Selenium Hambat HIV | OTC Digest

Selenium Hambat HIV

HIV (human immunodeficiency virus) sampai saat ini belum bisa disembuhkan. Harapan hidup pengidap HIV tergantung bagaimana ia mempertahankan daya tahan tubuhnya.  Penelitian terbaru membuktikan mengonsumsi suplemen selenium dapat memperlambat replikasi HIV.

Dr. Barry E. Hurwitz, peneliti dari Miami University di Florida, Amerika Serikat melakukan percobaan pada 262 pasien HIV. Secara acak, mereka mendapatkan suplemen selenium 200 mikrogram atau placebo (obat kosong) tiap hari, selama 9 bulan. Banyaknya HIV dalam darah (viral load) dan sel T CD4 (yang mengindikasikan seberapa kuatnya sistem imun) dimonitor selama 9 bulan.

174 partisipan dapat menyelesaikan program. Dari jumlah tersebut, mereka yang mengonsumsi selenium tiap hari, dibandingkan yang mendapat placebo, memiliki viral load lebih rendah, dan jumlah sel T CD4 lebih banyak.

Selenium (banyak terdapat di ikan, telur, daging, sereal, kacang) diketahui dapat menghambat replikasi HIV. Dalam penelitian lain diketahui, selenium bergabung dengan protein dalam bentuk asam amino, yang disebut selenoprotein. Zat ini mengurangi tekanan yang disebabkan oleh infeksi, dan memperlambat penyebaran infeksi.

Pada tahap pertama infeksi, HIV memroduksi berbagai protein yang memicu pengeluaran gen lain yang dibutuhkan virus untuk menopang dirinya. Salah satunya tat, yang juga membantu replikasi virus. Diyakini, tat mengincar dan menurunkan selenoprotein saat virus mulai menginfeksi.

Untuk itu, peneliti berusaha meningkatkan selenoprotein di tubuh. Peneliti mengisolasi sel darah dari individu tanpa HIV, lalu menginfeksinya dengan HIV. Kemudian ditambahkan sejumlah kecil selenium ke kultur (biakan) sel.

Hasilnya menunjukkan, penambahan selenium menghambat replikasi HIV sampai setidaknya 10 kali lipat, dibandingkan kultur sel yang tidak ditambahkan selenium. Ketika mereka mengurangi produksi selenoprotein, ditemukan terjadi peningkatan replikasi virus 3,5 kali lipat.

Kemungkinan, selenoprotein bekerja dengan merusak struktur kimia tat, yang pada akhirnya mengurangi kemapuan virus bereplikasi. Jika fungsi selenium telah dimengerti sepenuhnya, obat yang lebih efektif untuk HIV bisa diciptakan. (nid-jie)