Mendeteksi Artritis Reumatoid | OTC Digest

Mendeteksi Artritis Reumatoid

Saat bangun tidur, butuh sekitar setengah jam bagi Uni (40 tahun) untuk bisa beraktivitas, lantaran sekujur tubuhnya kaku dan persendiannya sakit. Setelah menjalani serangkaian pemeriksaan, ia didiagnosis artritis reumatoid (AR). Ia tidak menyangka, terkena penyakit tersebut di usia relatif muda.

AR adalah radang sendi kronik, yang ditengarai termasuk penyakit autoimun, di mana sistem imun menyerang tubuh sendiri; dalam hal ini persendian. AR bisa menyerang seluruh persendian dan menyebabkan kelumpuhan, karena bersifat progresif (makin lama makin berat). Faktor risiko penyakit ini tidak spesifik; antara lain riwayat AR dalam keluarga, pernah terserang infeksi; juga faktor lingkungan seperti merokok, paparan dengan bahan kimia dan lain-lain. Umumnya, perempuan lebih berisiko mengalami AR ketimbang laki-laki.

Perhatikan baik-baik persendian Anda. Apakah ada >3 sendi yang bengkak; sendi kaku >30 menit dan gejala telah berlangsung lebih dari 6 minggu? Lakukan tes sederhana: genggam jari dan pangkal-pangkal jari tangan, lalu tekan (tes “squeeze”). “Jika terasa sakit, itu tanda-tanda AR,” terang Prof. Dr. dr. Harry Isbagio, Sp.PD-KR dari FKUI, Jakarta. Tanda lain, bengkak pada sendi terjadi secara simetris (kanan dan kiri berbarengan).

Untuk lebih pasti, lakukan pemeriksaan ke dokter ahli reumatoid (reumatolog). Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, apakah sesuai dengan ciri khas AR. Selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan lab, yakni cek darah guna memeriksa laju endap darah, C-reaktif protein (CRP), faktor reumatoid dan anti-cyclic citrullinated peptide antibody (anti-CCP). “Terutama untuk diagnosis, yang lebih sensitif dan spesifik adalah anti-CCP,” ujar Prof. Harry. Hasil pemeriksaan lab yang abnormal yakni laju endap darah tinggi, CRP tinggi, faktor reumatoid positif dan anti-CCP positif.

Pemeriksaan didukung dengan rontgent, apakah ada perubahan posisi pada jari-jari tangan. “Rontgent terutama dilakukan pada tangan karena sebagian besar, AR menyerang tangan,” Prof. Harry menjelaskan. AR umumnya lebih dulu menyerang sendi-sendi kecil seperti jari tangan. Dalam perjalanannya, baru kemudian ke sendi-sendi besar seperti lutut.

Yang perlu diperhatikan, mereka dengan AR berisiko lebih tinggi terhadap penyakit jantung dan pembuluh darah atau kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah). Ini karena pada AR, terjadi inflamasi (peradangan) sehingga meningkatkan CRP. “Semua pasien AR direkomendasikan untuk memeriksa faktor risiko kejadian kardiovaskular,” tegas Prof. Harry.

Setiap bulan saat melakukan kontrol, CRP harus harus diperiksa. Tujuannya untuk memonitor hasil pengobatan, serta untuk memastikan faktor risiko pasien terhadap penyakit kardiovaskular. Jika AR sudah terkontrol namun tiba-tiba sendi terasa sakit, periksalah kadar CRP. Sesuai standar, CRP harus <6. Hasil CRP bisa cepat didapat; hari itu juga atau esoknya.

Faktor risiko lain seperti kadar kolesterol, tekanan darah, gula darah dan lain-lain, juga harus diperiksa secara berkala, misalnya tiap 2-3 bulan. Satu kali setahun, ada baiknya melakukan general check up untuk menilai fungsi jantung. (nid)

 

Baca juga:

- Kenali dan Obati Artritis Reumatoid
- Cacat akibat Rematik