Balon Karet untuk Deteksi Dini Kanker Paru | OTC Digest
balon_karet_kanker_paru

Balon Karet untuk Deteksi Dini Kanker Paru

Kanker paru merupakan kanker pembunuh laki-laki nomor wahid di Indonesia. Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) pada 2015 melaporkan, dari 668 kasus keganasan rongga dada, 75% di antaranya adalah kanker paru.

Angka kelangsungan hidup (survival rate) pasien kanker paru pun rendah. Salah satu penyebabnya yakni keterlambatan diagnosis. Hampir 70% pasien kanker paru ditemukan pada stadium lanjut. Deteksi dini sulit dilakukan karena kanker paru sering kali tidak menimbulkan gejala atau rasa nyeri. Selama ini, deteksi dilakukan melalui pemeriksaan dahak dan foto rontgent. Namun ini pun tidak selalu mudah dilakukan, dan biayanya relatif tidak murah.

(Baca juga: Kanker Paru Mematikan, sulit Dideteksi)

Penemuan Dr. dr. Achmad Hudoyo, Sp.P(K) membawa harapan baru. Doktor Biomedik dari FKUI ini menciptakan inovasi deteksi dini kanker paru menggunakan alat yang amat sederhana dan murah: balon karet. “Anjing pelacak yang sudah terlatih, dapat membedakan napas pasien yang menderita kanker patu dan yang tidak, dengan tingkat keakuratan mencapai 93%,” tuturnya dalam presentasi disertasinya yang berlangsung pada Rabu (10/1/2018) di Auditorium Gedung IMERI FKUI, Salemba, Jakarta, dalam press release yang diterima OTC Digest.

Ia melanjutkan, “Ini mengindikasikan bahwa ada zat tertentu yang hanya terdapat di napas penderita kanker paru. Inilah yang kemudian menginspirasi saya untuk memulai penelitian ini.” Metode deteksi dini yang dikembangkannya, dilakukan dengan cara “memerangkap” embusan napas pasien yang dicurigai memiliki kanker paru ke dalam sebuah balon karet. Balon ini kemudian didinginkan di lemari es atau direndam dalam air es agar napas-embusan di dalamnya mengalami proses pendinginan.

Selanjutnya, napas-embusan yang sudah dingin disemprotkan ke kertas saring khusus untuk menyimpan DNA. Kertas saring inilah yang dikirim ke laboratorium biomolekular untuk pemeriksaan lebih lanjut, untuk menentukan apakah si pasien betul terkena kanker paru.

Tingkat akurasi metode ini cukup baik, >70%. Keunggulan lainnya, alat yang digunakan sangat sederhana dan murah: balon karet yang sering dimainkan anak-anak dan bisa didapatkan dengan sangat mudah.

(Baca juga: Kanker Paru Intai Perokok Perempuan)

“Saya berharap, metode ini bisa meningkatkan harapan hidup para penderita kanker paru dengan cara mendeteksi sedini mungkin,” ujar Dr. dr. Achmad. Ia juga berharap bahwa metode ini bisa membantu pasien kanker paru di daerah yang belum terjangkau pelayanan kesehatan. “Dengan metode ini, deteksi dini kanker paru bisa dilakukan melalui pengiriman pos, karena tenaga kesehatan cukup mengirim sampel melalui kertas saring yang dibungkus amplop, untuk kemudian dikirim ke laboratorium,” imbuhnya.

Hingga saat ini, hanya 15% pasien kanker paru yang bertahan sampai 5 tahun. Jauh lebih rendah dibandingkan kanker kolon (61%), kanker payudara (86%) dan kanker prostat (96%). Terlambatnya deteksi dini membuat pasien baru ditemukan pada stadium lanjut, di mana penyakit sudah demikian berat, pengobatan pun terbatas dan tidak maksimal. Menurut Guru Besar Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI, Prof. Dr. Anwar Jusuf, Sp.P(K), deteksi dini kanker paru sulit karena paru-paru tidak memiliki syaraf sehingga penderita terkadang tidak merasakan sakit sama sekali hingga kondisinya sudah parah. (nid)