Radioterapi, Luar dan Dalam | OTC Digest

Radioterapi, Luar dan Dalam

Secara garis besar, ada dua macam radioterapi; yang dilakukan dari luar (eksterna), dan yang dari dalam (interna). “Jika  diperlukan dosis tinggi, harus interna. Menggunakan dosis tinggi pada sinar luar akan merusak banyak jaringan,” jelas dr. Fielda Djuita, Sp.Rad (K) Onk.Rad dari RS Kanker Dharmais, Jakarta. Jangkauan radiasi interna hanya 2 cm, sehingga jaringan sehat di sekitar kanker lebih aman.

Radiasi eksterna dilakukan dengan berobat jalan, dan tidak perlu pembiusan (anestesi) saat prosedur. Sebelum terapi, terlebih dulu dibuat rancangan untuk menentukan arah sinar dan dosisnya. Hasil CT scan dan gambar yang dibuat di tubuh pasien diolah dengan komputer, lalu ahli fisika membuat rencana dosis. Setelah itu bagian radiasi merancang arah sinar agar hanya mengenai target, tidak mengenai jaringan normal.

Untuk melindungi organ dan jaringan tubuh yang sehat, dibuat pelindung (shield) yang disesuaikan untuk tiap orang. Dibuat penanda agar sinar masuk dengan tepat.

Radioterapi tidak menyakitkan, seperti rontgent. Cukup berbaring pada meja radiasi, lalu “tangan” mesin akan mengeluarkan sinar yang bisa berputar, mengikuti posisi kanker yang harus diradiasi.

Adapun pada radiasi internal (brakiterapi), “Pasien dibius untuk memasang aplikator (alat untuk mengantarkan zat radiasi).” Implan berisi zat radiasi dimasukkan ke tubuh melalui aplikator. Implan bisa ditempatkan selamanya atau hanya sementara (beberapa menit/jam/hari). Aplikator diletakkan sampai terapi selesai, hingga implan dikeluarkan lagi di akhir sesi radiasi. Radiasi interna umumnya dibarengi radiasi eksterna, tapi ada juga yang hanya interna.

 

Bantal baji

Dr. Fielda pernah masuk ke ‘100 Wanita Paling Berpengaruh’ versi majalah Kartini, karena bantal baji ciptaannya. “Bantal ini untuk menekan perut, pada pasien yang menjalani radioterapi di bagian perut bawah,” terangnya. Perut ditekan agar usus halus “pindah” sehingga tidak terkena radiasi, yang bisa menyebabkan diare. Saat terapi, pasien tidur telungkup dengan bantal menekan perut bawah.

Ide membuat bantal baji tercetus setelah dr. Fielda mengikuti fellowship di Jepang, “Di sana menggunakan bantal berbentuk piramid dari kayu yang keras sehingga menyakitkan.” Tahun 1997, ia membuat bantal yang agak melengkung. “Rangkanya dari kayu, tapi dilapisi busa sehingga tidak menyakitkan,” imbuhnya. Bantal ini efektif mengurangi risiko usus halus terkena radiasi, berdasarkan penelitian oleh mahasiswa fisika S1. (nid)