Hidung Seperti Terong? Waspadai Tumor Hidung | OTC Digest

Hidung Seperti Terong? Waspadai Tumor Hidung

Hidung berbentuk seperti terong tidak hanya ada di film kartun. Dalam dunia nyata kondisi ini bisa disebabkan oleh tumor yang bersembunyi dalam rongga hidung.

Di dalam literatur medis, tumor rongga hidung memiliki banyak sebutan: juvenile angiofibroma, juvenile nasopharyngeal angiofibroma (JNA), nasal cavity tumor, dll. Istilah “angiofibroma” digunakan oleh Friedberg pertama kali pada tahun 1940.

Tumor rongga hidung merupakan tumor jinak pembuluh darah di kerongkongan (nasofaring). JNA merupakan tumor yang memiliki komponen fibroblastic (jaringan) dan vascular (pembuluh darah), sehingga secara secara klinis dianggap ganas karena merusak tulang dan dapat meluas ke sinus hidung, pipi, rongga mata, hingga kepala.

“JNA sangat mudah berdarah dan sulit dihentikan,” papar dr. Dito Anugroho, dokter sekaligus peneliti hematopsikiatri. 

JNA banyak dialami remaja pria berusia 14-18 tahun. Remaja wanita yang dicurigai JNA sebaiknya  menjalani pemeriksaan kromosom sebelum diagnosis ditegakkan. JNA jarang terjadi setelah usia 25 tahun. Insiden JNA adalah 1 dari 5000-60.000 kasus THT, dan banyak dijumpai di Mesir dan India.

 

Penyebab

Terdapat beberapa teori penyebab munculnya tumor rongga hidung.  Beberapa diantaranya seperti munculnya tumor jinak distimulasi oleh sex-steroid.

Teori lainnya mengatakan JNA disebabkan ketidaknormalan pertumbuhan jaringan di daerah ditengah-tengah dasar tengkorak yang berbentuk seperti kupu-kupu. Yang lain lagi akibat ketidakseimbangan hormon, yaitu: kekurangan androgen atau kelebihan estrogen.

Riset biomolekuler mengungkapkan adanya kumpulan gejala pencetus kanker yang terkait dengan gen-gen tertentu.”Meskipun banyak hipotesis diajukan, penyebab pasti masih menjadi misteri,” tutur dr. Dito.

 

Gejala

Awalnya hidung tersumbat, keluar ingus di satu sisi. Kemudian sering mimisan atau keluar cairan menyerupai darah dari hidung. Mimisan ini biasanya hanya pada satu sisi hidung dan berulang.

Tanda-tanda lainnya berupa sakit kepala, wajah membengkak, tuli, penglihatan ganda atau berbayang. Dapat disertai berkurangnya sensitivitas terhadap bau, tidak dapat membau, mata dan telinga terasa nyeri.

“Tanda khas adalah terdapatnya benjolan berwarna merah keabu-abuan di rongga hidung. Benjolan ini adakalanya membuat hidung berbentuk terung,” tegas dokter yang memperoleh sertifikasi CME dari Oxford, Harvard, dan John Hopkins University ini.

 

Diagnosa dan terapi

Dokter akan memastikan diagnosis berdasarkan wawancara, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, seperti: pemeriksaan radiologi, CT scan, arteriografi, MRI (magnetic resonance imaging) atau angiography. Biopsi tidak dilakukan karena dapat mengakibatkan perdarahan hebat.

Untuk mengurangi ukuran tumor dokter akan memberikan obat hormonal, atau operasi pengangkatan tumor. Solusi lainnya adalah radioterapi (terapi radiasi).

Radioterapi stereotactic mengirimkan dosis radiasi yang lebih rendah ke jaringan di sekitarnya. Radioterapi tiga dimensi conformal digunakan untuk JNA yang luas. External beam irradiation, digunakan untuk penyakit yang tidak dapat dibedah, atau kambuhan. Sisa tumor sering muncul dua tahun setelah terapi. Dengan terapi radiasi, angka kesembuhan mencapai 80%. (jie)