Cegah Kontaminasi Enterobacter Sakazakii | OTC Digest

Cegah Kontaminasi Enterobacter Sakazakii

Enterobacter sakazakii  (E. sakazakii) banyak ditemukan dalam botol susu anak. Riset membuktikan bakteri berbahaya ini menghasilkan racun tahan panas dan menyebabkan peradangan saluran cerna, sepsis dan meningitis.

E. sakazakii pertama kali ditemukan pada 78 kasus bayi yang terkena meningitis (radang di selaput otak) tahun 1958. Infeksi E. sakazakii terus dilaporkan di beberapa rumah sakit di Inggris, Belanda, Amerika dan Kanada. Bayi paling rawan terinfeksi E. sakazakii, walau juga bisa menginfeksi orang dewasa.

E. sakazakii adalah kuman jenis gram negatif dari keluarga enterobacteriaceae. Seperti genus Enterobacter lainnya, E. sakazakii merupakan bakteri yang berkoloni dalam saluran pencernaan manusia.

E. sakazakii dapat ditemukan di beberapa lingkungan industri makanan, seperti di pabrik susu, coklat, kentang, atau sereal. Juga di lingkungan berair, sedimen tanah yang lembab. Beberapa bahan makanan yang berpotensi terkontaminasi E. sakazakii antara lain keju, sosis, daging cincang awetan, sayuran, dan susu bubuk.

Meski sangat jarang, infeksi karena bakteri ini dapat mengakibatkan penyakit  berbahaya dan mengancam jiwa, seperti meningitis, hidrosefalus, sepsis (infeksi berat) dan necrotizing enterocolitis (kerusakan berat saluran cerna). Dan pada beberapa kasus, dilaporkan terjadi infeksi saluran kencing.

Dr. Widodo Judarwanto, SpA dari RS Bunda, Jakarta, menyatakan secara umum E. Sakazakii berisiko mengancam jiwa antara 40 - 80% pada bayi baru lahir, yang diketahui mengidap infeksi penyakit ini. “Infeksi otak karena E. Sakazakii, dapat mengakibatkan kerusakan otak dengan terbentuknya kista, gangguan persarafan berat dan gejala sisa gangguan perkembangan,“ katanya. 

Gejala

Gejalanya antara lain diare, kembung, muntah, demam tinggi, bayi tampak kuning, kesadaran menurun (malas minum, tidak menangis), mendadak biru, sesak napas hingga kejang.

Bayi prematur atau berat badan lahir rendah (<2.500 gram), dan penderita dengan gangguan kekebalan tubuh, paling berisiko mengalami infeksi ini. Pada penelitian terakhir didapatkan kemampuan 12 jenis strain E. sakazakii bertahan hidup pada suhu 58 °C. 

Penyebarannya tidak semata dari susu formula yang sudah mengandung E. sakazakii. Bisa lewat botol susu, alat pompa ASI, air atau tangan yang tidak steril. Dr. Widodo menjelaskan, ”Manusia dapat menjadi penyebab bakteri dalam susu. Tangan dan anggota tubuh lain ketika memerah atau mengolah susu, juga napas, bisa menjadi sumber bakteri. Maka harus steril,” katanya. 

Pada penelitian yang dipublikasikan International Journal of Food Microbiology (2007), Raquel Lenati dan tim dari Kanada menemukani bahwa bakteri E. sakazakii mampu bertahan hidup dalam ASI yang diperah dan disimpan dalam botol.

Dalam riset tersebut, bakteri E. sakazakii hidup dalam susu formula maupun ASI yang disimpan pada suhu kamar (23-37°C). Hal ini memperkuat penelitian sebelumnya bahwa susu (formula dan ASI) tidak boleh didiamkan pada suhu kamar lebih dari 4 jam. Ia berkembang optimal pada kisaran suhu 30-40°C.

American Dietetic Association mengatakan, susu formula dan ASI harus segera didinginkan pada suhu 2-4 °C dan sudah harus dikonsumsi dalam waktu tidak lebih dari 2 hari.

Pencegahan

Mencegah kontaminasi E. sakazakii ada dua tahap: memilih susu formula dan cara penyajian yang benar. Perhatikan kemasan susu formula ketika membeli. Hindari kemasan cacat, rusak atau kaleng susu sudah menggembung, dan lihat tanggal kedaluwarsa produk.

Campur susu bubuk dengan air panas. Rekomendasi WHO dan International Food Safety Authorieties Network (INFOSAN):  campurkan susu formula dengan air mendidih yang telah didiamkan 1-2 menit, untuk mencapai suhu pasteurisasi 70 – 90°C.

Untuk mengurangi risiko infeksi, sajikan hanya dalam jumlah sedikit atau secukupnya, setiap kali minum. Hal ini dimaksudkan agar  susu formula tidak terkontaminasi di suhu kamar. Minimalkan waktu antara kontak susu dan udara kamar. Waktu yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 4 jam. Makin lama, risiko pertumbuhan mikroba makin  meningkat.

Jangan mengonsumsi susu bubuk yang kemasannya telah terbuka lebih dari 8 hari. Simpan susu formula yang telah dibuka kemasannya di lemari pendingin bersuhu <5°C.

Cuci tangan dan bahan makanan yang biasa dimakan mentah dengan sabun, tidak cukup hanya dengan air mengalir untuk mereduksi kontaminasi mikroba apa pun. Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan adalah cara paling mudah menghindari infeksi. (jie)