Bawang Dayak, Penjaga Pembuluh Darah | OTC Digest

Bawang Dayak, Penjaga Pembuluh Darah

“Tidak ada yang menderita di tanganku, kecuali pembantaianku.”  Itu teka-teki abad ke 11 di benua Eropa. Tidak ada hubungan dengan pembunuhan atau kolonialisme dan imperialisme. Jawaban dari teka-teki itu adalah: bawang. Belakangan ini, masyarakat  dibuat penasaran dengan kemunculan bawang dayak.

Bawang dayak (Eleutherine americana) atau bawang berlian tumbuh subur di bumi Kalimantan. Sebenarnya, tumbuhan ini aslinya berasal dari benua Amerika.  Bentuknya mirip bawang merah namun lebih langsing. Umbinya berlapis-lapis dan berwarna kemerahan. Permukaannya licin, daun seperti pita dan bunganya berwarna putih.

Secara tradisional, masyarakat suku Dayak biasa memakai bawang ini sebagai obat kembung (peluruh gas dalam perut). Bila dikombinasi dengan laos, bisa untuk pengobatan pilek dan demam pada anak. Dikenal juga sebagai herbal untuk memperbanyak produksi ASI. Pada kebudayaan tradisional lain, seperti di pulau Hainan (China Selatan) dan Thailand, Eleutherine americana dipakai sebagai obat kelainan pembuluh darah, serangan jantung dan peluruh air seni.

Ciri khas bawang adalah pengaruhnya terhadap mata, yang terasa perih saat kita mengiris bawang. Para ilmuwan menyatakan, hal tersebut karena zat organosulfur yang ada pada keluarga bawang (bawang putih, merah, bawang perai atau bombai). Komponen organosulfur – terdiri dari asam amino dan sulfoxida­ – dipisahkan oleh membran. Saat serangga menggigit atau kita mengiris bawang, membrannya terbuka dan membuat cairan itu menyatu. Terbentuk bahan yang merangsang air mata.                   Organosulfur berdasarkan riset di University of Wisconsin, Amerika Serikat – dilakukan pada bawang bombai merah - bisa membantu mengencerkan darah dan mencegah penyumbatan yang tak diinginkan. Riset oleh Irwin Goldman ini secara tak langsung menjawab manfaat Eleutherine americana, sebagai obat kelainan pembuluh darah dan pencegahan serangan jantung. “Di tabung uji, bahan organosulfur lebih kuat dibanding aspirin,” kata Goldman.  

Fitokimia

Penelitian berhasil menjabarkan kandungan kimiawi dalam bawang dayak, seperti senyawa alkaloid, fenolik, streroid glikosida, flavonoid dan tannin. Pigmen merah terangnya mengandung antosianin yang tinggi.

Menurut dr. Samuel Oetoro, MS, SpGK - ahli gizi yang mempromosikan makan 10 jenis makanan berwarna dalam satu hari – antosianin merupakan antioksidan, yang mampu menghambat terbentuknya gumpalan dalam pembuluh darah. Semaikin merah warna buah, makin tinggi antosianin di dalamnya.

Pigmen merah ini dikenal memiliki efek antiperadangan, yang penting untuk menjaga kesehatan pembuluh darah. Peradangan (inflamasi) adalah mekanisme terbentuknya plak di pembuluh darah (aterosklerosis; pengerasan/penyempitan pembuluh darah).

Antosianin bekerja menghambat proses pembentukan plak, dengan mencegah menempelnya kolesterol ‘jahat’ di pembuluh darah. Ia melindungi  sel endotel yang melapisi dinding pembuluh darah, sehingga tidak mudah rusak. Kerusakan sel endotel merupakan awal mula pembentukan aterosklerosis – yang adalah penyebab tersering serangan jantung koroner.

Penurun kolesterol

Masih berhubungan dengan kesehatan pembuluh darah, bawang dayak terbukti lewat penelitian mampu menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Riset dilakukan oleh Saragih B, Pasiakan M, dkk., dari Departemen Teknologi Hasil Pertanian Universitas Mulawarman, Samarinda.

Studi dilakukan selama dua minggu pada 12 partisipan berusia 40-65 tahun, yang memiliki riwayat kolesterol tinggi.  Sebelum riset dimulai, tim melakukan pengukuran kadar kolesterol darah. Didapati, rerata nilai total kolesterol adalah >220 mg/dL, yang artinya normal – tinggi. Nilai total kolesterol normal menurut WHO adalah <200 mg/dL, dan dianggap tinggi jika >240 mg/dL.  Sebelumnya mereka diminta untuk tidak mengonsumsi obat penurun kolesterol.

Penelitian dibagi dalam dua termin. Minggu pertama adalah minggu kontrol, di mana mereka tidak mendapat minuman herbal bawang dayak. Pada periode ini, responden hanya menerapkan diet seimbang, yakni mengonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, kolesterol dan serat dua kali sehari. Jumlah nutrisi disesuaikan dengan kebutuhan / rekomendasi  asupan harian.

Pada minggu kedua, mereka meminum ekstrak bawang dayak dua kali sehari. Minuman herbal ini disiapkan dalam bentuk kering yang kemudian direbus sebelum diminum. Serum kolesterol diukur sebelum, saat, dan setelah partisipan meminum ramuan herbal tersebut.  Adapun sampel darah diambil sebelum dan sesudah terapi. Kemudian, dilakukan perbandingan antara kedua jenis sampel tersebut. Peneliti mendapati, konsumsi minuman herbal bawang dayak selama tujuh hari menurunkan total kolesterol hingga 5,33 mg/dL, tetapi tidak pada nilai LDL dan trigliserida.

Mereka menyatakan, efek penurunan kolesterol akan semakin tampak jika dibarengi dengan diet yang benar (rendah lemak). Riset ini dimuat dalam International Food Research Journal 2014.

Minuman dan manisan

Pemanfaatan bawang dayak secara tradisional, bisa dalam bentuk minuman, manisan maupun bubuk. Sebagai minuman cara pembuatannya:

  • Cuci 1 kg bawang dayak hingga bersih, potong tipis-tipis.
  • Campurkan dengan air matang dengan perbandingan 1 : 2; setiap 1 kg bawang dicampur 2 liter air. Blender hingga halus.
  • Saring blenderan air bawang dayak dengan kain tipis.
  • Campur dengan gula pasir 1:1.
  • Masak air yang dicampur gula hingga matang, sampai membentuk butiran kristal. Dinginkan dan siap diminum.
  • Simpan di wadah yang kedap udara.

Sebagai manisan cara pembuatannya:

  • Cuci bersih 1 kg bawang dayak. Iris dengan ketebalan 1-2 mm.
  • Buat larutan gula dengan perbandingan 1:1. Yakni setiap 1 kg gula ditambah 1 liter air.
  • Masukkan irisan bawang dayak ke larutan air gula. Aduk-aduk.
  • Bila bawang sudah mengkristal karena gula, tandanya manisan sudah jadi. Simpan di wadah kedap udara.  (jie)