Meneropong Saluran Cerna | OTC Digest
lambung_usus_endoskopi

Meneropong Saluran Cerna

Berbagai masalah di saluran cerna, kini dapat dideteksi melalui pemeriksaan endoskopi. Dr. H. Ari Fahrial Syam Sp.PD-KGEH,MMB,FINASIM, Ketua Bidang Advokasi PB PAPDI sekaligus Staf Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI/RSCM, Jakarta, menuturkan, “Endoskopi saluran cerna dilakukan untuk mengevaluasi saluran cerna, apakah ada kelainan seperti luka-luka, tukak, tumor atau kanker.” Ia menambahkan, endoskopi juga dapat digunakan untuk pengobatan; misalnya mengangkat polip dan batu saluran empedu, menghentikan pendarahan, memasang stent, atau untuk biopsi.

Endoskopi sendiri terdiri dari endoskopi saluran cerna atas (gastroskopi) dan saluran cerna bawah (kolonoskopi). Indikasi untuk gastroskopi antara lain maag kronis; muntah-muntah; perdarahan (muntah darah mau pun buang air besar / BAB kehitaman); berat badan menurun, pucat / anemia tanpa sebab dan benjolan di ulu hati. Sementara indikasi untuk kolonoskopi yakni konstipasi kronis, BAB darah, ada kecurigaan tumor abdomen, nyeri perut berulang, dan lain-lain.

“Gastroskopi bisa dilakukan melalui oral (mulut) atau nasal (hidung),” terang dr. Ari. Skup (alat endoskopi) melalui hidung, ukurannya lebih kecil, yakni hanya berdiameter 5,6 mm. Karenanya, tidak bisa digunakan untuk pengobatan. “Keunggulannya, pasien lebih nyaman dan bisa berkomunikasi selama pemeriksaan,” imbuhnya. Gastroskopi melalui mulut, bisa menimbulkan rasa mual atau bahkan muntah.

Sebelum prosedur gastroskopi, dilakukan pembiusan lokal di daerah farink dengan xylocain berbentuk spray (semprot). Ada dokter yang menggunakan obat penenang (sedasi), dan ada pula yang menggunakan anastesi agar pasien tidur dalam. Ini biasanya tergantung dari kondisi/keinginan pasien dan kebijakan RS. Prosedurnya sendiri hanya berlangsung sekitar 10-15 menit. “Tidak sakit, hanya sedikit tidak nyaman saja,” ujar dr. Ari.

Sebelum pemeriksaan, pasien diminta berpuasa selama 6-8 jam, dan khusus untuk pasien >40 tahun diperlukan rekam jantung.

Untuk kolonoskopi, pasien diminta menjalankan diet rendah serat atau makanan cair (misalnya jus apel) selama 1-3 hari. Minuman seperti teh dan kopi hitam perlu dihindari. Sehari sebelum prosedur, pasien akan diberi obat pencahar. Semua ini karena usus perlu ‘bebas’ dari serat, agar pemeriksaan berjalan lancar. Sebelum kolonoskopi, pasien diberi sedasi. Prosedur membutuhkan waktu sekitar 20-30 menit.

Umumnya, tidak ada persyaratan khusus untuk menjalani endoskopi. Secara umum yakni keadaan pasien stabil dan tekanan darah normal. Tidak ada batas usia, “Tergantung kondisi pasien. Di RSCM range usia pasien yang diperiksa berkisar 1-80 tahun.” Namun,  endoskopi adalah kontraindikasi bagi mereka dengan hemodinamik tidak stabil, atau mengalami serangan jantung akut dan serangan asma akut.

Hasil endoskopi bisa langsung di-print dan kita terima, segera setelah pemeriksaan. (nid)