) yang kekuatannya mirip dengan vitamin C, E dan koenzim Q10. Penelitian menunjukkan, senyawa ini mempunyai sifat antiradikal bebas, yang dapat mencegah kerusakan jaringan tubuh dan menunda penuaan.

Kandungan lainnya, stanol, merupakan komponen mirip kolesterol dalam tubuh manusia. Awal tahun 1950-an, lewat observasi diketahui bahwa stanol pada hewan dapat  mengurangi serum kolesterol. Sejak itu penelitian banyak dilakukan terhadap manfaat stanol ester, untuk membantu menurunkan LDL (low density lipoprotein – kolesterol “jahat“) dan  menjaga kadar kolesterol dalam darah.

(Baca juga: Khasiat Kulit Pinus, Cegah Hipertensi dan Gagal Jantung)

Sebuah edisi American Journal of Clinical Nutrition mencatat penelitian dengan 93 responden, yang dikelompokkan pada suplementasi stanol ester 0,3,6 dan 9 gram/hari. Hasilnya diperoleh rerata kadar LDL turun sebanyak 17,4%, pada kelompok yang diberi 9 gram stanol. Prof. Emeritus Gilbert Thompson dari Imperial Collage, London, mengatakan, “Ketika kolesterol naik 1%, risiko penyakit kardiovaskular meningkat 2%. Menurunkan kolesterol LDL, penting untuk menurunkan risiko penyakit jantung. Stanol ester adalah cara yang baik untuk menurunkan LDL.”

Penelitian lain dilakukan Aristotelian University in Thessaloniki, Yunani, mencakup 150 responden dengan kadar kolesterol di atas normal. Risiko penyakit kardiovaskular menurun antara 24-13% setelah diet Mediteranian – diet untuk kesehatan jantung - dalam 4 bulan. Ada pun kelompok pembanding, yang hanya diberi stanol ester, kadar LDL turun 26-30% setelah 1 bulan. “Stanol ester yang ditambahkan dalam makanan, tampaknya menjadi pilihan untuk menurunkan risiko penyakit kardiovaskular, terutama pada mereka yang tidak melakukan diet Mediteranian,” ujar Kepala Penelitan Prof. Athyros.

Febbyasi Megawaty, SSi, Apt., Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Medika BSD, mengatakan stanol lebih bermanfaat dalam bentuk ester (senyawa yang tebentuk dari penggantian atom hidrogen) daripada dalam bentuk bebas. Stanol perlu diesterifikasi dengan asam lemak, untuk menjadi stanol ester.  “Esterifikasi menyebabkan stanol lebih mudah larut dalam lemak; kelarutannya 10 kali lebih besar dibandingkan stanol bebas, hingga memudahkan perjalanannya menuju usus halus,” ia menerangkan.

Pohon pinus. Ilustrasi: Pixabay

Stanol ester menurunkan kadar kolesterol LDL dalam darah, dengan menghalangi penyerapan kolesterol dari makanan dan eksresi / pengeluaran kolesterol dari empedu ke saluran cerna. Selain konsentrasi LDL, trigliserid dan total kolesterol dalam darah juga dihambat penyerapannya. Mekanisme kerja stanol ester berbeda dengan obat penurun kolesterol seperti statin, yang bekerja dengan menghambat sintesis kolesterol. Stanol ester bekerja dengan mekanisme kompetisi, namun keduanya dapat bersinergi untuk menurunkan kadar kolesterol.

“Stanol ester di usus akan dipecah menjadi stanol bebas. Ia akan berkompetisi dan menggantikan posisi kolesterol.  Stanol memiliki affinitas (kemampuan bergabung dengan senyawa lain) yang lebih tinggi pada micelle (molekul lemak) daripada kolesterol. Sehingga, kolesterol lebih sulit bergabung dalam micelle. Dengan demikian, kolesterol yang terserap oleh usus sedikit dan pembentukan LDL terhambat,” terang Febby.

Stanol ester dapat dikonsumsi sebagai bagian dari diet seimbang, untuk menurunkan kadar kolesterol darah. Berdasarkan ketentuan Europe - EC Directive 608/2004, konsumsi maksimal stanol ester adalah 3,4 gram/hari. Dan, “Tidak boleh dikonsumsi ibu hamil dan menyusui, serta anak di bawah usia 5 tahun,“ papar Febby. Selain pada kulit pinus, stanol  terdapat pada tomat, pisang, wortel, kacang tanah dan minyak zaitun.(jie)