6 Mitos Flu Yang Dipercayai Orangtua, Benarkah? | OTC Digest

6 Mitos Flu Yang Dipercayai Orangtua, Benarkah?

Sampai saat ini negara tetangga kita, Australia, sedang diterpa virus flu H3N2. Dilaporkan penderitanya semakin meningkat, bahkan sampai menyebabkan kematian. Kita patut waspada dan mengantisipasi penyebaran virus flu. Ada beberapa pandangan atau mitos yang selama ini kita percayai.

Virus H3N2 yang juga dikenal sebagai flu Australia ini tercatat juga menjangkit di Amerika Serikat. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) melaporkan sekitar 22,7% dari 100 ribu penduduk Amerika dilarikan ke rumah sakit hanya dalam waktu seminggu (31 Desember 2017 – 6 Januari 2018).

Pemenintah kita, melalui Kementerian Kesehatan-pun mulai mengaktifkan ‘tanda bahaya’ di Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), baik di bandara maupun pelabuhan.

Virus H3N2 sejatinya mirip virus flu biasa, tapi bisa menjadi lebih parah dengan penularan yang cepat. Gejalanya meliputi demam tiba-tiba, kelelahan, batuk kering, sakit kepala, radang tenggorok, diare, mual-muntah dan gangguan tidur.

Sampai saat ini para ahli beranggapan bahwa vaksin flu dapat mencegah perburukan penyakit. Artinya, walau kemungkinan infeksi flu tetap ada, dampak yang dirasakan tubuh tidak akan seberat jika tidak melakukan vaksin. 

Beberapa orang menganggap vaksin flu tidak bermanfaat, dan lebih mempercayai pandangan-pandangan tertentu. Diantaranya :

1.  Anda bisa melindungi diri dari flu dengan hidup sehat

Mencuci tangan sebelum makan atau setelah dari WC adalah pencegahan pertama terhadap infeksi bakteri. Tapi Anda tidak bisa menghindar dari virus flu yang ada di udara (airborne), walau sudah menerapakan pola hidup sehat.

Studi dalam the Journal of Infectious Diseases (2010) menyatakan, kebersihan tangan memang bisa mencegah infeksi penyakit saluran napas, tapi tidak signifikan untuk influenza. Artinya, Anda dan keluarga butuh perlindungan lebih.

2.  Jika Anda tidak akan menulari orang lain, jika mengisolasi diri

Mengisolasi diri tidak 100% membuat orang di sekitar Anda aman. Seperti dilansir dari fatherly.com, dikatakan transmisi virus ke orang lain mungkin sudah terjadi sebelum gejala flu muncul. Namun, cara ini tetap layak dilakukan, terutama mencegah Anda menulari si kecil.

3.  Minum antibiotik jika terserang flu

Karena flu adalah infeksi virus, maka antibiotik tidak akan membantu, kecuali justru membunuh bakteri baik dalam usus yang membantu sistem pertahanan tubuh Anda.

Antibiotik hanya boleh diminum jika dokter Anda yang meresepkannya. Ini artinya, sudah terjadi infeksi sekunder yang disebabkan oleh bakteri.

4. Vaksin flu bisa menyebabkan flu

Ada kemungkinan mengalami gejala flu setelah disuntik vaksin. Tapi, sebagian besar vaksin flu mengandung virus flu yang mati, atau virus hidup yang sudah ‘dilemahkan’, sehingga tidak menyebabkan infeksi.

Munculnya gejala mirip flu, seperti sakit kepala, mual atau demam ringan bisa disebabkan karena vaksin tersebut ‘membangunkan’ antibodi Anda.

5.  Ibu hamil dan anak-anak tidak boleh divaksin

Seluruh keluarga perlu vaksin untuk perlindungan dari flu. CDC merekomendasikan ibu hamil boleh menerima vaksin flu, kecuali ada komplikasi tertentu yang membahayakan ibu dan janin. Studi menunjukkan vaksin flu justru menurunkan risiko kelahiran premature. Dan 83% efektif menurunkan risiko infeksi pada anak-anak.

6.  Vaksin flu menyebabkan narkolepsi, alzheimer, dll

Benar bahwa vaksin flu babi di Eropa berhubungan dengan kejadian narkolepsi (penyakit tidur; penderitanya mengantuk tapi tidak bisa benar-benar tidur) di tahun 2009, tapi ini tidak berhubungan dengan virus flu pada umumnya.

Demikian pula tidak ada bukti ilmiah antara vaksin flu dengan Alzheimer, menyebabkan masalah mental dan autisme.  (jie)