Penderita Sindrom Metabolik Membutuhkan Banyak Vitamin C | OTC Digest

Penderita Sindrom Metabolik Membutuhkan Banyak Vitamin C

Para peneliti dari Oregon State University menyatakan penderita sindrom metabolik membutuhkan asupan vitamin C yang lebih banyak untuk menghentikan siklus gangguan antioksidan yang memicu beragam masalah kesehatan lain.

Sindrom metabolik merupakan kumpulan gejala dari sejumlah kondisi seperti hipertensi, hiperglikemia (kadar gula darah tinggi), hiperkolesterolemia (kadar kolesterol tinggi), dan obesitas, yang dialami secara bersamaan.

Kondisi-kondisi yang tersebut membuat seorang penderita sindrom metabolik berisiko tinggi mengalami penyakit yang serius, seperti serangan jantung atau stroke.

Diet tinggi lemak jenuh akan memicu peradangan kronis di dalam tubuh, yang pada akhirnya berkembang menjadi sindrom metabolik. Diet tinggi lemak juga berkorelasi dengan penurunan fungsi kognitif dan demensia (pikun).

Seseorang dianggap menderita sindrom metabolik jika ia memiliki setidaknya tiga dari kondisi seperti berikut : obesitas central (perut buncit), tekanan darah tinggi, gula darah tinggi, kadar kolesterol ‘baik’ rendah dan trigliserida yang tinggi.

Penelitian yang dipublikasikan dalam Redox Biology (2018) ini menyatakan pola makan yang menyebabkan sindrom metabolik dapat memicu ketidakseimbangan bakteri usus. Kemudian mengakibatkan gangguan fungsi usus yang berkontribusi atas beredarnya racun dalam aliran darah.

Ini berkontribusi pada berkurangnya vitamin C, yang kemudian mengganggu peredaran vitamin E dalam tubuh.

Itu seperti efek lingkaran setan gangguan antioksidan yang berkesinambungan, dan akan semakin bertambah buruk. Sebagai informasi, antioksidan seperti vitamin C dan E bertugas melawan stres oksidasi yang disebabkan oleh peradangan dan radikal bebas di dalam tubuh.

“Sebenarnya vitamin C akan melindungi vitamin E. Jadi ketika Anda mengalami peroksidasi lemak, vitamin E digunakan untuk menghalangi efek peroksidasi, dan vitamin C akan meregenerasinya,” terang Prof. Maret Traber, dari Oregon State’s Linus Pauling Institute.

“Jika Anda tidak memiliki vitamin C, vitamin E hilang dan kemudian Anda kehilangan kedua antioksidan itu. Ini akan menghabiskan perlindungan antioksidan Anda.”

Peroksidasi lemak merupakan degradasi oksidatif asam lemak tak jenuh ganda yang adalah komponen utama sel. Ini adalah proses di mana radikal bebas mencoba menstabilkan diri dengan mencuri elektron dari membrane sel, dan menyebabkan kerusakan sel.

"Jika terlalu banyak mengonsumsi lemak alam menyebabkan cedera pada usus," kata Traber dilansir dari sciencedaily.com. "Dinding sel usus bocor dan menyebabkan bakteri keluar, masuk ke sirkulasi di dalam tubuh. Mereka akan dikejar oleh neutrofil."

Neutrofil adalah jenis sel darah putih yang paling melimpah, ia menjadi bagian penting dari sistem kekebalan tubuh. Neutrofil menyerang bakteri dengan asam hipoklor. Selanjutnya, neutrofil juga akan menghancurkan vitamin C yang ada dalam darah karena berpikir ada invasi bakteri.

“Mereka yang menderita sindrom metabolik dianjurkan mengonsumsi vitamin C dalam jumlah yang sama seperti orang normal tetapi memiliki kadar vitamin C rendah,” terang Traber. "Kami menyarankan itu karena kebocoran dinding usus ini menyebabkan seluruh tubuh berada pada respons anti-inflamasi."

Vitamin C ditemukan dalam sayuran dan buah-buahan segar. Sementara sumber vitamin E alami ada pada kacang almond, bibit gandum dan berbagai biji-bijian. Rekomendasi harian vitamin C adalah 65-90 miligram vitamin per hari, dan 15 miligram per hari vitamin E.

“Yang ingin dikatakan dalam penemuan ini adalah setelah kita selesai dengan musim liburan akhir tahun, yang biasanya banyak mengonsumsi makanan tidak sehat, sudah waktunya mulai memperbanyak makan sayur dan buah-buahan,” kata Traber.

“Konsumsi 5-10 porsi sayur/buah sehari, Anda akan memperoleh serat juga vitamin C. Dan sekaligus akan melindungi usus Anda dengan makanan tersebut.” (jie)