Kenapa Tidak Disarankan Membaca Ketika BAB | OTC Digest

Kenapa Tidak Disarankan Membaca Ketika BAB

Buang air besar (BAB) sembari membaca koran atau berita di gawai; perut lampias informasi dapat. Ini memang benar. Kenikmatan di pagi hari itu, ternyata mengundang bahaya.

“Sambil BAB membaca atau bermain gadget, kita jadi tidak fokus dengan apa yang terjadi di bawah (anus). Kita nggak ngeh bahwa BAB sudah selesai dan biasanya kita mengejan untuk memastikan BAB sudah tuntas,” ujar dr. Iga Nari Laksmi Dewi, SpB, dari RS Bunda, Jakarta.

Kondisi itu dapat memicu wasir atau ambeien (hemorrhoid), yakni pelebaran pembuluh darah dan jaringan di sekitarnya pada bantalan dubur/anus. Bantalan ini sejatinya klep/katup yang membantu otot-otot dubur menahan feses/tinja.

Wasir bisa karena faktor genetik (keturunan). Bisa karena ada tekanan besar berulang-ulang  dalam waktu lama pada daerah anus, karena kita mengejan, hamil (wanita), obesitas, sembelit, duduk terlalu lama, diare kronis atau kerap mengangkat beban berat.

Mengejan memberi tekanan lebih, sehingga berisiko melebarkan pembuluh darah  di anus. Pembuluh darah yang melebar, lama kelamaan akan bengkak dan mudah pecah, menimbulkan bekuan darah. Bekuan darah yang bertambah banyak membuat kulit di daerah bantalan anus melar /turun/ prolaps, dan tidak bisa kembali ke bentuk semula.

Wasir terbagi dua; internal (jika berada di dalam lubang anus) dan eksternal (keluar). Yang menjadi masalah biasanya adalah wasir internal. Wasir derajat satu, biasanya belum tampak ada benjolan, namun terjadi perdaraahan saat BAB.

Pada derajat dua, timbul benjolan yang keluar saat BAB, namun spontan masuk lagi. Sementara derajat tiga, tonjolan ke luar saat BAB, harus didorong masuk karena tidak dapat masuk sendiri. Terakhir derajat empat, benjolan sudah tidak dapat dimasukkan walau didorong dengan jari.

Rubber band ligation

Perlu upaya untuk mengurangi keparahan atau kesakitan. Menurut dr. Laksmi, penderita perlu  memodifikasi diet, dengan memperbanyak makanan yang mengandung serat dan minum air putih (8 gelas /hari).

Lalu menghindari mengejan dan membaca saat BAB, minum obat untuk meningkatkan kualitas pembuluh darah agar tidak mudah pecah, dan merendam bokong dalam air hangat dua kali sehari selama 10 menit.

Bisa dengan terapi rubber band ligation. “Dapat dilakukan untuk wasir derajat 1-3. Bagian yang menonjol disedot dan dipasangi /diikat dengan semacam karet, hingga menggelembung seperti balon. Karena pembuluh darah terikat dan tidak teraliri darah, lama-kelamaan akan membusuk dan copot sendiri, keluar bersama feses,” terang dr. Laksmi.

Pada satu kali terapi hanya diikat satu kompleks hemorrhoid. Ligasi berikutnya dilakukan dalam jarak waktu dua sampai empat minggu. Dari proses pemasangan sampai wasir copot, memakan waktu sekitar 7-10 hari. Dengan teknik ini, rasa sakit jauh lebih ringan dibanding operasi konvensional.

“Setelah pemasangan rubber band ligation, pasien bisa langsung pulang dan setir mobil sendiri,” papar dr. Laksmi. (jie)