Gejala Neuropati, Kalau Kesemutan untuk Sementara Hentikan Aktivitas | OTC Digest

Gejala Neuropati, Kalau Kesemutan untuk Sementara Hentikan Aktivitas

Neuropati atau gangguan urat saraf tepi sering tidak disadari sebagai penyakit, atau merupakan komplikasi dari penyakit lain. Jika dibiarkan, kondisi neuropati dapat mengganggu aktivitas dan mobilitas penderita. Bahkan apabila tidak diterapi dengan benar, bisa menjadi kronis sehingga berpotensi terajadi komplikasi serius.

Gejalan neuropati sebenarnya mudah dikenali. Penderita neuropati umumnya sensitif secara emosi, sering mengalami sakit kepala, cemas dan gelisah. Jika yang terserang saraf sensorik, pada tahap awal penderita mengalami kesemutan, pegal, mati rasa dan nyeri yang memburuk dari waktu ke waktu.

Lambat laun, seluruh lengan atau kaki akan terpengaruh. Komplikasi lebih lanjut seperti luka pada kaki terjadi, ketika penderita tidak merasakan rasa sakit atau sensasi. Dalam beberapa kasus, luka ini dapat berkembang menjadi infeksi sekunder, yang melibatkan lebih dalam jaringan atau tulang. Amputasi lengan atau kaki mungkin diperlukan, bila terjadi komplikasi parah neuropati perifer.

Sedangkan apabila yang terserang saraf motorik, gejalanya berupa kelemahan anggota gerak, kram,  penciutan otot, dan kehilangan refleks. Dalam kondisi ini, anggota tubuh masih bisa digerakkan tetapi kekuatannya berkurang. Jika penyakit ini dibiarkan, keberadaannya akan sangat mengganggu organ tubuh lain yang ditopang, sehingga suatu saat penderita bisa mengalami kelumpuhan.

Gejala lain yang patut diwaspadai adalah kulit menjadi hipersensitif, kulit mengkilap tidak wajar, dan rambut rontok pada area tertentu. Kemampuan penglihatan berkurang, dan daya tahan tubuh menurun drastis.

 

Hindari Aktivitas Pemicu

Aktivitas yang berisiko menimbulkan efek mekanis (tekanan, benturan, pukulan, trauma) bagi saraf,  sebisa mungkin perlu dihindari atau diminimalkan. Posisi tubuh tertentu saat melakukan aktivitas dalam wak­tu lama, bisa memicu neuropati.

Aktivitas seperti mengetik, mengendarai sepeda motor dan mobil, jongkok atau duduk dalam waktu lama, aktivitas dengan gerakan berulang seperti mencuci, memasak dan menyapu, dapat meningkatkan risiko neuropati.

Dijelaskan oleh dr. Manfaluthy, jika memang aktivitas tersebut harus dilakukan, sebaiknya ukur seberapa kuat dan seberapa lama tubuh mampu melakukan aktivitas. Bila gejala neuropati mulai muncul, yang paling ringan adalah kesemutan, biarkan tubuh beristirahat dan baru kemudian beraktivitas kembali. “Saraf jangan diforsir, bisa fatal akibatnya,” ujarnya.

 

Cegah Sedini Mungkin

Penurunan fungsi saraf seiring bertambahnya usia, tak terhindarkan terjadi pada semua orang. Namun, menurut dr. Manfaluthy, “Neu­ropati bisa dicegah dengan mela­ku­kan cek kondisi saraf dan ke­nali gejala neuropati.”

Selain itu, perlu didukung dengan mengonsumsi vitamin neurotropik secara teratur, diet sehat yang cukup dan gaya hidup sehat.

Untuk mencegah terjadinya neuropati, sangat dianjurkan dilakukan sejak dini. Pasalnya, gejala neuropati sendiri baru terlihat jelas ketika sudah terjadi kerusakan pada saraf. Perbaikan saraf membutuhkan waktu lama, dan semakin tua usia, fungsi saraf semakin menurun.


Ilustrasi: Gerd Altmann from Pixabay