Anafilaksis,alergi Mematikan akibat gigitan tawon dan kacang
Anafilaksis, Alergi yang  Mematikan

Anafilaksis, Alergi Mematikan

Digigit tawon atau makan kacang tanah pada beberapa orang dapat menimbulkan reaksi alergi yang mematikan; disebut anafilaksis.  

 

Anafilaksis merupakan reaksi alergi yang cepat dan parah, melibatkan banyak sistem tubuh dan bisa menyebabkan kematian. Anafilaksis terjadi dalam hitungan detik sampai menit.

Kondisi berbahaya itu bukan karena kacang tanahnya, tapi lebih karena faktor manusianya yang tidak tahan.  Orang yang berisiko anafilaksis, umumnya atopi (punya bakat alergi) terhadap makanan, obat atau alergen yang masuk melalui saluran napas.

 

Kasus anafilaksis akibat makan kacang di Indonesia belum pernah tercatat. Pernah ada pasien meninggal, tapi akibat reaksi terhadap obat TB dan media radiokontras (suntikan yang diberikan sebelum rontgent). Di Indonesia, penyebab anafilaksis paling sering adalah antibiotik penisilin dan sepalosporin suntik serta media radiokontras.

 

Menurut dr. Hj. Iris Rengganis, SpPD-KAI dari Divisi Alergi Imunologi Klinik, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM, awalnya anafilaksis hampir selalu melibatkan kulit bentol, diikuti sesak napas, kemudian tensi drop.

 

Yang harus diwaspadai serangan langsung pada kardiovaskuler, tanpa ada reaksi pada kulit. Biasanya, anafilaksis melibatkan saluran napas dan menimbulkan batuk, parau, atau rasa tercekik di tenggorokan. Ini tanda bahwa jalan udara atas tersumbat.

 

Sesak napas terjadi jika ada pembengkakan pada jalan udara bawah. Lemah dan pusing dapat terjadi akibat hipotensi, sementara nyeri pada dada akibat bronkospasma (kontraksi mendadak otot bronkus) atau miokardial iskemia (serangan jantung karena sumbatan di pembuluh darah jantung).

 

Gejala tambahan pada saluran cerna seperti nyeri perut (kejang, mual), muntah atau diare biasanya akibat alergi makanan. Mata gatal, berair dan muncul rasa cemas. “Yang paling ditakutkan adalah pembengkakan larink dan kolaps kardiovaskuler. Ini manifestasi anafilaksis terberat dan sering dianggap sebagai penyebab kematian,” ujar dr. Iris. 

 

Satu-satunya ‘penawar’ anafilaksis adalah adrenalin. Obat-obatan lain seperti antihistamin dan kortikosteroid serta pemberian infus, diberikan menyusul. Sebagai pertolongan pertama, di samping adrenalin, bisa dilakukan napas buatan jika pasien berhenti napas.

 

Sebelum menerima obat suntik terutama antibiotik, ada baiknya bertanya kepada dokter, apakah epinefrin sudah siap. Jika tidak, dokter bisa disalahkan. (nid, jie)