Bakteri Bermanfaat Bantu Menjaga Kadar Gula Darah | OTC Digest
yakult_gula_diabetes

Bakteri Bermanfaat Bantu Menjaga Kadar Gula Darah

Asia adalah kawasan yang pertumbuhan ekonominya paling cepat. Hal ini memunculkan masalah kesehatan. Salah satunya, diabetes mellitus tipe 2 (DM 2), yang kini telah menjadi epidemi global. Di Asia, DM 2 cenderung muncul di usia yang lebih muda, dan dengan IMT (indeks massa tubuh) lebih rendah ketimbang ras Kaukasia.

Ras Asia memiliki fenotipe “normal-weight metabolically obese”. Maksudnya, berat badan (BB) mungkin normal atau sedikit berlebih, tapi metabolisme tubuh seperti orang obes. Konsumsi karbohidrat sederhana seperti nasi putih relatif tinggi. Pola aktivitas berubah; aktivitas fisik berkurang dan lebih banyak duduk. Dan umumnya orang Asia beberapa dekade lalu mendapat nutrisi kurang optimal selama dalam kandungan. Dampaknya, fungsi/ kondisi beberapa organ tubuh kurang optimal. Ketika di usia dewasa terpapar pola makan yang kurang baik, DM 2 lebih cepat muncul.

DM 2 diawali dengan resistensi insulin yang dihasilkan sel beta pankreas, berguna untuk memasukkan gula yang beredar dalam darah masuk ke sel untuk digunakan sebagai energi. Pada kondisi resistensi insulin, sel tidak merespon insulin; gula tidak bisa masuk, sehingga kadar gula dalam darah meningkat. Ini memicu pankreas menghasilkan insulin lebih banyak lagi. Akhirnya pankreas tidak dapat lagi memproduksi cukup insulin untuk mengompensasi resistensi insulin. Gula darah pun meningkat.

Obesitas juga menjadi masalah. Untuk ras Kaukasia, IMT 25-29,9 tergolong overweight (BB berlebih), disebut obes bila IMT >30. Untuk orang Asia, IMT >23-24,9 sudah tergolong pra obesitas; IMT >25-29,9 masuk kategori obesitas I, dan IMT >30 berarti obesitas II. Selain itu, persentasi lemak tubuh orang Asia cenderung lebih tinggi ketimbang orang Barat, meski IMT-nya sama. Tingginya kadar lemak tubuh turut berkontribusi terhadap munculnya resistensi insulin.

 

Pengaruh probiotik

Manfaat probiotik terhadap resistensi insulin dan DM 2 sudah banyak diteliti. Peneli­tian pada hewan (tikus) antara lain dilakukan oleh Naito, dkk (dipublikasi di Journal of Applied Microbiology, 2011). Tikus-tikus lab yang dibuat obes dengan pola makan, sebagian diberi probiotik berupa L. casei Shirota strain selama 4 minggu, sebagian lainnya tidak. Semua tikus ini kemudian menjalani tes toleransi insulin (TTI) dan tes toleransi glukosa oral (TTGO).

Ditemukan bahwa pembe­ri­an L. casei Shirota strain secara oral mempercepat penurunan kadar glukosa plasma saat TTI, serta menurunkan kenaikan kadar glukosa saat TTGO. Disim­pulkan, L. casei Shirota strain memperbaiki resistensi tubuh terhadap insulin dan toleransi glukosa pada tikus. Karenanya berpotensi mencegah kelainan metabo­lik yang terkait dengan obesitas. Sensitivitas insulin membaik karena bakteri probiotik mengurangi endo­tok­sinemia dan inflamasi (peradangan).

Penelitian oleh Golgis Karimi, dkk (2015) membandingkan efek antiobesitas dari L. casei Shirota strain dengan obat orlistat, pada tikus lab yang dibuat obes. Sebanyak 32 tikus jantan dibagi empat kelompok dengan berbagai pola makan (diet): kelompok diet standar, kelompok diet tinggi lemak (DTL), kelompok DTL yang diberi tambahan L. casei Shirota strain, dan kelompok DTL yang diobati dengan obat anti obesitas orlistat. Setelah 15 minggu, dilakukan pengukuran bobot tubuh, berat organ, massa lemak tubuh dan penanda serologis. Jaringan adiposa (lemak tubuh) dan hati juga dianalisa.

Berdasarkan hasil pemeriksaan disimpul­kan, pemberian L. casei Shirota strain mem­per­baiki pengelolaan BB serta menghasilkan penurunan massa lemak dan SGOT (salah satu penanda kinerja hati) yang lebih baik.

Penelitian pada manusia, antara lain dilakukan oleh Carl J. Hulston, dkk (2015), yang dipublikasi di British Journal of Nutrition. Sebanyak 17 orang yang sehat secara acak dibagi dua kelompok; 8 orang mendapat probiotik, 9 orang tidak mendapat apa-apa, sebagai kelompok kontrol. Kelompok probiotik mengonsumsi minuman susu fermentasi dengan kandungan L. casei Shirota strain 2x sehari selama 4 minggu. Semua partisipan  menjalani pola makan mereka seperti biasa selama 3 minggu pertama studi, dilanjutkan diet tinggi lemak (65% energi) dan tinggi kalori (+50% kkal) selama 7 hari.

Sensitivitas insulin tubuh diukur dengan TTGO, dilakukan sebelum dan sesudah pola makan berlebih. IMT naik 0,6+0,2 kg pada kelompok kontrol, dan hanya 0,3+0,2 kg di kelompok probiotik. Konsentrasi glukosa plasma saat puasa naik setelah pola makan berlebihan selama 7 hari pada kelompok kontrol. Glukosa AUC (area under curve), nilai yang bisa dipakai untuk melihat kesimpulan toleransi glukosa tubuh, naik 10% pada kelompok kontrol, sementara sensitivitas insulin tubuh turun 27%. Pada kelompok probiotik, sensitivitas insulin terpelihara. Disimpulkan, probiotik bermanfaat untuk mencegah penyakit metabolik seperti DM 2.

Yakult sebagai pelopor probiotik, mengandung lebih dari 6,5 milyar bakteri bermanfaat L. casei Shirota strain dalam setiap botol. Memang, Yakult ditambahkan gula untuk menyeimbangkan rasa asam Yakult, yang berasal dari tingginya kandungan L. casei Shirota stain yang menghasilkan asam laktat. Penambahan gula juga bertujuan untuk menyediakan ‘makanan’ bagi bakteri L. casei Shirota strain selama masa penyimpanan. American Society of Microbiology melaporkan, kemampuan probiotik bertahan dari asam lambung dan cairan empedu, meningkat dengan penam­bahan gula saat produksi.

Menariknya, meski mengandung gula, kadar indeks glikemi (IG) Yakult dan GL (glycemic load) rendah. IG adalah ukuran seberapa cepat karbohidrat meningkatkan kadar gula darah. Makin tinggi IG, makin cepat menaikkan gula darah. IG disebut rendah bila kurang dari 55, dan IG sebotol Yakult hanya 46.

Adapun GL adalah angka untuk memperkirakan, berapa banyak suatu makanan meningkatkan kadar gula darah setelah dikonsumsi. Konsumsi makanan tinggi GL, dalam jangka panjang berhubungan dengan risiko DM 2 dan penyakit jantung koroner. GL >20 per saji makanan terbilang tinggi; 11-19 sedang, dan <10 berarti rendah. GL didapat­kan dengan mengalikan jumlah karbohidrat dalam gr dengan IG, lalu dibagi 100. Total karbohidrat pada Yakult 12 gr; dikali IG 46 lalu dibagi 100 maka hasilnya = 5,52 GL per 1 botol Yakult. Masuk kategori GL rendah.

Konsumsilah Yakult secara bijaksana. Perhitungkan jumlah asupan gula sehari, jangan sampai melebihi batas. (nid)

________________________________________________________________________________________________

Foto: Petugas lab tengah memeriksa kadar bakteri L. casei Shirota strain dalam Yakult - dokumen OTC Digest