Inilah Langkah-langkah untuk Mengurangi Risiko Demensia | OTC Digest
mencegah_demensia

Inilah Langkah-langkah untuk Mengurangi Risiko Demensia

Nicole Anderson, University of Toronto

Banyak orang tidak ingin berpikir tentang demensia, terutama jika kehidupan mereka belum pernah bersinggungan dengannya. Namun, kenyataannya 9,9 juta orang di dunia didiagnosa mengidap demensia tiap tahunnya. Itu berarti satu orang tiap 3,2 detik.

Angka ini terus bertambah: sekitar 50 juta orang hidup dengan demensia hari ini, dan angka ini akan terus naik hingga lebih dari 130 juta di seluruh dunia pada tahun 2030.

Anda tidak perlu menunggu hingga Anda berumur 65 untuk bertindak. Sebelum adanya penanganan medis, kita harus memikirkan cara bagaimana melindungi kesehatan otak kita lebih awal. Januari adalah Bulan Sadar Alzheimer di Kanada–kapan lagi waktu yang lebih baik mempelajari risiko demensia jika bukan sekarang, berapa pun usia Anda sekarang?

Dalam pekerjaan saya di lembaga penelitian Baycrest’s Rotman, saya mencatat faktor kognitif, kesehatan, dan gaya hidup dalam proses penuaan. Saya mencari tahu bagaimana kita bisa menjaga kesehatan otak kita, sekaligus mengurangi risiko demensia ketika kita menua. Saya sedang merekrut orang untuk dua percobaan klinis yang mempelajari keuntungan dari berbagai bentuk latihan kognitif dan perubahan gaya hidup untuk mencegah demensia.

Ada tiga faktor risiko demensia yang tidak bisa kita hindari: umur, kelamin, dan genetik. Namun, semakin banyak penelitian membuktikan kehidupan masa kecil, masa muda, dan masa tua dapat berkontribusi terhadap risiko demensia yang bisa kita hindari—baik itu demi diri kita sendiri atau kesehatan otak anak-anak kita nanti.


Baca juga: Enam hal yang bisa kita lakukan untuk mengurangi risiko demensia


Sebelum beranjak lebih jauh, kita perlu menjelaskan terlebih dahulu miskonsepsi umum antara penyakit Alzheimer dan demensia. Demensia adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan menurunnya kapasitas otak untuk mengingat, memperhatikan, berbahasa, dan memecahkan masalah yang berlangsung cukup parah hingga mempengaruhi kehidupan sehari-hari orang. Demensia bisa disebabkan oleh berbagai penyakit, tapi penyebab paling umumnya adalah penyakit Alzheimer.

Faktor risiko pada masa muda

Anak-anak yang lahir dengan berat badan rendah untuk usia mereka diperkirakan dua kali lebih mungkin untuk mengalami gangguan kognitif pada masa tua.

Banyak penelitian juga menemukan hubungan antara status sosial ekonomi atau tingkat pendidikan pada masa kecil dengan risiko demensia. Contohnya, rendahnya status ekonomi sosial pada masa kecil berhubungan dengan kehilangan ingatan pada masa tua, dan sebuah analisis menemukan berkurangnya 7% risiko demensia untuk setiap penambahan satu tahun masa pendidikan

Asupan gizi yang lebih buruk yang biasanya berhubungan dengan status sosial ekonomi pun dapat menghasilkan penyakit jantung dan gangguan metabolisme seperti darah tinggi, kolesterol tinggi, dan diabetes yang merupakan faktor risiko tambahan untuk demensia.

Pendidikan rendah pun mengurangi peluang seseorang untuk melakukan pekerjaan dan hobi yang mengasah otak untuk membangun jaringan otak yang lebih kaya dan kuat.

Bekerja dan bermain sama kerasnya pada masa muda

Ada bukti penting yang menunjukkan orang-orang yang bekerja dalam pekerjaan yang lebih kompleks secara sosial maupun kognitif memiliki fungsi otak yang lebih baik pada masa tua dan risiko demensia yang lebih kecil. Selain itu, melakukan hobi yang mengasah otak pada masa muda, seperti membaca dan bermain game, juga dapat mengurangi risiko demensia sebesar 26%.

Kita semua tahu bahwa berolahraga baik untuk kesehatan fisik kita, tapi ternyata berolahraga baik dengan intensitas sedang maupun kuat pada masa muda juga mengurangi risiko demensia.

Aktivitas aerobik tidak hanya membantu kita menjaga berat badan dan tekanan darah yang sehat, tapi juga membantu membentuk sel saraf baru, terutama di daerah hippocampus, area otak tempat terbentuknya ingatan-ingatan baru.

Tetap sosial dan makan enak pada masa tua

Walau pengaruh status sosial ekonomi dan jenis aktivitas yang mengasah otak maupun fisik menjadi penting untuk mengurangi risiko demensia pada masa tua, kesendirian dan kurangnya dorongan sosial muncul sebagai faktor risiko demensia di usia tua.

Orang tua yang secara genetik memiliki kecenderungan mengidap penyakit Alzheimer memiliki kemungkinan lebih kecil untuk mengalami penurunan kemampuan otak jika mereka hidup bersama orang lain, juga ketika mereka merasa tidak sendirian dan merasa memiliki dorongan sosial.


Baca juga: Teruslah belajar dan Anda mungkin lebih lambat terkena demensia


Anda pernah mendengar bahwa Anda adalah apa yang Anda makan, bukan? Hal itu ternyata ada benarnya, apa yang kita makan juga penting untuk mengurangi faktor risiko demensia. Memakan biji-bijian, buah, sayur, kacang, minyak zaitun, dan ikan, dengan konsumsi daging rendah—pola makan ala Mediterania—berhubungan dengan rendahnya kemungkinan mengidap demensia .

Bersama dengan kolega saya di Baycrest, kami telah menyusun Panduan Makanan Sehat bagi Otak berdasarkan bukti yang ada.

Bagaimana dengan Ronald Reagan?

Setiap saya menyajikan informasi seperti ini, orang pasti akan bilang: “Tapi ibu saya melakukan ini semua dan dia tetap mengidap demensia” atau “Bagaimana dengan Ronald Reagan (Presiden Amerika Serikat periode 1981-198)?”

 

Ayah saya adalah seorang sarjana, direktur kreatif global di perusahaan periklanan besar, memiliki jaringan pertemanan yang banyak sepanjang hidupnya dan menikmati 60 tahun pernikahan. Dia meninggal karena penyakit Alzheimer. Pengalaman saya dengan ayah saya ini memotivasi penelitian saya ini.

Hidup dengan gaya hidup aktif dan sehat dianggap meningkatkan “cadangan kognitif” yang menghasilkan ketahanan otak yang lebih kuat hingga orang dapat menjaga fungsi otaknya pada masa tua, terlepas dari potensi akumulasi dari gejala Alzheimer.

Oleh karena itu, semua faktor yang disebutkan ini mungkin tidak menghentikan penyakit Alzheimer, tapi hal-hal tersebut dapat membantu orang hidup lebih lama dengan kesehatan otak yang baik. Menurut saya, itu saja sudah menjadi tujuan yang cukup untuk hidup dengan gaya hidup yang lebih sehat dan aktif.

Tulisan ini diterjemahkan dari bahasa Inggris oleh Reza Pahlevi.

The Conversation

Nicole Anderson, Associate Professor of Psychology and Psychiatry, University of Toronto

Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.

__________________________________

Ilustrasi: People photo created by freepik - www.freepik.com