Istimewanya Protein dalam Susu, Lengkap dan Dicerna dengan Baik | OTC Digest
susu_protein_asam_amino

Istimewanya Protein Susu, Lengkap dan Dicerna dengan Baik

Di salah satu lukisan di makam Mesir Kuno berusia 2371-2350 SM, tampak aktivitas memerah susu dari hewan gembala. “Pada masa itu, susu dianggap sebagai minuman mulia, minuman para dewa. Karena diyakini susu bisa menguatkan tubuh orang yang meminumnya,” ujar Fadly Rahman, peneliti dan sejarawan kuliner yang juga dosen jurusan Sejarah di Univesitas Padjadjaran, Bandung. Ini diungkapkannya dalam diskusi FFI MilkVersation: “Kebaikan Susu Dukung Pembentukan Keluarga Kuat Untuk Bangsa Kuat”  yang diselenggarakan oleh Frisian Flag Indonesia di Jakarta, Kamis (03/05/2018). Dari Timur Tengah, tradisi minum susu kemudian juga dikenal di Eropa.

Di Indonesia, dalam berbagai prasasti dan naskah kuno, susu tidak pernah muncul. Hewan ternak hanya dimanfaatkan tenaganya untuk membajak sawah. Suatu hal yang dianggap sebagai kesia-siaan oleh bangsa Belanda yang kala itu menjajah Nusantara. “Ternyata ada mitos di masyarakat bahwa susu adalah darah putih hewan, sehingga dirasa menjijikkan,” terang Fadli.

Abad 19, dimulailah kampanye minum susu di era kolonial. Para ahli nutrisi mendorong agar masyarakat di negara jajahan mengonsumsi susu, untuk memperbaiki kualitas nutrisi masyarakat yang begitu rendah.

Baca juga: Minum Susu = Investasi Kesehatan untuk Masa Depan 

Susu, yang berasal dari sekresi kelenjar ambing hewan ternak, kini diketahui mengandung berbagai nutrisi yang dibutuhkan tubuh. Susu mengandung makronutrisi (protein, karbohidrat, lemak) sekaligus mikronutrisi (vitamin dan mineral). Pengurus Dewan Pimpinan Pusat PERSAGI (Persatuan Ahli Gizi Indonesia) Dr. Marudut, B.Sc. MPS menyoroti kandungan protein, salah satu kebaikan susu yang paling menonjol. Mutu protein dalam tiap pangan tidaklah sama. “Mutu terbaik ada di protein telur dan susu,” ujar Dr. Marudut, yang juga dosen di Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Jakarta 2.

Dalam menilai protein dalam suatu zat pangan, selalu dibandingkan dengan protein telur/susu. Susu dan telur dianggap sebagai sumber protein ‘super’ karena mengandung 18 asam amino, termasuk kesembilan asam amino esensial yang tidak bisa diproduksi oleh tubuh. “Protein telur dan susu memiliki nilai biologis tinggi. Skor asam aminonya 100, jadi memang yang terbaik,” ujar Dr. Marudut. Asam amino adalah zat pembangun protein dalam tubuh.

Mutu protein juga dilihat berdasarkan nilai cernanya. Nilai cerna protein susu yakni 95, termasuk yang paling tinggi setelah telur (97). Tidak hanya nilai cerna secara keseluruhan, nilai cerna susu di ileum juga sangat baik. Yakni 90% (paling tinggi), terutama susu full cream. “Ini menunjukkan bagaimana asam amino dicerna di usus halus paling bawah,” ucap Dr. Marudut.

Ia melanjutkan, susu sebagai growing promotion element mengandung protein, kalsium, fosfor, dan berbagai vitamin. Protein dalam susu terdiri atas kasein (80%) dan whey (20%), yang masing-masing memiliki peran tersendiri.

Kasein dicerna dan diserap secara perlahan. Membuat sel tubuh mendapatkan asam amino sedikit-sedikit dalam jangka panjang. Ini akan membantu sel menyintesis protein, bahkan ketika kita tidak makan dalam waktu lama (misalnya berpuasa), di mana normalnya tubuh mulai memecah otot untuk mendapatkan energi. Dengan asupan kasein yang cukup, pemecahan otot bisa dicegah. Itu sebabnya kasein disebut juga “anti-katabolik”.

Sedangkan whey cepat dicerna dan diserap, dan menstimulasi sintesis protein. Kombinasi kasein dan whey sangat baik untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan protein. Di dalam susu, whey berbentuk cairan, sedangkan kasein sifatnya mengendap. “Kalau minum susu dikocok dulu, karena kasein mengendap di bawah,” papar Dr. Marudut. Sumber protein tercukupi, keluarga kuat. (nid)

_____________________________

Ilustrasi: Imoflow / Pixabay.com