Perlu Banyak Senjata untuk Hadapi Ae. Aegypti | OTC Digest

Perlu Banyak Senjata untuk Hadapi Ae. Aegypti

Aedes aegypti (Ae. aegypti) merupakan vektor tular utama untuk dengue/demam berdarah dengue (DBD), yang hingga kini kejadiannya masih saja tinggi di Indonesia. Indonesia termasuk negara dengan kasus DBD tertinggi di dunia. Pada 2015, angka kematian akibat DBD di Indonesia mencapai  49,5/100.000 penduduk, atau 1.229 kematian. Meningkat dari 907 kematian pada 2014 (36,8/100.000 penduduk).

“Tahun 2009 – 2010 DKI Jakarta nomor satu untuk kasus DBD di seluruh dunia,” ucap Dr. dr. Leo. Kini, peringkat satu di Indonesia dijuarai oleh Jawa Barat, dengan jumlah kasus 96.000 pada 2016. Adapun Thailand termasuk negara dengan angka kematian akibat DBD sangat rendah (0,02%), dan menjadi pusat peneliian DBD.

Karakteristik Ae. aegypti  berbeda dengan dua nyamuk sebelumnya. Lebih banyak “beredar” di perkotaan sehingga disebut ‘nyamuk kota’, dan merupakan nyamuk rumahan (indoor). “Nyamuk ini grogian; ada gerakan kipas angin sedikit aja atau kita bergerak, dia langsung terbang,” tuturnya. Bila si nyamuk belum kenyang, maka dia akan mengigit orang lain (multiple biting). Maka, jangan heran bila dalam satu wilayah bahkan satu rumah, ada lebih dari satu orang yang kena DBD.

Perbedaan lainnya, Ae. aegypti  aktif menggigit di siang hari, sehingga penggunaan kelambu tidak efektif. Nyamuk ini punya office hour; aktif dari pagi hingga siang, puncaknya pukul 8 - 11. Setelah itu break, lalu kembali aktif pukul 15 – 17. Setelah itu ia bersembunyi di lipatan gorden dan baju yang digantung, terutama yang berwarna merah dan hitam.

Melihat jam aktifnya, maka anak sekolah termasuk kelompok yang paling berisiko digigit dan tertular DBD. “Anak-anak duduk di ruang kelas selama pagi sampai siang hari. Kaki mereka tersembunyi di bawah meja, menjadi sasaran empuk,” paparnya.

Ae. aegypti termasuk nyamuk antropofilik, yang artinya lebih menyukai darah manusia daripada darah hewan. Ia bisa mencium aroma tubuh manusia. Bau badan kita akan menempel pada pakaian yang kita kenakan. Untuk itu, “Kalau naju sudah tidak mau dipakai lagi, masukkan ke ember cucian kemudian tutup.” Bila baju masih mau dipakai lagi, gantunglah di dalam lemari tertutup, agar tidak menjadi tempat persembunyian Ae. aegypti.

Memasuki musim hujan, DBD mengintai. Penelitian yang dilakukan oleh Dr. dr. Leo menemukan, kejadian DBD meningkat bersamaan dengan musim hujan. “Musim hujan menggelontorkan air. Di akhir musim hujan, hujan mulai on-off. Membuat air tergenang dan terperangkap, menjadi sumber sarang nyamuk,” jelasnya. Saat hujan reda, suhu menjadi hangat, sehingga telur nyamuk menetas. Gawatnya lagi, telur nyamuk Ae. aegypti bisa bertahan 6 bulan dalam keadaan kering. Begitu kena air, telur menetas jadi larva.

Di Thailand bagian selatan, anak-anak sekolah diinstruksikan untuk mengenakan lengan panjang. Yang merempuan memakai rok panjang dan jilbab, dan anak laki-laki mengenakan celana panjang. “Ini untuk memperkecil bagian tubuh yang terpapar. Semakin banyak bagian yang tertutup, makin sedikit peluang digigit,” imbuh Dr. dr. Leo.

PSN 3M masih efektif mencegah DBD. Namun, ada sedikit perubahan. Dulu, 3M mencakup: menutup, menguras, mengubur. Namun dengasn semakin padatnya lingkungan perkotaan akibat urbanisasi yang tidak terkontrol, mengubur kian sulit dilakukan. Maka, “M yang terakhir diganti jadi memodifikasi.” Maksudnya, memodifikasi atau menggunakan ulang bahan-bahan kontainer menjadi barang yang bisa dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya menggunakan sampah gelas plastik, botol plastik, kotak susu cair atau kemasan isi ulang (refill) untuk pot tanaman.

Yang juga perlu diperhatikan, kita ingat untuk menguras dan menutup trmpat penyimpanan air yang besar, tapi sering melewatkan yang kecil-kecil. Man-made container sering menjadi tempat berkembangnya Ae. aegypti. Seperti pot air, tatakan pot, tatakan dispenser. Dan, tidak perlu volume air yang besar. “Satu cc saja air jernih tergenang, sudah bisa jadi media berkembang biak nyamuk Ae. aegypti,” tgas Dr. dr. Leo. Misalnya tutup botol, kemasan bekas obat, bahkan tetesan air dari cucian yang dijemur. Air hujan yang terperangkap di ketiak pohon pun bisa menjadi media perkembangbiakan Ae. aegypti. (nid)

Bersambung ke: Obat Anti Nyamuk Sekarang Lebih Aman