Pengobatan untuk Hepatitis B dan C Berbeda
pengobatan_hepatitis_B_C

Pengobatan untuk Hepatitis B dan C Berbeda

Pengobatan hepatitis B maupun C memerlukan pemeriksaan lengkap terlebih dulu. Kondisi penderita, virus yang menginfeksi, dan kondisi hati harus diketahui. “Segala pemeriksaan penting agar dokter bisa memberi terapi yang tepat, serta nasihat bagi pasien dan keluarganya agar bisa mengantisipasi kemungkinan yang bisa terjadi di kemudian hari,” papar Prof. Dr. dr. Rino Alvani, Sp.PD, KGEH, FINASIM.

Untuk hepatitis B, diperlukan pemeriksaan aktivitas virus (HBeAg), kadar virus (HBV-DNA). Juga tahap perkembangan penyakit dan kondisi hati (apakah sudah ada kerusakan), dengan pemeriksaan ALT. Uji fungsi hati dilihat dari darah. Dilakukan fibroscan untuk kekenyalan hati, serta USG untuk melihat tekanan pembuluh darah hati, dan apakah sudah ada komplikasi lanjut seperti kanker.

Baca juga: Diskriminasi Pasien Hepatitis B dan C Tidak Beralasan

Adapun HCV, pemeriksaannya meliputi kadar virus (HCV-RNA), genotipe/jenis virusnya (1, 2, 3 dan 4), tahap perkembangan penyakit dan kerusakan hati (pemeriksaan ALT). Juga dilakukan uji fungsi hati, fibroscan dan USG.

Bila dalam keluarga ada yang didiagnosis hepatitis B atau C, maka seluruh anggota keluarga lain harus diperiksa. Bukan karena ini penyakit keturunan, melainkan bisa menular di dalam keluarga. “Mereka yang belum terinfeksi HBV, dianjurkan segera melakukan vaksinasi, yang memberikan perlindungan >95%,” tegas Prof. Rino.

Baca juga: Vaksinasi Hepatitis B untuk Ibu

Untuk hepatitis C sayangnya hingga kini belum ada vaksinnya. Namun upaya pencegahan bisa menurunkan risiko infeksi. Misalnya skrining pada donor darah, selalu menggunakan jarum suntik steril, dan lain-lain.

Pengobatan untuk hepatitis B ada dua macam: dengan obat suntik (PEG interferon) dan obat antivirus oral seperti entecavir. Pengobatan tidak untuk menyembuhkan infeksi 100%, melainkan untuk menekan HBV DNA. Pengobatan bisa memperlambat progresi sirosis, menurunkan insiden kanker hati, serta memperbaiki kesintasan (survival) jangka panjang.

Baca juga: Hepatitis B, Penyakit Hati yang Diam-Diam Menghanyutkan

Hepatitis C, pengobatannya sudah mengalami kemajuan sangat pesat. Dulu, penyakit ini diobati dengan kombinasi injeksi PEG interferon dan ribarivin. Pemberiannya bisa selama 48 minggu atau 1 tahun untuk tipe 1 dan 4, dan 6 bulan untuk tipe 2-3. Namun, angka keberhasilannya relatif rendah. Dengan penemuan obat DAA (direct-acting antiviral), pengobatan cukup dengan obat minum (oral), virus bisa dibasmi hampir 100%, dan efek sampingnya minimal. India telah menciptakan DAA dengan harga sangat murah, dan ini bisa diakses oleh negara-negara berkembang seperti Indonesia.

Terlebih, angka keberhasilan terapi di Asia sangat tinggi; HCV bisa hilang dan tidak kambuh lagi. Sebagian besar rakyat di Asia memiliki genom khusus yang membuat keberhasilan sangat baik, berbeda dengan yang terjadi di Amerika dan negara-negara Eropa. “Sebagian besar rakyat di Asia memiliki genom khusus yang membuat keberhasilan sangat baik, berbeda dengan yang terjadi di Amerika dan negara-negara Eropa,” pungkas Prof. Dr. dr. Laurentius A. Lesmana, Ph.D, Sp.PD-KGEH, FACP, FACG. (nid)

___________________________________________

Ilustrasi: Medical photo created by jcomp - www.freepik.com