Implan untuk Terapi Migrain | OTC Digest

Implan untuk Terapi Migrain

Migrain, Anda mungkin pernah mengalami. Sangat menganggu sehingga kita tidak mampu beraktivitas. Untuk mematikan rasa nyeri kepala karena migrain, kini ada alat yang mampu  mengirim sinyal listrik yang mengganggu pesan ‘sakit’ pada otak. Sebanyak 3 pasien di Inggris dan 2 di Amerika Serikat mengalami penurunan frekuensi serangan migrain, setelah dipasangi implan Occipital Nerve Stimulator. Para ahli antusias memberikan terapi ini kepada pasien, yang gagal diterapi secara konvensional.

 “Metode ini tidak merusak (nondestructive). Aman bagi penderita migrain yang sudah tidak tahu harus minum obat apa lagi. Sejauh ini hasilnya bagus,” papar Peter Goadsby, profesor di The National Hospital for Neurology and Neurosurgery di London, Inggris.

Obat pereda nyeri bisa membantu meredakan sakit kepala akibat serangan migrain. Seiring waktu, biasanya dosis obat perlu ditambah. Migrain diderita 12% orang dalam populasi, dan lebih banyak menyerang wanita dibanding pria.

Penyebab pasti migrain belum diketahui. Ditengarai merupakan kombinasi beberapa faktor, seperti pembuluh darah, sistem saraf, kimiawi di otak dan faktor lingkungan. Satu teori menyebutkan, sistem saraf merangsang reaksi elektrik di otak, memicu pelepasan senyawa kimia yang membuat pembuluh darah membengkak dan cenderung terjadi kebocoran. Para ahli percaya, proses ini yang menimbulkan rasa sakit dan seperti ada ‘aura’, ditunjukkan dengan kilatan cahaya dan titik hitam. Serangan migrain bisa terjadi setiap hari, beberapa hari dalam seminggu atau 1x sebulan.

Seperti dilansir dari dailymail, implan stimulator elektrik didesain untuk menstimulasi saraf oksipital (saraf di bagian belakang leher, memanjang melalui otot-otot kulit kepala sampai dahi). Ini bukan implan di otak, tapi di bawah kulit. Pada beberapa kasus, hanya perlu anestasi lokal saat pemasangan. Biasanya, baterai diletakkan di bawah kulit tulang selangka dan kabel menjulur dari leher sampai bawah kulit kepala.

Sinyal elektrik bekerja mirip obat antinyeri, yakni menghalangi pesan ‘sakit’  menuju otak. “Saat rangsangan diterima tubuh, sel saraf akan memproses, diteruskan ke bagian otak yang disebut talamus.  

“Stimulasi input berakibat pada cara sel saraf tersebut berpikir. Ini mengganggu sinyal dan mematikan rasa sakit,” papar Prof. Goadsby. (jie)