Orang Dewasa pun Perlu Vaksinasi Difteri | OTC Digest
vaksinasi_difteri_dewasa

Orang Dewasa pun Perlu Vaksinasi Difteri

Data Kementrian Kesehatan (Kemenkes) sepanjang Januari – Desember 2017 menghimpun, KLB (kejadian luar biasa) difteri tidak hanya menyerang anak-anak tapi juga orang dewasa. Kasus difteri pada kelompok usia 19-40 tahun mencapai 18%. “Sayang sekali kalau orang dirawat gara-gara penyakit yang sebenarnya bisa dicegah dengan vaksinasi,” ujar Dr. dr. Iris Rengganis, Sp.PD-KAI, FINASIM, spesialis alergi imunologi dari FK Universitas Indonesia/RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta, dalam diskusi yang diselenggarakan oleh PB PAPDI (Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia) beberapa waktu lalu.

Ia melanjutkan, memang vaksin tidak bisa melindungi 100%. “Tapi kalau pun kita sakit, gejala atau penyakitnya ringan. Tidak seberat bilamana tidak divaksin,” imbuhnya.

Difteri bisa dicegah dengan vaksin DTP/DTaP (diteri-tetanus-pertusis/aselular pertusis) pada anak, dan Td (tetanus-difteri) atau Tdap (tetanus-difteri-aselular pertusis) untuk usia dewasa. Idealnya, vaksinasi dasar DTP dilakukan 3x di usia bayi. Dilanjutkan dengan dua kali booster (penguat) di usia 18 bulan dan lima tahun. Lalu, dua-tiga kali lagi saat SD melalui program BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah). Sehingga, total 7x DTP di usia anak-anak. Setelah itu, cukup diulang sekali tiap 10 tahun di usia dewasa (19 tahun ke atas) dengan vaksin Td.

(Baca juga: Seperti ini Vaksinasi DTP yang Lengkap)

Namun, vaksin DTP baru diperkenalkan di Indonesia pada 1976, dan menjadi program nasional di awal 1980. Maka orang yang lahir sebelum 1976 tidak mendapat vaksinasi DTP saat bayi. Pun yang lahir pada 1980-an, mungkin vaksinasi DTP tidak lengkap. Pada kasus seperti ini, tidak cukup hanya melakukan booster Td satu kali tiap 10 tahun atau mendapat satu suntikan saat terjadi KLB difteri. “Sekali suntik itu hanya berlaku bila sudah mendapat vaksinasi DTP dasar tiga kali waktu bayi. Bila waktu bayi belum mendapat DTP atau vaksinasinya tidak lengkap/tidak jelas, maka harus vaksinasi Td tiga kali, karena belum punya dasar,” tegas Dr. dr. Iris.

Pada dewasa yang belum mendapat DTP dasar, vaksin diferi diberikan tiga kali dengan interval 0-1-6. Artinya dosis kedua diberikan satu bulan setelah dosis pertama, dan dosis ketiga diberikan enam bulan setelah dosis pertama. “Dosis ketiga boleh terlambat hingga 12 bulan,” terang Dr. dr. Iris.

Vaksin yang digunakan bukan DTP melainkan Td atau Tdap, yang berarti dosis difteri dan pertusisnya lebih kecil daripada dosis anak. “Karena belum pernah terpapar vaksin, begitu divaksinasi dikhawatirkan reaksinya hebat,” terang Dr. dr. Iris. Bahkan dengan Td/Tdap saja, KIPI (kejadian ikutan pasca imunisasi) berupa bengkak, nyeri dan kemerahan di area suntikan cukup banyak dikeluhkan, sekitar 30%. Bengkaknya pun cukup lama, sekitar 3-7 hari.

(Baca juga: Menikah, Persiapkan Kehamilan dengan Vaksinasi)

Dari tiga dosis dasar di usia dewasa, boleh dikombinasi antara Td dengan Tdap. “Misalnya satu kali Tdap dan dua kali Td. Terserah pertusisnya mau diberikan pada dosis ke berapa,” ungkapnya.

Vaksinasi Td maupun Tdap bisa dilakukan saat hamil. “Asalkan jangan saat trimester pertama. Sat trimester kedua dan ketiga aman,” ujar Dr. dr. Iris. Lantas, bagaimana bila baru vaksinasi dosis pertama lalu keburu hamil? “Dosis kedua bisa ditunda dulu sampai masuk trimester 2. Jadi intervalnya 0-3-6, tidak apa-apa,” imbuhnya.

Trimester pertama adalah masa krusial pembentukan janin. Segala hal yang mungkin menimbulkan risiko, sebisa mungkin dihindari. Meski belum pernah dilakukan penelitian apakah betul vaksinasi bisa mengganggu proses pembentukan janin, karena terlalu berisiko.

Merespon KLB diferi yang beberapa waktu lalu melanda seluruh provinsi, pemerintah membuat program ORI (outbreak-response immunization). Ini khusus untuk anak usia 1-18 tahun. Untuk orang dewasa, bisa melakukan vaksinasi atas biaya sendiri di RS, klinik atau Puskesmas terdekat. Namun bila belum mendapat vaksin DTP lengkap, maka lakukanlah vaksinasi Td dasar dengan tiga kali suntikan. (nid)