Mengenal Pemeriksaan Urodinamik | OTC Digest

Mengenal Pemeriksaan Urodinamik

Tercatat satu dari tiga perempuan di Indonesia memiliki gangguan dasar panggul yang bisa menyebabkan masalah pada saluran kemih. Tidak hanya akan mengganggu kualitas hidup, namun jika tidak diobati akan mengeluarkan banyak biaya. Salah satu pemeriksaan yang harus dilakukan adalah urodinamik.

Diagnosis yang akurat merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan pengobatan suatu penyakit atau gangguan fungsi organ tubuh. Demikian pula dalam menentukan diagnosis gangguan saluran kemih, seperti kandung kemih dan uretra.

Meskipun dalam mendiagnosa gangguan saluran kemih cukup dengan melihat gejala dan pemeriksaan fisik, namun diperlukan pemeriksaan penunjang seperti urodinamik.

Pemeriksaan ini cukup akurat unuk menentukan jenis dan penyebab gangguan saluran kemih bagian bawah, seperti inkontinensia urin (beser/ngompol), retensi urin (kesulitan berkemih), urgensi (sering berkemih) atau kandung kemih neurogenik (gangguan kandung kemih karena kelainan persyarafan).

Cara pemeriksaan urodinamik (cystometrography)

Dengan memasukkan kateter berisi transuder, untuk mengukur tekanan ke dalam kandung kemih dan rektum. Kateter tersebut dihubungkan dengan komputer, kemudian dimasukkan cairan steril ke dalam kandung kemih.

Selama fase pengisian tersebut, komputer akan memberikan informasi mengenai tekanan kandung kemih dan rektum, reflek dan kapasitas kandung kemih.

Baca juga : Menyembuhkan Inkontinensia Urin, Ngompol Karena Kehamilan Tanpa Operasi

“Kandung kemih diisi cairan sampai pasien merasa ingin kencing. Kemudian ia diminta untuk batuk beberapa kali, dan dilihat apakah ada cairan urin yang keluar. Jika ia masih bisa menahan akan terus diisi sampai pasien tidak bisa menahannya,” papar Dr. dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K), dari Rumah sakit Ibu & Anak YPK Mandiri, Jakarta.

Pasien akan diminta berkemih ke dalam wadah yang sudah disediakan. Diukur kekuatan pancaran urin, berapa lama pasien dapat mengosongkan kandung kemih, dan dilihat adakah sisa urin di kandung kemih.

 “Sisa air seni tidak boleh lebih dari 50-100 cc. Lebih dari 100 cc berarti tidak normal, kemungkinan terjadi infeksi, dan bila dibiarkan bisa merusak ginjal,” tambah dr. Budi. Dari sana bisa termonitor apakah gangguan ada di fase pengisian kandung kemih atau pengeluaran urin. Rangkaian pemeriksaan ini memerlukan waktu sekitar 30 menit. (jie)