Ini dia Penyakit Tertawa yang Diidap Joaquin Phoenix dalam Joker | OTC Digest

Ini dia Penyakit Tertawa yang Diidap Joaquin Phoenix dalam Joker

Joaquin Phoenix berhasil memerankan tokok Arthur Fleck dengan sangat apik dalam film Joker. Yang menarik adalah the clown prince of crime’s tersebut tidak hanya disebutkan mengidap gangguan mental, yang membuatnya dijebloskan ke dalam Arkham asylum (rumah sakit jiwa), tetapi juga memiliki kondisi medis yang membuatnya tidak bisa mengontrol tertawa.

Dalam Joker, tertawa merupakan ekspresi sakit hati Arthur Fleck. Ia tertawa pada kondisi yang tidak pas. Ekspresi tertawa tersebut juga tidak sinkron dengan mood dan emosi dalam situasi yang sedang berlangsung.

Arthur tidak mampu mengontrol tertawanya setiap ia berhadapan dengan situasi yang membuatnya stres. Ini memicu konflik.

Sang sutradara, Todd Phillip berusaha untuk ‘mendekatkan’ sosok Joker pada kondisi riil untuk menjelaskan latar belakang keadaan mental Arthur Fleck. Di sana Arthur Fleck mengidap penyakit yang disebut Pseudobulbar Affect (PBA).

Pseudobulbar affect merupakan gangguan emosi di mana reaksi seseorang tidak nyambung dengan emosi yang sesungguhnya. Muncul dengan gejala tertawa atau menangis yang tidak bisa dikontrol.

Penyakit mental ini pertama kali dicatat tahun 1872, ketika Charles Darwin menulis tentang adanya penyakit otak tertentu, seperti hemiplegia dan kepikunan yang memiliki kecenderungan untuk menyebabkan tangisan.

Para ahli kemudian menyimpulkan bahwa PBA bisa menyebabkan kerusakan otak, yang tampaknya berhubungan dengan reaksi marah pascastroke (post-stroke anger).

Mereka yang menderita penyakit ‘tertawa’ ini sering kali dikucilkan lingkungannya, karena perilaku menangis atau tertawa yang tidak terkontrol tersebut sulit diterima/dipahami orang lain.

Dilansir dari psychcentral.com, PBA biasanya dialami oleh mereka dengan gangguan saraf, seperti amyotrophic lateral sclerosis (ALS), Parkinson, progressive supranuclear palsy atau multiple sclerosis (MS).

Masyarakat masih menganggap penyakit ‘tertawa’ ini sebagai salah satu gejala gangguan mental seperti skizofrenia, depresi atau bahkan bipolar. Faktanya PBA tidak digolongkan sebagai gangguan mental, tetapi sebagai gangguan neurologis (saraf).

Gejala spesifik pseudobulbar affect

PBA didiagnosis sebagai perubahan yang sangat mencolok dan signifikan dari respons emosional pasien sebelumnya, dengan gejala sebagai berikut (Simmons et al, 2006; Poeck, 1969):

  1. Respons emosional tidak pantas (sesuai) secara situasional.
  2. Perasaan dan respons emosional penderita tidak berhubungan.
  3. Durasi dan derajat keparahan dari episode (tertawa/menangis) tidak bisa dikontrol oleh si penderita.
  4. Ekspresi emosional tersebut tidak memberikan perasaan lega.

Elemen yang diperlukan dari episode emosional PBA:

  1. Perubahan yang signifikan dari respons emosional sebelumnya.
  2. Ada ketidakkonsistenan atau ketidaksesuaian dengan suasana hati.
  3. Tidak tergantung pada stimulus, atau relatif berlebihan terhadap stimulus tersebut.
  4. Menyebabkan gangguan pada lingkungan sosial/pekerjaan/sekolah.
  5. Bukan akibat pengaruh obat/pengobatan.

Penyebab

Sampai saat ini belum diketahui penyebab penyakit ‘tertawa’ ini. Disinyalir karena adanya kelainan neurologis kompleks di jalur otak dan kimiawi otak, khususnya yang melibatkan serotonin dan glutamat.

Riset oleh Ahmed & Simmons (2013) menemukan bahwa PBA berkaitan dengan kelainan anatomi dan neurofisiologis yang meluas.

Pengobatan

Pseudobulbar affect biasanya diobati dengan obat yang membantu mengelola dan mengontrol emosi pasien.

Obat antidepresan, seperti antidepresan trisiklik (TCA) atau penghambat serotonin (selective serotonin reductase inhibitors /SSRI), biasanya menjadi obat yang paling sering diresepkan.

Dextromethorphan, yang biasa dipakai sebagai penekan respons batuk, juga memiliki efek yang potensial dalam pengobatan PBA.

Baru-baru ini FDA (Food and Drug Administration) menyetujui pemakaian Nuedexta untuk pengobatan PBA. Obat ini adalah kombinasi dextromethorphan 20 mg dan quinidine 10 mg. (jie)