Apa Pengaruh Biopsi pada pasien kanker

“Jangan Takut Biopsi”

Banyak yang takut dibiopsy. Ada anggapan, kanker makin ganas dan menyebar bila dibiopsi. Anggapan ini ditepis dr. Endang SR Hardjolukito MS, Sp.PA(K), dari Departemen Anatomi Patologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. ”Biopsi dengan jarum halus tidak terbukti. Biopsi dengan jarum besar (core biopsy), beberapa kepustakaan menyatakan bisa terjadi, tapi masih kontroversi, ” ujarnya. ”Apalagi, setelah biopsi dilakukan terapi. Kalau sifat kankernya ganas, dengan atau tanpa biopsi kanker akan menyebar.”

Baca Juga : DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA LEWAT NAPAS

                    “KAYAK MIMPI, SAYA BISA JALAN LAGI”                    

Biopsi adalah mengambil contoh sel/jaringan tubuh, untuk diperiksa oleh dokter dengan mikroskop. Selain untuk menegakkan diagnosis, juga untuk menentukan terapi dan sifat penyakit. Pada kasus kanker, dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, apakah sel kanker memiliki molekul atau mutasi gen tertentu sehingga bisa diberikan terapi yang tepat. “Terapi untuk kanker sekarang bersifat individual. Sama-sama kanker payudara, pengobatan bisa berbeda, tergantung sifat tumornya,” terangnya.

Ada bermacam biopsi. “Yang paling ringan jarum halus, hanya memeriksa sel-sel. Hasilnya tidak terlalu sensitif,” tutur dr. M. Yadi Permana, Sp.B(K)Onk, dari RSUP Fatmawati dalam kesempatan berbeda. Adapun core biopsi dilakukan dengan ukuran jarum lebih besar. Pada biopsi jenis ini, dihasilkan “pita” jaringan yang menunjukkan sebagian arsitektur jaringan. FNAB tidak perlu bius, core biopsy mungkin perlu; tergantung keadaan.

Ada biopsi yang dilakukan dengan cara operasi (biopsi bedah). Bisa diambil sebagian jaringan (insisi) maupun seluruh jaringan yang dianggap abnormal (eksisi). Ini dilakukan seperti halnya operasi, dengan anestesi (obat bius) dan pisau operasi. Ada lagi biopsi yang dilakukan di tengah operasi. Jaringan dipotong beku dan segera dilihat. Bila ternyata kanker, segera dilakukan tindakan operasi yang sesuai dengan sifat jaringan tersebut.

Umumnya, biopsi jarum dilakukan bila kondisi pasien tidak memungkinkan menjalani biopsi bedah. “Misal kondisi kesehatannya buruk, usia lanjut atau menderita kelainan jantung, diabetes yang tidak terkontrol, dan kelainan darah,” papar dr. Endang. Ada kalanya biopsi jarum sudah cukup untuk menegakkan diagnosis. Bisa juga hanya bersifat penapisan, hingga perlu biopsi bedah agar diagnosis bisa ditegakkan.

Bbiopsi harus diikuti tindakan pengobatan. Bagi dr. Endang, biopsi penting untuk diagnostik. “Jangan khawatir dengan biopsi,” katanya. (nid)