Gula Kayu, Pemanis yang Aman untuk Diabetesi | OTC Digest

Gula Kayu, Pemanis yang Aman untuk Diabetesi

Penderita diabetes (diabetesi) dilarang minum manis. Pendapat ini tidak sepenuhnya benar. Diabetesi tetap dapat minum / makan manis, selama memilih gula yang benar.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menyatakan 2,1% kematian pada kelompok usia > 18 tahun  disebabkan oleh diabetes melitus. Di satu sisi angka kematian oleh penyakit kardiovaskular (serangan jantung dan stroke) menempati angka tertinggi, yakni ± 30%.  

“Yang perlu dipahami, salah satu komplikasi tersering diabetes adalah serangan jantung,” tegas Dr. dr. Saptawati Bardosono, M.Sc, pakar gizi dan dosen Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Secara alamiah gula terdapat pada buah, sayur, susu dan produk olahan susu. Di samping itu, ada juga gula tambahan (added sugar) yang dibubuhkan pada makanan / minuman.  Peraturan Kementerian Kesehatan RI No. 30 tahun 2013, merekomendasikan konsumsi gula tidak melebihi 50 gram (5 sendok makan) per hari untuk mengurangi risiko diabetes.

“Gula pengganti (pemanis)bisa dipakai sebagai alternatif pengganti gula pasir, bagi pasien diabetes yang ingin minum/makan manis,” tutur dr. Saptawati. “Pemanis yang kandungannya nol (0) kalori.”

 

Gula kayu

Salah satu jenis pemanis pengganti gula yang nol (0) kalori adalah gula kayu (wood sugar). Gula kayu merupakan jenis gula baru yang berasal dari serat tumbuhan. Diperoleh dari ekstrak kulit kepala, batang bambu, bonggol jagung dan tanaman lainnya.

Gula kayu mengandung pemanis yang disebut xylose. Dalam riset Beneficial effect of xylose consumption on postprandial hyperglycemia in Korean disebutkan gula kayu efektif menghambat penyerapan glukosa; menekan aktifitas enzim yang mengolah sukrosa (gula) dalam tubuh.

“Salah satu sifat gula kayu adalah tidak diserap langsung oleh tubuh. Dalam riset dibuktikan, saat minum pakai pemanis gula kayu, kemudian urinnya di tes, gula kayu tetap keluar utuh dalam urin. Tidak terserap tubuh,” papar Dr. Yoshihisa Asano, PhD, DPH,. Medical Scientist, Biochemist dan pendiri Noguchi Medical Research Institute, Tokyo, pada seminar Tepatkah Konsumsi Gula Anda? di Jakarta (7/8/2017).

Ia menambahkan, gula kayu di dalam tubuh pun berperan sebagai prebiotik (makanan probiotik). Artinya, mengonsumsinya justru bermanfaat bagi perkembangbiaan bakteri baik (probiotik) dalam usus. Keseimbangan mikroflora (bakteri baik dan buruk) usus berhubungan dengan kuat – lemahnya imunitas tubuh; 80% imun tubuh terbentuk di usus.

“Pada pasien diabetes pasti ada ketidakseimbangan mikroflora usus. Jadi (penguatan) probiotik akan bekerja memperbaiki metabolisme gula di tubuh, memperbaiki sensitifitas insulin penderita diabetes,” tambah dr. Saptawati.

Namun bukan berarti diabetesi boleh asal makan/minum manis, “Tetap harus ingat sudah berapa sendok pemanis yang masuk,” tegasnya. Sebagai pembanding, satu sachet pemanis gula kayu setara dengan dua sendok teh gula pasir (40 kalori). (jie)