Pengobatan Makin Berkembang | OTC Digest

Pengobatan Makin Berkembang

“Yang membunuh bukan  kanker di paru, tapi penyebarannya. Kalau menyebar ke otak, ya game over,” ungkap dr. Elisna Syahruddin, Ph.D, Sp.P(K) dari RSUP Persahabatan, Jakarta. Pasien bisa meninggal karena gangguan ginjal, ganguan jantung, dan lain-lain. Di Negara maju, tidak boleh ada pasien kanker yang meninggal karena kegagalan fungsi organ. Masalahnya, di Indonesia pasien datang sudah stadium lanjut, saat kanker sudah menyebar ke mana-mana.

Prinsip pengobatan kanker di dunia sama: tergantung stadium. “Kanker stadium 1-2 bisa dibedah,” ujar dr. Elisna. Stadium 2 biasanya ditambahi kemoterapi. Secara garis besar, pengobatan kanker dibagi menjadi dua: local (operasi, radiasi) atau sistemik (kemoterapi, terapi target atau imunoterapi).

Kini, selain stadium pilihan obat makin berkembang dengan melihat jenis kankernya. Untuk kanker paru jenis karsinoma sel kecil (KPKSK) pilihannya terbatas pada kemoterapi dan radioterapi. Jenis ini cenderung cepat menyebar, tapi respon terhadap pengobatan baik.

Untuk kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK), penyakit berjalan lebih lambat tapi lebih sulit diobati. Pilihan terapi untuk KPKBSK kini makin banyak. Harus dilihat lebih detil sub tipenya, apakah termasuk sel skuamosa karsinoma, adenokarsinoma, atau karsinoma sel besar. “Masing-masing sel pengobatannya berbeda. Makin banyak pilihan obat, pemeriksaan juga makin banyak,” tutur dr. Elisna.

Telah dikembangkan obat yang secara spesifik bekerja pada sel kanker, yang disebut terapi target. Ini berbeda dengan kemoterapi yang menyerang semua sel termasuk sel normal. Pengobatan terbaru yakni imunoterapi, yang banyak macam dan metodenya. Intinya, imunoterapi bekerja pada system imun sehingga sel-sel kanker bisa dibunuh oleh system imun kita sendiri.

Salah satu yang banyak dibicarakan para pakar onkologi medis, yakni obat yang bekerja pada PD-1, protein di permukaan sel T system imun. Cara kerjanya seperti terapi target, tapi menyasar system imun. PD-1 berfungsi mencegah overstimulasi pada sel T, agar tidak terjadi peradangan kronis. Saat PD-L1 atau PD-L2 sel kanker bertemu dengan PD-1 sel T, ia seperti menekan “rem” sehingga sel T tidak menyerang. Ini salah satu mekanisme yang dikembangkan sel kanker agar lolos dari serangan system imun.

Obat imunoterapi anti PD-1 memblok PD-1 sel T, sehingga tidak bisa berikatan dengan PD-L1 sel kanker. Obat ini seperti melepaskan rem yang ditekan oleh sel kanker, sehingga sel T kembali aktif dan bisa membasmi kanker.

Target terapi maupun imunoterapi yang bekerja seperti terapi target, penggunaannya tidak dibatasi sampai kapan. “Selama masih bisa pakai, ya pakai terus,” ujar dr. Elisna. Sayang harganya mahal. Obat anti PD-1 akan mendapat izin edar dari BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) medio tahun ini. Masih perlu waktu hingga obat ini bisa ditanggung oleh BPJS. (nid)