Riset: Obesitas Menaikkan Risiko Disabilitas pada Usia Lanjut

Riset: Obesitas Menaikkan Risiko Disabilitas pada Usia Lanjut

Cahya Utamie Pujilestari, Umeå University dan Nawi Ng, Umeå University

Tulisan ini merupakan bagian dari rangkaian artikel untuk memperingati Hari Disabilitas Internasional yang jatuh pada tanggal 3 Desember.


Peneliti sudah lama berusaha mencari hubungan antara obesitas dan risiko disabilitas. Beberapa penelitian di negara lain seperti Spanyol , Amerika Serikat, dan Brasil menunjukkan bahwa besarnya lingkar pinggang dapat memperbesar risiko seseorang menjadi penyandang disabilitas.

Penelitian terbaru kami menunjukkan bahwa orang yang gemuk memiliki risiko lebih besar menjadi penyandang disabilitas ketika mereka lanjut usia.

Temuan riset yang baru saja diterbitkan di jurnal kesehatan internasional Obesity Research & Clinical Practice ini berasal dari studi atas 11.753 orang tua berusia 50 tahun ke atas di Purworejo, Jawa Tengah.

Tentang riset

Pada 2007, kami dan tim peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Badan Kesehatan Dunia (WHO), dan Umeå University di Swedia mengumpulkan data tentang tingkat obesitas 11.753 responden dengan cara mengukur besar lingkar pinggang mereka. Berdasarkan standar WHO, seorang laki-laki dinyatakan obesitas ketika lingkar pinggangnya lebih dari 90 sentimeter, sedangkan untuk perempuan lebih dari 80 cm.

Pada tahun tersebut, kami juga mengukur tingkat disabilitas masing-masing responden dengan menggunakan kuisioner yang dikembangkan oleh WHO.

Pertanyaan-pertanyaan pada kuisioner tersebut mengukur kesulitan yang dialami dalam 30 hari terakhir, untuk melakukan aktivitas sehari-hari seperti mobilitas, perawatan diri, komunikasi, interaksi dengan orang sekitar, dan partisipasi di tengah-tengah masyarakat.

Contoh pertanyaan yang diberikan seperti: “Secara keseluruhan dalam 30 hari terakhir, seberapa berat kesulitan yang Anda alami dengan perawatan diri, misalnya mandi atau berpakaian sendiri?”. Respons terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut dijumlahkan dan lalu diberi skala mulai dari 0 hingga 100. Skala 0 menunjukkan tidak ada disabilitas dan 100 mewakili disabilitas penuh atau ekstrim.

Selain itu, kami juga mengumpulkan informasi terkait latar belakang sosial, tingkat sosial-ekonomi, dan kondisi penyakit kronis.

Pada 2010, kami kembali mendatangi responden yang sama lalu mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sama dan mengukur besar lingkar pinggang mereka. Kami mendapatkan kembali data dari 8.089 responden (sebagian dari mereka sudah meninggal).

Setelah membandingkan data tahun 2007 dengan 2010, kami menemukan bahwa responden yang gemuk, yang mengalami peningkatan lingkar pinggang, memiliki risiko lebih besar untuk menjadi penyandang disabilitas.

Kondisi ekonomi

Temuan kami juga menunjukkan bahwa disabilitas lebih rentan diderita oleh responden dengan tingkat sosial-ekonomi rendah.

Temuan ini mendukung penelitian kami sebelumnya yang menunjukkan hubungan antara obesitas dan risiko kesehatan dan kematian pada usia lanjut dipengaruhi oleh latar belakang sosial-ekonomi orang tersebut.

Penelitian kami tersebut menunjukkan bahwa walaupun masalah obesitas perut lebih lekat dialami oleh mereka yang hidup makmur, masalah kesehatan dan kematian akibat obesitas perut lebih banyak terjadi di kalangan penduduk miskin.

Temuan ini memperkaya riset-riset sebelumnya tentang obesitas.

Studi sebelumnya memang menunjukkan angka obesitas lebih banyak dialami oleh mereka dengan tingkat sosial-ekonomi tinggi. Meskipun demikian, penelitian lain yang menganalisis data dari kehidupan rumah tangga Indonesia atau Indonesian Family Life Survey pada 2017 menunjukkan bahwa kasus obesitas di Indonesia juga meningkat pada masyarakat dengan tingkat sosial-ekonomi rendah.

Apa yang bisa dilakukan?

Dalam satu dekade terakhir, semakin banyak orang gemuk di Indonesia. Di Indonesia, dari tahun 1993 hingga 2007 angka obesitas telah meningkat dari 14% menjadi 31% pada perempuan dan dari 8,5% menjadi 17% pada laki-laki berusia 45 tahun ke atas.

Berdasarkan temuan penelitian kami, angka tersebut bisa meningkatkan jumlah penyandang disabilitas pada kelompok lanjut usia. Sayangnya belum ada data yang akurat tentang jumlah penyandang disabilitas pada kelompok umur manula.

Hasil temuan kami juga merekomendasikan perlunya strategi yang berbeda dalam mengatasi obesitas dan disabilitas pada tiap tingkat sosial-ekonomi.

Untuk masyarakat dengan sosial-ekonomi menengah ke atas, strategi promosi kesehatan sebaiknya berfokus pada pengurangan lingkar pinggang untuk mengurangi tingkat disabilitas.

Sementara itu bagi masyarakat dengan sosial-ekonomi menengah ke bawah, mempertahankan asupan gizi yang cukup mungkin lebih penting untuk mencegah disabilitas. Strategi khusus seperti konsultasi gizi, untuk memastikan asupan nutrisi yang memadai, juga harus diberikan untuk mencegah kejadian kekurangan gizi pada kelompok dengan sosial-ekonomi menengah ke bawah.

Selain menjaga berat badan, kita juga sangat perlu menjaga lingkar pinggang kita. Besarnya lingkar pinggang menunjukkan penumpukan lemak di dalam perut yang dapat menyebabkan gangguan metabolisme.

Gangguan metabolisme inilah yang selanjutnya dapat menyebabkan timbulnya penyakit-penyakit kronis seperti diabetes dan jantung.

The Conversation

Cahya Utamie Pujilestari, Postgraduate researcher of Epidemiology and Global Health, Umeå University dan Nawi Ng, Professor of Epidemiology and Global Health, Umeå University

Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.

___________________________________________

Ilustrasi: Abstract photo created by freepic.diller - www.freepik.com