Vaksinasi Hepatitis B Dilakukan dalam 12 Jam setelah Bayi Lahir
vaksinasi_hepatitis_B_bayi_baru_lahir

Vaksinasi Hepatitis B Perlu Dilakukan dalam 12 Jam setelah Bayi Lahir

Vaksinasi hepatitis B perlu dilakukan dalam 12 jam setelah bayi lahir. Kenapa 12 jam? “Penularan paling tinggi yakni saat proses persalinan. Antibodi bayi perlu dirangsang sedini mungkin, sebelum virus masuk ke tubuhnya,” papar Prof. Dr. dr. Hanifah Oswari, Sp.A(K), Guru Besar Tetap FKUI, Jakarta. Bayi yang terinfeksi hepatitis B berpeluang besar menderita hepatitis B di kemudian hari, sehingga harus dilindungi sejak dini.

Pada dasarnya, vaksinasi meniru kerja infeksi alami, tapi tidak menimbulkan penyakit. Vaksin hepatitis B merupakan vaksin subunit, yang hanya mengandung sebagian komponen virus hepatitis B yang bisa berfungsi merangsang repson imun. Ketika vaksin disuntikkan, tubuh bereaksi dengan membentuk sel memori untuk mengingatnya, lalu membuat antibodi spesifik untuk melawan. Ketika virus betulan masuk, sel memori akan langsung merangsang keluarnya antibodi.

Semua bayi yang baru lahir perlu divaksinasi hepatitis B, terlepas apakah ibu memiliki HBsAg positif atau negatif. Meski HBsAg ibu negatif, tetap ada kemungkinan bayi tertular. “Misalnya karena terjadi kesalahan pencatatan. Ibu dilaporkan HBsAg negatif, padahal positif. Atau salah persepsi; yang negatif adalah HBeAg, bukan HBsAg,” papar Prof. Hanifah.

Kemungkinan lain, terjadi gangguan pada bayi sehingga perlu diinfus atau transfusi, yang membuka peluang terjadinya infeksi. Atau, lingkungan tempat bayi tinggal tidak aman. Mungkin ayah atau orang lain di sekitarnya menderita hepatitis B. “Bila pemberian vaksin ditunda, kesempatan melindungi bayi hilang,” tegas Prof. Hanifah.

Setelah vaksinasi pertama dalam 12 jam setelah lahir, selanjutnya dilakukan vaksinasi lanjutan. Yakni saat bayi berusia 2, 3, dan 4 bulan (jadwal IDAI terbaru, 2017). Vaksinasi lanjutan ini bisa dilakukan bersamaan dengan vaksin DPT, yang jadwalnya sama. Vaksinasi hepatitis B dan DPT gratis di Posyandu .

Pada beberapa vaksin, dalam 5-10 tahun setelah vaksinasi, antibodi bisa hilang atau turun hingga di bawah kadar antibodi protektif 10 mIU/mL sehingga diperlukan booster. Pada hepatitis B, booster tidak diperlukan karena ternyata sebagian besar orang masih memiliki sel memori untuk mengingat hepatitis B hingga jangka waktu lama.

 

Imunisasi hepatitis B pasif

Vaksinasi hepatitis B merupakan imunisasi aktif, yang bekerja dengan merangsang sistem imun membentuk sel memori untuk mengingat virus hepatitis B, dan antibodi untuk melawannya. Vaksin hepatitis B mungkin tidak cukup pada bayi yang lahir dari ibu dengan HBeAg positif. Pada kasus seperti ini, “Bayi juga membutuhkan HBIG.”

HBIG (Hepatitis B Immunnoglobulin) adalah suntikan imunoglobulin hepatitis B, yakni antibodi terhadap hepatitis B. Ini merupakan imunisasi pasif. Tubuh bayi langsung menerima antibodi terhadap hepatitis B, tanpa sistem imun harus bekerja terlebih dulu. Sehingga, bayi yang berisiko tinggi terinfeksi hepatitis B dari ibu, langsung mendapat perlindungan. Vaksin hepatitis B tetap diberikan, agar perlindungan lebih baik lagi.

Vaksinasi hepatitis B dan HBIG dilakukan bersamaan, di sisi tubuh berbeda. Bila vaksin disuntikkan di paha kiri, maka HBIG di paha kanan, agar tidak saling memengaruhi. “Sebelum pemberian vaksin dan HBIG, bayi perlu disuntik vitamin K untuk mencegah perdarahan akibat gangguan pembekuan darah,” ujar Prof. Hanifah.

Di Amerika Serikat (AS), semua bayi yang baru lahir langsung diberi suntikan imunisasi hepatitis B dan HBIG. Ini jauh lebih efektif menurunkan angka hepatitis B pada anak. Seperti terlihat di Taipei dan Taiwan. Di sana, vaksin hepatitis B diberikan gratis pada semua bayi yang baru lahir, dan HBIG diberikan hanya bila ibu memiliki HBeAg positif. Hasilnya, angka HBsAG positif pada anak turun drastis; dari 10% menjadi 0,6%.

Di Indonesia, vaksinasi hepatitis B pada bayi baru lahir dan bayi sudah jadi program pemerintah sejak tahun 1997, gratis di semua layanan kesehatan pemerintah. Namun angka hepatitis B masih saja tinggi. Bukannya vaksin tidak efektif. Ada beberapa kemungkinan. “Mungkin saja bayi lahir dari ibu dengan HBeAg positif tapi tidak diberikan HBIG. Bisa pula karena penyimpanan vaksin kurang baik,” terang Prof. Hanifah. HBIG tersedia di Indonesia, tapi belum jadi program pemerintah, sehingga harus dibayar secara mandiri. (nid)

____________________________________________

Ilustrasi: Background photo created by freepic.diller - www.freepik.com