Probiotik, Harapan bagi Penderita Parkinson

Probiotik, Harapan bagi Penderita Parkinson

Parkinson merupakan penyakiti akibat degenerasi sel saraf secara bertahap di otak tengah, yang berfungsi mengatur gerak tubuh. Gejala khas berupa tremor dan kaku/lemah pada sebagian tubuh. Terjadi penurunan dopamin (senyawa penghantar sinyal antarsel saraf) yang menyebabkan degenerasi sel saraf. Sebabnya belum diketahui.  Sampai saat ini belum ada obatnya. Pengobatan hanya untuk  meringankan gejala.

Studi pada hewan yang dilakukan peneliti dari California Institute of Technology, Amerika Serikat, menduga penyakit otak ini disebabkan bakteri dalam usus. Peneliti menggunakan tikus yang secara genetik diprogram sehingga memproduksi protein alpha-synuclein jumlah besar. Kondisi ini menyebabkan kerusakan otak seperti pada kondisi parkinson.

Hanya tikus dengan bakteri tertentu dalam usus, yang menunjukkan gejala-gejala parkinson. Tes lebih lanjut menunjukkan, transplantasi bakteri dari penderita parkinson ke tikus memberi gejala yang lebih banyak/berat, dibanding transplantasi bakteri dari orang sehat.

Dr. Timothy Sampson, peneliti, mengatakan, “Tikus-tikus itu identik secara genetis. Pembedanya adalah ada tidaknya mikrobiota di usus. Kami yakin, bakteri usus mengatur bahkan dibutuhkan untuk menghasilkan gejala-gejala penyakit parkinson.”

Ilmuan percaya, bakteri melepaskan senyawa kimia yang merangsang bagian tertentu di otak menjadi lebih aktif, sayangnya ini justru merusak. Bakteri dapat ‘memecah’ serat menjadi asam lemak rantai pendek. Ketidakseimbangan asam lemak ini memicu sistem imun di otak, yang menyebabkan kerusakan.

Penemuan ini membuka paradigma baru penyebab penyakit parkinson. Studi ini masih perlu dilakukan lebih lanjut. Peneliti berharap, obat-obatan yang menyasar kesehatan saluran cerna (semacam probiotik), bisa menjadi terapi baru bagi penderita parkinson. Riset ini dimuat dalam the Journal Cell, 1 Desember 2016. (jie)