Cuci Hidung Setiap Hari Sehatkan Saluran Nafas | OTC Digest
cuci_hidung_asma_alergi

Cuci Hidung Setiap Hari Sehatkan Saluran Nafas

Cuci tangan sebelum dan setelah makan, sehabis dari toilet, tiap kali bersentuhan dengan benda yang kotor, kita sudah tahu. Bagaimana dengan cuci hidung? Inilah yang dikampanyekan oleh Hyphens Pharma, agar bisa bernafas lebih sehat. “Hidung adalah organ pertama yang pertama kali menyaring dan menyiapkan udara yang masuk ke paru-paru. Jika fungsi hidung terganggu, maka akan menimbulkan masalah. Aktivitas terganggu, dan akhirnya kualitas hidup menurun,” tutur dr. S. Hendradewi, Sp.THT(K), MSi, Med. dalam peluncuran kampanye #cucihidungsetiaphari di Jakarta, Kamis (26/04/2018).

Hidunglah yang mengatur kelembapan dan suhu udara yang masuk. Saat udara dingin dan kering misalnya, hidung akan menghangatkan dan melembapkan udara. Sebaliknya saat udara panas, hidung akan mendinginkan udara. “Sehingga udara yang masuk sama dengan yang ada di paru-paru,” jelasnya.

Hidung pula yang bertugas menyaring udara. Baik melalui penyaringan besar dengan bulu hidung, maupun penyaringan halus yang dilakukan oleh silia. Selain itu, silia juga memproduksi lendir, vitamin, dan protein untuk memerangkap zat-zat yang bersifat iritan di udara yang kita hirup. Sehingga udara yang masuk ke paru benar-benar bersih.

Setiap hari, kita menghirup >15 ribu partikel dalam udara. Misalnya yang berasal dari asap rokok, polusi kendaraan, debu, hingga polusi pabrik. Bila kita terus menerus terpapar partikel-partikel ini, lama kelamaan silia bisa rusak, dan akhirnya polutan masuk ke tubuh.

Hidung adalah rongga seperti pipa yang berhubungan dengan telinga dan tenggorokan hingga paru-paru. “Bila ada masalah di hidung, maka bisa timbul masalah di telinga dan tenggorokan atau paru,” tandas dr. Dewi, begitu ia biasa disapa.

Ia memaparkan bahwa mencuci hidung setiap hari akan membersihkan hidung dari kotoran. Juga membantu meredakan peradangan (inflamasi) pada hidung dan sinus (rinosinuritis). “Selain itu juga menurunkan angka kekambuhan alergi, menjaga kelembapan hidung, dan membersihkan sekret (hingus) yang menumpuk di hidung,” paparnya.

Mencuci hidung dilakukan menggunakan cairan isotonis. Kandungannya seperti air laut, tapi steril. “Cairan isotonis akan membilas sekret yang kental, bakteri, maupun allergen yang terhirup,” ujar dr. Dewi. Cairan isotonis steril aman untuk membersihkan hidung karena komposisinya sama dengan cairan tubuh kita. “Sehingga tidak terasa perih, dan hanya menghilangkan bakteri yang berpotensi patogen, tapi tidak menghilangkan bakteri baik,” imbuhnya.

Youtuber Stefanie Juergens berbagi pengalamannya rutin mencuci hidung sejak tiga tahun lalu. Kebiasaan ini juga diajarkannya kepada dua anaknya yang berusia 6 tahun, Alex dan Sari. “Alex punya alergi dan asma. Sejak rutin cuci hidung, asmanya jarang kambuh,” ungkapnya. Mereka juga jarang batuk-pilek, “Misalnya di sekolah ada yang pilek dan sekelas ketularan, mereka tidak.” Anak bungsunya yang berusia satu bulan belum dilakukan cuci hidung, karena masih terlalu kecil.

Cuci hidung dilakukan dengan memiringkan kepala, lalu menyemprotkan cairan ke rongga hidung yang di atas. Bila kepala kiri maka lubang hidung kanan yang disemprotkan, lalu lakukan sebaliknya. “Nanti cairan akan keluar darii lubang sebelahnya,” terang dr. Dewi. Ia menyarankan mencuci hidung minimal satu kali sehari, sebelum tidur.

“Produk dari Hypens dilengkapi dengan nozzle yang dirancang sesuai untuk hidung bayi dan dewasa,” ujar Yudith Effendi, Head of OTC Channel Manager. Untuk bayi, nozzle dilengkapi dengan stopper sehingga aman dan tidak menyebabkan bayi tersedak.

Cuci hidung bisa dilakukan sejak dini bahkan usia bayi. Untuk amannya, dr. Dewi menyarankan sejak usia 6 bulan. Sebelum melakukan cuci hidung pada bayi, pelajari dulu dengan seksama cara melakukannya, jangan sampai malah membuat bayi tersedak dan air masuk ke paru-paru, yang bisa membahayakan keselamatannya. (nid)