Ancaman Stunting Anak Indonesia | OTC Digest

Ancaman Stunting Anak Indonesia

Kejadian balita pendek atau stunting masih tinggi di Indonesia. Stunting dalam jangka panjang berisiko menyebabkan perkembangan otak tidak maksimal.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat sekitar 162 juta anak di bawah lima tahun mengalami stunting. Negara-negara Afrika dan Asia Tenggara adalah “rumah” bagi balita pendek tersebut. Indonesia termasuk ke dalam lima besar negara berpenduduk stunting terbanyak, diperkirakan 8,8 juta balita mengalami stunting, atau setara dengan 27,5 % dari total balita kita.

Stunting lebih sekedar masalah tinggi badan yang tidak sesuai dengan kriteria umur. Dalam jangka panjang berdampak pada turunnya kesehatan anak, tingkat kognitif (kecerdasan) dan motorik anak.

Menurut laporan UNICEF (1998) anak yang mengalami stunting yang parah dalam jangka panjang secara fisik dan mental tidak mampu belajar dengan optimal di sekolah, mereka cenderung masuk sekolah lebih lama dan lebih sering absen dari sekolah dibanding anak berstatus gizi baik. Hal ini berdampak pada kesuksesan masa depan anak.

Menurut Ir. Ahmad Syafiq, MSc, PhD., Ketua PKGK, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, stunting terjadi jika ada kurang asupan nutrisi pada periode emas tumbuh kembang anak (2 tahun).

“Untuk usia < 1 tahun, penyebabnya terkait dengan asupan makan yang rendah. Sedangkan pada mereka > 1 tahun biasanya akibat penyakit infeksi dan masalah sanitasi (menyebabkan diare, dll),” paparnya dalam Konferensi Indonesia Bergizi 2017, yang diadakan pada 9 Desember 2017 lalu.

Masalah lain yang memicu stunting adalah pada perilaku asuh orangtua ke anak. Tidak semua orangtua siap mengasuh anak untuk memberi asupan makanan bergizi dan benar. Syafiq, menambahkan, masih banyak orangtua yang tidak mampu membujuk anaknya untuk makan. “Anak-anak belum bisa mengambil keputusan makanan apa yang baik untuk dia. Orangtua harus aktif tentang apa dan kapan waktunya makan. Bukannya menuruti kemauan anak,” katanya.

Lantas bagaimana jika anak sudah terlanjut pendek? Sebagian anak akan tetap pendek sampai ia dewasa. Namun dengan pemberian nutrisi yang baik pada fase growth spurts (puncak laju pertumbuhan) sekitar usia 9-12 tahun, tinggi badan si kecil dapat diupayakan untuk dikejar.

Sayangnya tidak demikian dengan kemampuan otaknya, “Perkembangan otak anak sudah mencapai 80% di usia 3 tahun. Itu sebabnya penting untuk mencegah stunting terjadi,” tegas Syafiq.

Pencegahan

Ditegaskan oleh Ir. Doddy Izwardy,MA, Direktur Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan RI, bahwa pemenuhan gizi dimulai sejak janin di dalam kandungan.

1. Pada ibu hamil

Memperbaiki gizi dan kesehatan ibu hamil merupakan cara terbaik dalam mengatasi stunting. Ibu hamil perlu mendapat makanan yang bergizi. Bila ibu hamil sangat kurus atau telah mengalami Kurang Energi Kronis (KEK), maka perlu diberikan makanan tambahan kepada ibu hamil tersebut.

· Setiap ibu hamil perlu mendapat tablet tambah darah, minimal 90 tablet selama kehamilan.

· Kesehatan ibu harus tetap dijaga agar ibu tidak mengalami sakit.

2. Pada saat bayi lahir

Ibu didorong untuk sesegera mungkin melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD), dan bayi wajib mendapatkan ASI eksklusif (6 bulan pertama).

Mulai usia 6 bulan, selain ASI bayi diberi Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). Pemberian ASI terus dilakukan sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih. Bayi dan anak memperoleh kapsul vitamin A, taburia, imunisasi dasar lengkap.

3. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) harus diupayakan oleh setiap rumah tangga. (jie)

 

Baca juga: Cegah Stunting Dengan Satu Butir Telur per Hari