Diabetes Tingkatkan Risiko Kanker | OTC Digest

Diabetes Tingkatkan Risiko Kanker

Diabetes adalah salah satu penyakit tidak menular yang berbahaya. Menyebabkan komplikasi pada banyak organ. Riset juga menunjukkan diabetes memudahkan terkena beberapa jenis kanker. Wajib diwaspadai.

Penyakit kencing manis ini telah menjadi pandemik di seluruh dunia. International Diabetes Federation (IDF) menyatakan Indonesia adalah negara penderita diabetes terbanyak ke 7 di dunia, mencapai 10 juta orang. Penderita terbanyak ada pada kelompok umur 40-59 tahun, sekitar 4 juta orang. Namun, terjadi kecenderungan penurunan usia, 1 dari 5 diabetesi (penyandang diabetes) berumur < 40 tahun (±1,6 juta orang).

Diabetesi dengan kadar gula tidak terkontrol berisiko memiliki cerita buruk, “Cenderung 1,8 kali lebih besar terkena kanker dibandingkan orang tanpa diabetes,” papar dr. Wismandari Wisnu, Sp.PD-KEMD., dari RS Pondok Indah, Jakarta.

Ia menambahkan, secara umum diabetes menyebabkan percepatan penyakit akibat proses degeneratif, seperti osteoartritis (radang sendi), termasuk kanker. Pada level seluler, kadar glukosa tinggi menyebabkan terjadinya perubahan / kerusakan sel. Sel abnormal adalah cikal bakal munculnya kanker.

Teori lain yang dianut oleh para ahli adalah pada diabetes melitus tipe 2 terjadi resistensi insulin, di mana pankreas masih memproduksi insulin, tapi sel-sel tubuh tidak bisa menggunakannya.  Sehingga terjadi peningkatan insulin dalam darah (hiperinsulinemia). Kondisi ini bisa memicu tumbuhnya tumor.

Menurut Amerikan Diabetes Association (ADA) dan American Cancer  Society (ACS), diabetes meningkatkan risiko terserang kanker hati, pankreas dan kanker rahim dua kali lipat. Bahkan risiko melonjak antara 20-50% pada kanker kolorektal, payudara dan kandung kemih.

 

Kontrol ketat

“Diabetes adalah penyakit yang progresif. Jika tidak diobati dan dikontrol, penyakitnya bisa lebih buruk,” terang dr. Wismandari pada sesi small media discussion yang diadakan RS. Pondok Indah Jakarta, 7 November 2017 lalu.

Diabetesi tidak boleh lepas obat antihiperglikemi (oral / kombinasi), dibarengi dengan perubahan gaya hidup. Menerapkan diet seimbang. Penting menerapkan keteraturan jadwal makan, jenis dan jumlah kalori (3 J).

Pilih karbohidrat berserat tinggi, seperti beras berah, kentang, ubi, dll. Asupan lemak 20-25% kebutuhan kalori, dan protein 10-20% dari total asupan. Perbanyak sayur dan buah. Menurut konsep Piring Makanku dari Kementerian Kesehatan, porsi (volume) lauk dan buah adalah ½ piring, sedangkan ½ piring lagi dibagi antara karbohidrat dan lauk (protein).

Lakukan olahraga yang bersifat aerobik (lari, jogging, renang, bersepeda, dansa) 3-5 kali/minggu, selama 30-45 menit. Cek gula mandiri sesering mungkin, dan cek laboratorium untuk mengetahui rerata glukosa dalam 3 bulan (HbA1C). Konsultasi dokter dianjurkan 6 bulan sekali.

“Diabetesi yang bisa lepas obat bukan berarti sembuh, tetap harus mengatur gaya hidup dan teratur kontrol ke dokter,” pungkas dr. Wismandari. (jie)

 

Baca juga: Waspadai Komplikasi Diabetes