Probiotik Dapat Membantu Anak Autis, Menyehatkan Usus Saraf dan Otak | OTC Digest

Probiotik Dapat Membantu Anak Autis, Menyehatkan Usus Saraf dan Otak

Probiotik dapat membantu anak autis, membantu kesehatan usus, saraf dan otak. Apa yang terjadi di perut akan memengaruhi otak. Sebaliknya; bila pikiran terganggu perut ikut ‘kusut’. Kita bisa mendadak mulas saat tegang. Keterkaitan otak dan usus dikenal sebagai teori gut-brain axis. Semua organ termasuk organ saluran cerna, diatur oleh saraf pusat (otak). Saat kita cemas/tegang, otak akan memicu keluarnya zat-zat tertentu yang dapat menimbulkan reaksi pada saluran cerna. Sebaliknya, saluran cerna yang tidak sehat dapat mengganggu kondisi otak.

Berbagai studi menunjukkan, bakteri penghuni usus berperan dalam gut-brain axis. Bila  pertumbuhan bakteri yang berpotensi merugikan (bersifat patogen) berlebihan, populasi bakteri bermanfaat tertekan sehingga keseimbangan mikroflora usus terganggu. Muncul gejala seperti kembung dan radang pada permukaan mukosal usus (lapisan sel-sel epitel yang berfungsi sebagai barrier di antara saluran pencernaan dan aliran darah).

Radang kronis pada lapisan mukosa usus dapat merusak barrier usus, sehingga terbentuk rongga cukup besar di antara sel-sel epitel dinding usus. Terjadi leaky gut (kebocoran usus), membuat material asing seperti racun dan nutrisi yang belum diolah sempurna, bocor ke aliran darah. Zat-zat tersebut dapat  sampai ke otak, menyebabkan radang dan menimbulkan berbagai gangguan neuropsikologis.

Hal ini kerap terjadi pada anak dengan ASD (autism spectrum disorder). Keseimbangan mikroflora usus mereka sering terganggu; kerap ditemukan pertumbuhan berlebih flora patogen seperti bakteri Clostridium atau jamur Candida. Racun yang dihasilkan Clostridium bisa menghancurkan dinding usus sehingga terjadi leaky gut, yang bersifat toksik/beracun pada saraf. Peradangan di otak akibat toksin, bisa berkembang menjadi gangguan saraf dan psikologis. Muncul gejala autisme atau pemburukan gejala autisme seperti sulit konsentrasi, cepat marah/tantrum, mudah lupa dan lain-lain.

 

IBS hingga CFS

Terganggunya keseimbangan flora usus, dapat memunculkan berbagai masalah di saluran cerna. Salah satunya sindrom usus iritatif atau irritable bowel syndrome (IBS), yakni  kelainan usus fungsional yang ditandai nyeri perut kronis, kembung dan berubahnya pola buang air besar (BAB) seperti diare atau sembelit. Ditengarai, IBS terkait dengan ASD.

IBS yang dialami sekitar 7-17% populasi, belum diketahui pasti penyebabnya; diduga berhubungan dengan perubahan flora usus. Banyak penderita IBS mengalami ketidakseimbangan flora usus, di mana bakteri yang memroduksi gas tumbuh berlebihan. Sebuah studi mengungkapkan, penderita IBS memiliki konsentrasi probiotik Bifidobacteria dan Lactobacilli lebih rendah dibanding kelompok kontrol (orang sehat).

IBS jarang menimbulkan kondisi serius, tapi dapat menurunkan kualitas hidup. Orang dengan IBS  kerap mengalami nyeri kronik, kelelahan dan  gangguan fungsi kognitif. Studi menemukan, pasien IBS mengalami penurunan IQ verbal (kemampuan menyebutkan kembali kata-kata). Penurunan terlihat saat dibandingkan dengan kelompok kontrol yang sehat, dan nilai IQ verbal pasien sebelum mengalami IBS. Depresi dan ansietas (kecemasan) terlihat pada 94% pasien IBS.

Masalah pada usus juga terlihat pada sindrom kelelahan kronis atau CFS (chronic fatigue syndrome). Ini adalah kondisi kelelahan tak berkesudahan, disertai berbagai gejala seperti gangguan kognitif, gangguan tidur, gejala emosional (ansietas dan depresi), sakit kepala, kelelahan, serta nyeri otot dan persendian. Pasien CFS cenderung melaporkan diagnosa IBS, dan sekitar separuh dari pasien CFS memiliki kriteria IBS. Seperti penderita IBS, pasien CFS memiliki kadar Bifidobacteria yang rendah.

 

Peranan probiotik

Definisi Organisasi Kesehatan dunia WHO, probiotik adalah mikroorganisme hidup yang bila dikonsumsi dalam jumlah cukup, memberi manfaat kesehatan. Di saluran cerna, probiotik menghambat perlekatan bakteri patogen di dinding usus, meningkatkan fungsi barrier epitel usus, dan memperbaiki imunitas saluran cerna, sehingga bermanfaat untuk menjaga kesehatan saluran cerna dan menyeimbangkan flora usus. Khusus dalam pengobatan IBS, probiotik dapat menekan peradangan akibat IBS.

Manfaat probiotik bagi penderita IBS banyak diteliti. Salah satunya oleh Barrett JS, dkk (2008). Sebanyak 18 pasien IBS mengonsumsi minuman probiotik berupa susu fermentasi yang mengandung L. casei Shirota strain selama 6 minggu (dosis 1 x 65 ml/hari). Hasilnya, 9 dari 14 pasien yang menyelesaikan studi memiliki perbaikan ERBHAL(early rise in breath hydrogen with lactulose). ERBHAL adalah tes nafas, yang digunakan untuk mengindikasikan pertumbuhan bakteri usus halus berlebihan (small intestinal bacterial overgrowth /SIBO), yang merupakan ciri IBS. Turunnya nilai SIBO berhubungan dengan berkurangnya gejala/keluhan IBS.

Penelitian A. Venket Rao, dkk (2009) menemukan manfaat probiotik pada CFS, yang hingga kini belum ada obatnya. Sejauh ini pengobatan hanya untuk mengatasi gejala seperti nyeri, gangguan tidur dan keluhan lain. Penelitian melibatkan 39 pasien CFS (35 menyelesaikan studi) usia 18-65 tahun. Mereka dipilih secara acak untuk mendapat probiotik (L. Casei Shirota strain) atau plasebo (obat kosong), 3x sehari selama 8 minggu. Sebelum dan sesudah intervensi probiotik atau plasebo, kondisi depresi dan ansietas dievaluasi menggunakan BDI (Beck Depression Inventory) dan  BAI (Beck Anxiety Inventory). Feses juga dievaluasi sebelum dan sesudah intervensi, untuk mengetahui jumlah bakteri aerob, anaerob, Lactobacillus dan Bifidobacteria.

Hasilnya, kelompok yang mendapat probiotik memiliki peningkatan Bifidobacteria dan Lactobacillus yang signifikan, dibanding kelompok plasebo. Berdasar BAI, gejala ansietas pada kelompok probiotik turun signifikan dibanding kelopok plasebo.

Pada kasus autisme/ASD, manfaat probiotik terlihat dari cara kerjanya yang menekan pertumbuhan bakteri patogen, serta kemampuannya menghasilkan enzim khusus yang dapat ‘menambal’ kebocoran usus. Umumnya, probiotik diproduksi dari susu fermentasi, sedangkan banyak penyandang autis yang sensitif terhadap kasein (protein susu). Penting memilih probiotik yang diproses secara ilmiah sehingga kandungan dan jumlah bakteri bermanfaat di dalamnya telah teruji dan terjamin. Minuman probiotik Yakult tidak mengandung kasein, karena protein tersebut telah dihidrolisis oleh bakteri L. Casei Shirota strain menjadi asam glutamat. (nid)