Agar KLB Difteri Selesai, Kita pun Perlu Berpartisipasi Aktif | OTC Digest
vaksin_KLB_difteri

Agar KLB Difteri Selesai, Kita pun Perlu Berpartisipasi Aktif

KLB (kejadian luar biasa) difteri yang merebak di 170 kota/kabupaten menjadi penutup tahun  yang tidak menyenangkan di Indonesia. Berdasarkan catatan Kementrian Kesehatan (Kemenkes), terjadi 954 kasus difteri sepanjang 2017; dan kita masih berduka atas meninggalnya 44 anak akibat penyakit ‘kuno’ ini. Pemerintah pun segera mengambil langkah: melaksanakan ORI (outbreak-response immunization) untuk menghentikan penyebaran difteri. Dimulai di 12 kabupaten/kota di tiga provinsi (Jakarta, Banten, Jawa Barat) pada 11 Desember 2017. Diikuti secara bertahap di provinsi-provinsi lain. Per Januari 2018, menurut Kemenkes, ORI sudah dilaksanakan di 170 kabupaten/kota di 30 provinsi.

ORI adalah cara untuk memutus mata rantai penularan difteri. Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI) menargetatkan Indonesia bebas difteri 2018. Tentu, ini membutuhkan usaha, biaya dan energi yang luar biasa. Bisa dibayangkan betapa banyak uang yang harus dikeluarkan pemerintah, baik pusat maupun daerah, untuk melaksanakan ORI pada semua anak usia satu hingga <19 tahun. Dan betapa banyak profesi medis yang dilibatkan dalam pelaksanaan ORI.

Sayangnya, segala daya upaya ini bisa percuma. “ORI bisa kurang berhasil. KLB difteri bisa lambat terhenti kalau masih banyak orangtua menolak tambahan imunisasi difteri tiga kali,” tulis Dr. dr. Soedjatmiko, Sp.A(K), MSi dalam pesan singkatnya. ORI difteri dilakukan dengan tiga kali pemberian, dengan interval 0-1-6 bulan. Artinya, dosis kedua diberikan satu bulan setelah dosis pertama (bulan 0), dan dosis ketiga diberikan 6 bulan setelah dosis pertama. Pelaksanaan ORI harus selesai sebelum gelaran Asian Games dimulai pada Agustus 2018.

(Baca juga: Pentingnya Vaksinasi dan ORI dalam Mencegah KLB Difteri)

Untuk itu, Bio Farma selaku produsen vaksin memastikan bahwa vaksin difteri cukup tersedia untuk kepentingan ORI. Dalam siaran persnya, Kepala Bagian Mutu Uji Klinik Imunisasi PT Bio Farma (Persero)  menyatakan bahwa untuk sementara, ekspor vaksin keluar negeri dihentikan dulu demi menuntaskan KLB difteri. “Kami mengutamakan kebutuhan di dalam negeri. Kami memiliki persediaan 20% dari kebutuhan biasanya,” ujarnya.

Sayang, pelaksanaan ORI putaran pertama di tiga provinsi pada Desember lalu cakupannya <60%. Secara rinci yakni DKI Jakarta 55,2%, Jawa Barat 35,7% dan Banten 50,3%. Ini terkendala lantaran sekitar 75% pelaksanaan ORI di sekolah dilakukan menjelang liburan sekolah. Agar mencapai target, ORI akan dilanjutkan pada bulan Januari, setelah anak-anak sudah kembali bersekolah. Menteri Kesehatan Nila Moeloek mengharapkan, cakupan ORI mencapai >90% pada akhir Januari 2018.

Berdasarkan pantauan OTC Digest, beberapa SMP sudah melaksanakan ORI difteri, misalnya SMPN 252 Jakarta Timur. Untuk tingkat SD, misalnya di SDN 05 Pagi Malaka Jaya, ORI akan dilaksanakan pada 17 Januari mendatang.

(Baca juga: Lima Tips dari Dokter Anak untuk Memutus KLB Difteri)

KLB difteri dinyatakan selesai bila tidak ditemukan lagi kasus difteri sampai dua kali masa inkubasi. Sebagai informasi, satu masa difteri yakni 10 hari. Maka bila dalam 20 hari tidak ditemukan kasus difteri, bisa dikatakan bahwa KLB difteri sudah berlalu. Namun, ORI tiga dosis harus tetap diselesaikan agar benar-benar tuntas. Pada minggu pertama Januari 2018, masih dilaporkan 15 kasus difteri.

Pemerintah sudah melakukan upaya untuk menghentikan KLB difteri. Kini, bola ada di tangan kita. Apakah kita mau ikut aktif untuk memenangkan perang melawan difteri dengan mengikutsertakan anak dalam program ORI, ataukah hanya jadi penonton yang berharap bahwa KLB difteri segera reda dengan sendirinya. (nid)

(Baca juga: Sebab Terjadinya KLB Difteri meski Vaksin DPT Sudah Masuk Program)

___________________________________________________

Ilustrasi: Pixabay