Bahaya di Balik Gusi Berdarah | OTC Digest

Bahaya di Balik Gusi Berdarah

Gusi berdarah saat menyikat gigi kerap kali kita anggap enteng. Tapi tahukah, bahwa gusi berdarah itu adalah tanda awal peradangan jaringan penyangga gigi atau periodontitis.

Kesehatan gusi penting untuk menjaga keutuhan struktur gigi dan mulut. Gusi yang sehat ditandai dengan berwarna merah muda (pink), memiliki bintik-bintik seperti kulit jeruk, stabil, tidak ada perdarahan atau rasa sakit.

Oral hygiene (kebersihan mulut) yang buruk berisiko tidak hanya gigi, tapi juga gusi dan jaringan penunjang lainnya, seperti cementum (cairan lem di dalam gusi yang menjaga gigi stabil), ligamen dan tulang gigi; ini semua disebut jaringan periodontal.  

Malas sikat gigi, sikat gigi di waktu yang tidak tepat atau dengan cara yang salah, memudahkan penumpukan plak. “Plak merupakan lapisan bio film yang berisi koloni bakteri. Kuman begitu berkoloni akan menghasilkan toksik dan bisa menyebabkan radang gusi,” papar drg. Dedy Yudha Rismanto, Sp.Perio, dari RS Pondok Indah, Jakarta.

Gusi berdarah saat sikat gigi merupakan tanda awal radang gusi yang adalah ciri awal periodontitis. “Kalau sudah kena jaringan penyangga menjadi lebih sulit untuk disembuhkan, karena di sana ada 4 jaringan. Kerusakannya akan berjalan terus,” tambah drg. Dedy.

Periodontitis ditandai dengan gusi yang turun sehingga gigi tampak lebih panjang, gigi goyang, dan ada pembentukkan kantong gusi (gum pocket) yang berisi kuman. Biasanya jika sudah muncul kantong gusi sudah terjadi kerusakan pada jaringan cementum, bahkan tulang gigi.

Diikuti dengan pergeseran gigi, radang gusi dan nyeri. Serta, timbul bau mulut. “Harus cabut gigi untuk mencegah kuman semakin berkembang,” tegas dokter yang pernah mengikuti pelatihan tentang jaringan lunak gigi di Frankfurt University, Jerman ini.  

Ada risiko terjadi infeksi di organ lain (focal infection), misalnya radang di lapisan dalam jantung (infective endocarditis) atau radang selaput otak (meningitis), akibat racun kuman yang ikut terbawa bersama aliran darah.  

Dalam Sari Pediatri (2013) berdasarkan temuan di RS Hasan Sadikin Bandung disebutkan, anak dengan riwayat infeksi gigi berrisiko 2,7 kali lebih tinggi mengalami Henoch Scholenim Purpura (HSP), dibanding anak yang tidak infeksi gigi. HSP adalah penyakit peradangan pembuluh darah yang umum diderita oleh anak di bawah 10 tahun, dengan potensi kerusakan ginjal.

Pencegahan

Menurut drg. Dedy pencegahan gusi berdarah atau periodontitis dilakukan dengan menjaga kebersihan gigi sebaik mungkin. Kombinasikan antara sikat gigi minimal dua kali sehari (setelah sarapan dan sebelum tidur), berkumur menggunakan obat kumur dan memakai benang gigi (dental floss).  

“Gerakan sikat juga harus benar, yakni mengikuti kontur gigi; dari atas ke bawah untuk gigi atas dan dari bawah ke atas pada gigi bawah. Minimalkan gerakan horizontal” tambahnya. “Jika sudah ada gusi berdarah, sikat di daerah tersebut lebih bersih.”  

Yang tak kalah penting adalah memilih makanan yang sehat untuk gigi dan gusi. Makanan /minuman manis, makanan olahan, makanan yang lengket lebih gampang menyebabkan akumulasi kuman.

“Jika tidak memungkinkan untuk sikat gigi setiap kali habis makan, minimal berkumurlah dengan air putih untuk menetralkan keasaman rongga mulut. Perubahan keasaman mulut membuat bakteri lebih gampang tumbuh. Dan secara reguler (minimal 2 kali setahun) periksa ke dokter gigi,” tukas drg. Dedy dalam acara Peridontitis, Si Radang Gusi yang diadakan beberapa waktu lalu. (jie)