Pasangan Anda Hiperseks Atau Selingkuh? Tunggu Dulu Jangan-Jangan Karena Bipolar | OTC Digest

Pasangan Anda Hiperseks Atau Selingkuh? Jangan-Jangan Karena Bipolar

Peningkatan libido kerap terjadi pada fase mania gangguan bipolar (GB), kerap kali mengganggu keharmonisan hubungan dengan pasangan. Namun, kondisi ini sering diikuti perasaan menyesal, malu serta sedih yang berkepanjangan.

Ini bersiko ‘mengurung’ penderita pada fase depresi. Oxford Psychiatry Library (2011) mencatat 15% penderita GB pada fase depresi berakhir dengan bunuh diri.

Bipolar adalah gangguan mood yang dicirikan oleh adanya 2 kutub ekstrim dari emosi : senang sekali (mania/manik) dan sedih sekali (depresi). Prevalensi gangguan bipolar (GB) yang tercatat di Indonesia sekitar 1%, namun diperkirakan mencapai 3,5% dari total populasi. 

Saat fase mania  pada penderita GB tipe I (klasik) terdapat antara lain perilaku impulsif, peningkatan libido, dan menjadi tidak menghiraukan / menabrak norma sosial (perilaku promiskuitas).

Sementara pada GB tipe II di mana terdapat episode hipomania (penderita masih bisa mengendalikan diri sendiri) dan GB tipe campuran (episode mania dan depresi terjadi pada waktu bersamaan), peningkatan libido jarang terjadi.  

Studi yang dilakukan Goodwin & Jamison (1990) menyatakan 57% penyandang bipolar pada fase mania mengalami peningkatan gairah/aktivitas seksual. Ini berdampak pada meningkatnya kasus selingkuh.

Dr. Natalia Widiasih, SpKJ (K), MPd. Ked, dari FKUI-RSCM menjelaskan perilaku promiskuitas yang dilakukan penderita GB tersebut dilakukan dalam kondisi “tidak sadar”, ia kehilangan kendali atas suasana perasaannya. Ini akibat ketidakseimbangan neurotransmitter di otak.

Yakni dopamin dan norepinefrin yang mendorong perilaku agresivitas dan dorongan seksual meningkat. Sementara serotonin yang meregulasi perilaku tetap. Akibatnya, ibarat mobil yang melaju kencang tapi tanpa rem, norma sosial ditabrak.

“Penderita menjadi tidak punya kontrol pada dorongan libidonya,” tegas dr. Natalia. “Ia bisa langsung merasa senang pada orang yang baru saja ia kenal. Dan jika orang tersebut merespon, si penderita dapat langsung mengajak melakukan hubungan seksual. Di mana ini tidak terjadi pada orang normal.”

Biasanya gejala pertama muncul ketika usia remaja (>15 tahun), karena pengaruh hormonal (pubertas). Gejala kedua kambuh di usia 20 tahunan, ini berhubungan dengan masuk usia kuliah, kerja dan menikah.

Gejala

Dr. Ashwin Kandouw, SpKJ, psikiater sanatorium Dharmawangsa menjelaskan keluarga perlu mengenali gejala saat penderita masuk ke fase mania.

Beberapa gejala seperti, cara bicara menjadi angkuh, merendahkan orang lain, atau gaya berdandan dan berpakaian yang tiba-tiba berubah.

Saat libido meningkat penderita dapat tetap merasa tidak terpuaskan, walau setelah berhubungan dengan banyak orang (menjadi hiperseksual).

Aktivitas seksual dilakukan bukan atas dasar suka. Bahkan bisa merubah orientasi seksual penderita. Selain perselingkuhan, risiko lanjutan adalah terjadinya kejahatan seksual. 

Pengobatan

 “Pengobatan yang tepat (jenis obat dan dosis) menentukan kekambuhan penderita,” papar dr. Ashwin.

Terlambat mengobati ditambah adanya faktor genetik menyebabkan kekambuhan semakin sering terjadi. Obat yang diberikan adalah golongan mood stabilizer atau antipsikotik yang awalnya untuk obat skizofrenia.

“Obat antispikotik awalnya memang untuk mengobati skizofrenia, tapi ternyata memiliki manfaat lain sebagai mood stabilizer,” kata dr. Ashwin. “Memang ada obat untuk mereduksi libido, tetapi biasanya dengan diperbaiki mood-nya, libido dengan sendirinya akan turun.” 

Pada fase akut, pemberian obat dilakukan selama 3-8 minggu, tujuannya untuk melihat respon peredaan gejala, tepat/tidaknya jenis obat dan dosisnya. Fase lanjutan dilakukan selama 2-6 bulan. Tujuannya untuk recovery, mencegah relaps dan memperbaiki  fungsi emosional dan sosial. Yang tak kalah penting adalah evaluasi pasien nyaman/tidak dengan obat yang dikonsumsi.

Selain itu terapi psikologi diperlukan agar keluarga/suami/istri memahami bahwa aktivitas hiperseksual adalah salah satu gejala gangguan bipolar, di luar kontrol penderita. (jie)

Baca juga : 2 Gejala Penanda Bipolar Sebelum Ia Benar-Benar Berkembang