Ketahui Takaran Minum Bagi Penderita Gangguan Ginjal | OTC Digest

Ketahui Takaran Minum Bagi Penderita Gangguan Ginjal

Kita dianjurkan minum sekitar dua liter per hari untuk menjaga kesehatan tubuh, termasuk kesehatan ginjal. Tapi bagi penderita gangguan ginjal, angka tersebut tidak berlaku.

Sebenarnya air dalam tubuh memiliki porsi besar, yakni 80% pada bayi baru lahir, dewasa 70% dan lansia 50%. Seluruh bagian tubuh membutuhkan air, dua pertiganya berada di dalam sel (intraseluler) tempat metabolisme tubuh berlangsung. Sepertiga sisanya ada di luar sel (ekstraseluler) seperti, dalam otak 80%, ginjal 82%, jantung 79%, paru-paru 80%, tulang 22% dan darah 90%.

Air berperan untuk melancarkan proses metabolisme tubuh, selain itu ia juga penyedia mineral dan trace elemen (elektrolit) seperti kalsium dan magnesium. Hal tersebut mungkin terjadi jika tubuh dalam kondisi hidrasi (cairan tubuh seimbang).

Sebaliknya jika tubuh dehidrasi fungsi tubuh pun berkurang. Kekurangan cairan tubuh 1% saja berakibat pada rasa haus dan mood berkurang, hilang 4% kemampuan fisik turun 25%, bahkan pingsan bila kadar air tubuh berkurang sampai 7%.

Dr. dr. Parlindungan Siregar, SpPD. KGH dari Divisi Ginjal Hipertensi, FKUI, dalam Simposium “Hydration and Health” mengatakan, bahwa status hidrasi yang baik terbukti mencegah terbentuknya batu saluran kemih. Review kajian epidomiologi yang dilakukan Siener R dan Hesse A (2003) menunjukkan bahwa buang air (kencing) paling tidak 2-3 liter per hari dapat mencegah pembentukan batu ginjal.

Sementara itu Prof. Dr. Hardinsyah, MS dari Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB mengatakan, “Normalnya orang dewasa membutuhkan air sebanyak 2 liter per hari, tapi jika sudah terjadi masalah ginjal justru tidak boleh banyak minum, paling 1-1,5 liter per hari. Itu juga tergantung seberapa parah kondisi ginjalnya.”

Ia menambahkan, pada lansia kebutuhan air tubuh tidak sebanyak orang dewasa. Pada lansia fungsi ginjal menurun sesuai dengan usia, sehingga kebutuhan air juga berkurang, menjadi 1.600 – 2.250 ml/hari. Sebanyak 2/3 jumlah tersebut dipenuhi dari air minum, yakni 1-1,5 liter atau setara 5-7 gelas ukuran sedang per hari, sisanya dari makanan.

Cara mudah untuk mengetahui status hidrasi seseorang adalah dengan mengecek warna urin yang keluar. Bila berwarna kuning pucat dan tidak berbau seperti warna lemon encer berarti berada di status hidrasi baik. “Tapi bila urin berwarna orange – kuning seperti jus apel dengan bau menyengat, menunjukkan perlu minum lebih banyak cairan,” paparnya.

Perlu diperhatikan tubuh kehilangan cairan tidak hanya dalam suhu panas, dalam ruangan berpendingin dan saat tidur pun cairan tubuh menguap. Jadi ada baiknya minum air putih setelah bangun tidur atau dalam ruangan ber-AC.

Selain air putih, minuman seperti anggur, teh dan kopi membantu menurunkan risiko pembentukan batu ginjal. Namun mesti diperhatikan kopi dan teh bersifat deuretik (merangsang kencing) sehingga tetap perlu konsumsi air putih agar tubuh tidak dehidrasi.

“Bahkan air jeruk nipis dapat mencegah terbentuknya batu kalsium oksalat, asam urat dan sistin,” papar dr. Parlindungan. Sementara minuman seperti cola, bir dan jus apel dan kebiasaan menahan kencing dapat meningkatkan risiko pembentukan batu ginjal. (jie)

 

Baca juga: Memilih air minum yang sehat