Mamah Dedeh: Cuma Unta yang Nggak Kena Flu di Arab | OTC Digest

Mamah Dedeh: Cuma Unta yang Nggak Kena Flu di Arab

Precidency of Metereology and Environment (PME) melaporkan, telah terjadi peningkatan suhu ekstrim di sejumlah wilayah di Arab Saudi hingga 50 derajat Celcius. Terutama di provinsi bagian timur, selama Agustus hingga Oktober 2017; bersamaan  dengan musim haji yang berlangsung sejak Agustus hingga September tahun ini. Dalam press release yang diterima OTC Digest, disebutkan bahwa peningkatan suhu ini dipengaruhi oleh perubahan tekanan udara musiman di India, yang diikuti oleh udara kering dan panas.

Seluruh wilayah Arab Saudi termasuk Madinah, Mekkah, Riyadh dan Qassim akan terkena dampaknya. Diperkirakan akan terjadi angin kencang, disertai debu pasir halus. Kondisi seperti ini tentunya bisa menimbulkan gangguan kesehatan bagi para jamaah haji.

Dalam tausiyah yang dilangsungkan di Asrama Haji Embarkasi Bekasi, Jawa Barat (15/08/2017), Ustadzah Mamah Dedeh berbagi pengalaman, banyak jamaah yang sakit dan kelelahan akibat cuaca panas dan kering. “Yang pasti fisik dan mental harus prima karena kondisi disana pasti panas. Tapi saya yakin para jamaah sudah mempersiapkan hal ini jauh-jauh hari ini karena niatnya semata-mata beribadah karena panggilan Allah,” ujarnya, dalam kegiatan yang bertajuk “Sejukkan Hati, Naik Haji Bersama Cap Kaki Tiga”.

Mamah Dedeh berpesan agar para jamaah mempersiapkan diri dengan lebih seksama untuk menghadapi cuaca seperti itu. Gangguan yang paling sering muncul (98%) adalah flu dan panas dalam. “Cuma unta dan tiang listrik yang nggak kena flu di Arab,” brand ambassador Larutan Cap Kaki Tiga ini berkelakar. Apalagi selama ibadah haji, orang dari seluruh dunia berkumpul, terutama saat berubadah di masjid. Ini membuat virus mudah menular.

Kepada calon jamaah haji, Mamah Dedeh menganjurkan untuk selalu membawa payung, botol minum, masker dan semprotan air saat bepergian ke mana pun. Saat di luar ruangan, minumlah air minimal satu gelas tiap satu jam, dan semprot wajah tiap 30 menit. “Memang kalau di dalam dan di seputar Masjid Nabawi setiap lima meter ada keran air zam-zam yang siap diminum, tetapi jaga-jaga tetap bawa botol air minum sendiri biar nggak kehausan dan jadi panas dalam,” tutur Mamah Dedeh.

Menurut spesialis penyakit dalam dr. Surahman Muin, Sp.PD, panas dalam adalah perasaan panas di dalam tubu, terutama pada system pencernaan. “Namun pada pemeriksaan, suhu tubuh tidak lebih dari 37,5 derajat Celcius,” ungkapnya. Ia melanjutkan, panas dalam merupakan petunjuk terjadinya dehidrasi atau kekurangan cairan sehingga perlu minum.

Memang, gejalanya adalah haus; urin kuning pekat; merasa panas tapi bila diraba oleh orang lain, permukaan tubuh tidak terasa panas. Paparan panas matahari yang berlebihan bisa memperberat kondisi ini, sehingga risiko penurunan daya tahan tubuh mengintai. Bisa muncul  gangguan pernafasan seperti radang rongga hidung dan faring, bronchitis, bahkan pneumonia atau infeksi paru. Keluhan lain yang juga bisa muncul misalnya kemerahan pada konjungtiva (selapput bening pada mata), heat stroke (sengatan panas), kulit kaki kering dan pecah-pecah.

Untuk itu, dr. Surahman menyarankan agar para jamaah haji memakai masker yang selalu dibasahi. “Tjuannya agar kelembaban udara yang masuk ke paru lebih sesuai untuk tubuh orang Indonesia. Juga sediakan botol minuman yang mudah dibawa, agar bisa minum kapan saja, guna menghindari dehidrasi,” tuturnya. (nid)

 

Baca juga: Ini Cara Mencegah Dehidrasi di Tanah Suci