Hipertensi dan Risiko Gagal Ginjal | OTC Digest

Hipertensi dan Risiko Gagal Ginjal

Di dalam tubuh, adalah ginjal yang menyaring racun dalam darah, mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh, serta mengeluarkan hormon yang membantu produksi sel darah merah. Ginjal juga berperan dalam mengatur tekanan darah dan menyeimbangkan elektrolit yang menjaga ritme jantung.

Bila ginjal bermasalah, bisa timbul penyakit yang bersifat akut (terjadi tiba-tiba) dan kronik. Pada sebagian penyakit ginjal akut (PGA), organ ginjal masih dapat dikoreksi, sehingga dapat kembali berfungsi seperti semula. Misalnya, batu ginjal, batu saluran kemih atau infeksi saluran kemih.

Yang wajib diwaspadai adalah penyakit ginjal kronik (PGK) yang tidak menunjukkan gejala, tahu-tahu sudah stadiun lanjut (4 dan 5). Gejala paling nyata berupa nyeri perut bagian belakang, urin berdarah, mual atau muntah, hilang nafsu makan, pembengkakan kaki dan perut. Penyebabnya antara lain karena minum obat dalam jangka panjang.

Dr. Dharmeizar, SpPD-KGH, dari Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) mengatakan, “Penyakit ginjal kronik terus berjalan maju, dan ginjal tidak bisa kembali normal. Yang bisa kita cegah adalah progesifitas penyakit, supaya tidak terjadi gagal ginjal.”

PGK salah satunya ditandai dengan kemampuan ginjal menyaring racun < 60 ml/menit. Tanda lain adalah albuminuria atau adanya protein dalam urin. Kadar normal protein urin < 30 mg/hari. Mulai menunjukkan masalah di ginjal ketika ada peningkatan antara 30-299 mg/hari, sedangkan >300 mg/hari adalah kategori berat.

Penyebab PGK paling banyak adalah hipertensi (35%) dan diabetes (25%). Sebab lain adalah batu ginjal dan infeksi atau kelainan genetik.

“Angka hipertensi dan diabetes tinggi karena berhubungan pola hidup, makan sembarangan, kurang olahgara dan merokok. Dianjurkan, penderita kedua penyakit tersebut untuk me-manage penyakit dan kontrol teratur agar tidak berkembang menjadi PGK. Risiko meningkat pada mereka yang berusia lanjut,” ujar dr. Dharmeizer.

Hipertensi merupakan keadaan di mana tekanan darah di atas batas normal (120/80 mmHg). Peningkatan tekanan darah berkepanjangan akan merusak pembuluh darah. Pada ginjal, terdapat jutaan pembuluh darah kecil yang berfungsi sebagai penyaring untuk mengeluarkan produk sisa darah. Jika pembuluh darah di ginjal rusak, aliran darah berhenti membuang limbah dan cairan esktra dari tubuh.

Survei PENEFRI tahun 2005 yang dilakukan pada 9412 orang di Indonesia menunjukkan, 12,5% atau sekitar 25-30 juta orang dari total populasi mengalami penurunan fungsi ginjal. Dan menurut survei di berbagai rumah sakit, diketahui ada sekitar 30 per satu juta penderita baru yang mengalami penyakit ginjal tahap akhir, atau ada sekitar 7000-7200 pasien penyakit ginjal tahap akhir baru.

Cukup minum

Penyakit ginjal erat kaitannya dengan pola hidup. Melakukan pencegahan terhadap penyakit ginjal, yang utama adalah dengan cukup minum air putih, mengontrol gula dan tekanan darah.  

Mengapa harus cukup minum, karena ginjal berperan dalam mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh. Cukup minum air, dapat menghambat/mencegah pembentukan batu ginjal dan infeksi saluran kemih.

Saat asupan air tinggi, kekentalan plasma darah juga menurun. Hal ini menyebabkan tubuh menahan hormon antidiuretik; menahan pengeluaran air untuk didistribusikan dalam tubuh sehingga volume urin naik.

“Banyak minum membuat kita sering kencing, membuat kesempatan bakteri untuk berkembang biak mengecil. Mesti diingat, jangan ditahan-tahan kalau ingin pipis. Pada wanita lebih gampang terkena infeksi saluran kemih,” ujar Dr. dr. Parlindungan Siregar, SpPD-KGH, dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM. 

Asupan air yang cukup, juga membantu pengobatan batu saluran kemih, karena obat-obatan dapat bekerja maksimal jika tubuh cukup air.

Riwayat genetik ikut berperan dalam pembentukan batu ginjal atau batu saluran kemih. Pada mereka ini dianjurkan minum lebih banyak untuk menghambat pembentukan batu. Jumlah air minum yang dianjurkan pada orang normal dengan ginjal normal ± 2 liter/hari (8 gelas). Meningkat jika kita banyak beraktivitas di luar ruangan yang panas.

Sebaliknya, pada orang berusia > 65 tahun kebutuhan air minum menurun; cukup 1,5 liter/hari. Kelebihan air pada orang tua, menyebabkan kandungan natrium turun sehingga membuatnya mudah jatuh dan patah tulang.

Penelitian oleh Strippoli (2011) menyatakan, orang yang minum air lebih dari 3,2 liter/hari, risiko PGK lebih rendah 30-50% dibanding yang hanya minum 1,7 liter/hari. Minum air dalam jumlah yang sesuai, dapat  mengurangi konsentrasi garam dan mineral pembentuk batu ginjal/saluran kemih. 

Tips agar ginjal sehat

  1. Awali hari dengan minum 1-2 gelas air putih. Dapat ditambah perasan jeruk nipis tanpa gula. Jeruk nipis mengandung asam sitrat yang dapat menghambat pembentukan batu kalsium.
  2. Bagi peminum teh, batasi minum teh 2 gelas/hari. Teh mengandung oksalat yang adalah mineral pembentuk batu kalsium oksalat.
  3. Bagi peminum kopi, imbangi dengan minum lebih banyak air putih. Kopi merangsang pengeluaran urin, sehingga kita perlu mengganti cairan yang keluar.
  4. Bagi yang pernah memiliki batu ginjal/saluran kemih, batasi asupan protein < 50 gram/hari.
  5. Jangan tunggu haus untuk minum air putih. Rasa haus merupakan tanda bahwa tubuh sudah mengalami dehidrasi ringan.
  6. Tutup hari dengan minum segelas air putih sebelum tidur. (jie)