Penderita Bipolar Rentan Narkoba | OTC Digest

Penderita Bipolar Rentan Narkoba

Seorang kerap tidak menyadari dirinya menderita bipolar. Mereka merasa memakai obat-obatan penenang dapat membantu mengatasi kondisinya. Mereka berisiko menjadi seorang pecandu.

Bipolar merupakan masalah kejiwaan akibat gangguan neurotransmitter (penghantar sinyal pesan) di otak. Penderita gangguan bipolar (GB) dalam pada suatu waktu tertentu akan mengalami depresi tanpa sebab, di waktu lain merasakan mood yang meningkat (periode manik).

Periode depresi membuatnya merasa tidak berguna, berdosa, menarik diri dari lingkungan, bahkan terbersit pikiran untuk bunuh diri. Sementara saat manik, menjadi sangat berenergi, tidak merasakan capek, tak butuh tidur, ide bermunculan cepat dan mengalir sangat lancar. Tapi juga menjurus pada perilaku berisiko seperti sangat boros, kebut-kebutan, tertarik pada seks.

“Di BNN hampir 60% yang direhabilitasi dengan gangguan bipolar. Karena ketidaktahuan, saat depresi atas saran teman, mereka mencoba mengobati diri sendiri memakai obat-obatan, seperti Xanax (obat gangguan kecemasan),” papar dr. Iman Firmansyah, Sp.KJ, Kepala Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN). “Atau saat manik, mereka merasa membutuhkan narkotika untuk meningkatkan kenikmatan.”  

Penyalahgunaan zat pada penderita bipolar lebih banyak dibanding gangguan jiwa lainnya. Strakowski SMI, dalam jurnal Biological Psychiatry 2000, menjelaskan angka pemakaian zat-zat adiktif selama kehidupan sekitar 40-60%. Sekitar 44% penderita bipolar harus dirawat di rumah sakit akibat pemakaian obat dan alkohol pada episode manik atau campuran (depresi dan manik).

Di satu sisi pemakaian obat-obatan pun berisiko menyebabkan gangguan bipolar (pada orang yang sebelumnya bukan penderita GB). “Adanya sensitisasi perilaku akibat penggunaan zat yang berulang,” ujar dr. Iman dalam acara Hari Bipolar Sedunia, 30 Maret 2017. Zat-zat tersebut mampu merubah struktur dan kerja otak. Kerusakan otak dapat berlangsung lama, menyebabkan gangguan emosi, perilaku dan pikiran.

Sebagai pencegahan utama adalah kenali tanda-tanda gangguan bipolar ; munculnya perilaku tak lazim (depresi dan manik). Bagi yang sudah terdiagnosa menderita bipolar, penting mengembangkan kemampuan mengatasi stres (sebagai pemicu munculnya episode depresi). Misalnya melakukan meditasi, yoga dan lainnya.

Istirahat/tidur teratur membantu penderita GB mengontrol emosinya. Kurang tidur dapat memicu episode manik. Bagi orang-orang yang tidak pintar mengungkapkan perasaannya, terapi menulis terbukti membantu pengidap bipolar mengekspresikan suasana hatinya. (jie)

 

Baca juga: Deteksi Gangguan Bipolar