Erat, Hubungan FA dan Stroke
Erat, hubungan FA dan Stroke

Erat, Hubungan FA dan Stroke

Fibrilasi atrium merupakan faktor resiko yang paling cepat menyebabkan stroke. Berbeda dengan sejumlah penyakit lain,fibrilasi atrium dapat menyebabkan stroke dalam hitungan hari.

Stroke merupakan penyakit yang tidak berdiri sendiri. Penyakit ini merupakan komplikasi dari banyak penyakit lain seperti hipertensi, diabetes mellitus (DM) dan kolesterol tinggi. Penyebab lain adalah fribrilasi atrium (FA). Secara umum stroke dibagi menjadi dua : 15% karena pecah pembuluh darah (hemorrhagic stroke) dan 85% stroke sumbatan (ischemic stroke).

Dari stroke sumbatan, 20%-nya disebabkan masalah di jantung (cardiogenic embolism). Yang terbanyak, yakni sekitar 50%, disebabkan karena FA. Sementara sebab lain misalnya karena penyakit katup/klep jantung, dan ada gumpalan darah di pembuluh vena (ventricular thrombosis).

Berkaitan dengan stroke, AF menyebabkan kecacatan yang paling berat dan pasien membutuhkan waktu perawatan yang lebih lama di rumah sakit. Dr. H. Salim Haris, SpS (K), Ketua 1 Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia  (PERDOSSI) menyatakan, bekuan darah dari jantung (akibat FA) lebih mudah “lari” ke otak bagian kiri dari pada bagian kanan.

Ketika otak kiri terserang stroke, bisa muncul beragam gangguan mulai dari sulit memahami bahasa dan bicara, kelumpuhan anggota tubuh bagian kanan, kelumpuhan saraf sensori bagian kanan, gangguan penglihatan, sampai gangguan ingatan.

“Kalau kena stroke, kemudian tidak bisa bicara, angka depresi pada tiga bulan pertama sangat tinggi. Risiko penderitaan dan fatalitasnya lebih tinggi, dibanding stroke di otak kanan,” papar dr. Salim. Stroke karena AF juga memberi dampak yang lebih hebat, dibanding karena penyakit lain (misalnya hipertensi). Tidak bisa berbicara dan tidak mengerti pembicaraan, wajah menjadi mencong dan tidak bisa menggerakkan tubuh bagian kanan.

Sebagai perbandingan, lanjut dr. Salim, pada kasus hipertensi serangan stroke mungkin terjadi setelahi 5 tahun. Menjadi 4 tahun jika menderita hipertensi ditambah diabetes, dan menjadi 3 tahun jika pasien juga seorang perokok, dan makin cepat saat pasien juga memiliki kolesterol tinggi.

“Tapi pada kasus FA, sekarang terdiagnosa mungkin besok bisa kena stroke,” papar dokter dari Departemen Neurologi FKUI ini.

Irama jantung yang tidak teratur, dengan cepat dapat menciptakan gumpalan darah di serambi kiri. Gumpalan darah ini mudah terbawa aliran darah sampai ke otak dan menyumbat pembuluh darah di otak. Itu sebabnya, mengapa pasien FA berisiko 5 X lebih tinggi mengalami stroke dibanding pasien yang tanpa FA. National Stroke Association dari Amerika Serikat mencatat, 15% penderita stroke juga memiliki FA.

Gagal jantung

Gagal  jantung dapat memicu FA. Menurut jurnal kesehatan American Heart Association, prevalensi gagal jantung yang disebabkan oleh FA antara 13-27%. Kondisi ini juga berhubungan dengan faktor-faktor risiko FA, seperti usia, hipertensi, diabetes, obesitas dan sebagainya.

Framingham Heart Study menyebutkan, sebanyak 1470 partisipan dilaporkan menderita FA atau gagal jantung pertama kalinya dalam kurun waktu tahun 1948 sampai 1995. Di antara jumlah tersebut, didapati 383 orang (26%) akhirnya mengalami FA dan gagal jantung sekaligus. Derajat keparahan FA berbanding lurus dengan kondisi gagal jantung yang dialami para partisipan.

FA bisa menyebabkan gagal jantung melalui beberapa mekanisme. Pertama, adanya ketidakstabilan irama jantung menyebabkan lamanya jantung beristirahat atau tidak memompa (diastolic filling time) lebih pendek. Ini menyebabkan berkurangnya curah jantung (cardiac output ), banyaknya darah yang dikeluarkan bilik kiri ke dalam pembuluh aorta per menit. Selanjutnya kondisi ini memicu gagal jantung.

Mekanisme kedua adalah adanya kerusakan otot jantung. FA adalah penyebab tersering terjadinya tachycardia, detak jantung terlalu cepat melebihi normal (60-100 kali / menit). Ini menyebabkan otot jantung cepat ‘aus’. Gagal jantung atau payah jantung (fungsi jantung lemah) adalah ketidakmampuan jantung memompa darah yang cukup ke seluruh tubuh. Ditandai dengan sesak napas pada saat beraktifitas, dan/atau saat tidur terlentang tanpa bantal. Juga ditandai dengan tungkai bawah membengkak.

Pasien yang mengalami gagal jantung akan memiliki peningkatan risiko kematian sampai 50% dalam 3 tahun. Kabar baiknya adalah, “Jika FA diperbaiki, maka gagal jantung dapat disembuhkan,”
 papar Dr. dr. Yoga Yuniadi, SpJP(K), Ketua Indonesia Heart Rhtyhm Society (InaHRS).

Demensia

FA dapat menyebabkan stroke karena gumpalan darah yang menyumbat di otak. Penelitian  menunjukkan bahwa sumbatan di otak dalam skala kecil (stroke mini), dapat menyebabkan demensia (kepikunan). Peneliti menduga, hal itui disebabkan karena penurunan suplai darah di otak.

Peneliti menyatakan bahwa parsitipan yang menderita FA, memiliki nilai skor tes kognitif yang lebih rendah. Studi ini melibatkan sekitar 5.000 orang berusia 65 tahun ke atas yang melakukan tes kognitif setiap tahun, selama 7 tahun.  Sekitar 11% peserta diketahui mengalami FA. Nilai tertinggi tes ini adalah 100 poin.

Pada partisipan dengan FA berusia 80 tahun, rata-rata memiliki penurunan 10 dan 7 poin pada 2 tes kognitif yang berbeda, dalam jangka waktu 5 tahun. Sementara pada peserta yang tidak memiliki FA, penurunan skor kognitif hanya antara 6 dan 5 poin. Rata-rata penurunan ini berbeda pada tiap usia. Studi ini dipublikasikan dalam jurnal medis dari American Academy of Neurology.

Penelitian terbaru yang dilakukan M. Arfan Ikram dari Erasmus Medical Center di Rotterdam, Belanda, menunjukkan bahwa FA berhubungan dengan peningkatan demensia dalam 20 tahun mendatang. Studi ini mengevaluasi lebih dari 6.500 orang (rerata usia > 55 tahun), yang tidak memiliki tanda-tanda penurunan daya ingat. Peneliti mendapati, 5% parsisipan sudah didiagnosa menderita FA, 20% lainnya menderita FA selama riset berlangsung (20 tahun).

Dilaporkan bahwa 15% parsipan mengalami demensia. Peneliti menyimpulkan bahwa FA meningkatkan risiko kepikunan sampai 33%. Utamanya pada penderita FA usia 65-an tahun. Semakin lama seseorang menderita FA, semakin tinggi risiko terkena demensia