Mengoptimalkan Fungsi dan Cara Kerja Otak | OTC Digest

Mengoptimalkan Fungsi dan Cara Kerja Otak

Agar berfungsi optimal, otak harus sehat dan bugar. Zat-zat yang terkandung pada saripati ayam bisa membantu. Lebih jauh mengenai kesehatan dan kebugaran otak, OTC DIGEST mewawancara Dr. Paramjeet Singh, Ph.D, peneliti bidang biokimia yang bermukim di Singapura, saat ia berkunjung ke Jakarta beberapa waktu lalu. Petikannya.

Mengapa otak begitu penting?

Otak adalah salah satu organ pertama yang terbentuk saat kita berada dalam kandungan. Otak berkembang paling cepat dan paling banyak selama masa ini. Selain untuk berpikir, otak adalah hal pertama yang kita butuhkan untuk menjadi sehat karena otak mengatur seluruh tubuh.

Jantung berdetak karena pusat saraf mengkatifkannya. Saat stres, tekanan darah meningkat, atau sakit perut karena otak mengatur dan memengaruhi semua sistem saraf, termasuk sistem otonomi. Jadi, kesehatan tubuh secara keseluruhan diatur oleh otak.

Otak  tersusun atas neuron (sel otak), yang jumlahnya sudah ditentukan sejak lahir dan tidak bertambah lagi. Dengan kata lain, jumlah sel saraf antara balita dengan dewasa adalah sama.

Seperti apa cara kerja otak?

Otak kita seperti rangkaian aliran listrik. Tiap neuron berfungsi seperti kabel, mengantarkan informasi ke neuron berikutnya. Untuk menyampaikan pesan, aliran listrik pada neuron pertama diubah menjadi sinyal kimia (neurotransmitter) untuk ‘dilemparkan’ ke neuron berikutnya.

Selanjutnya sinyal kimia diubah menjadi listrik untuk mengalir ke ekor neuron, lalu diubah lagi menjadi neurotransmitter untuk disampaikan ke neuron lain, begitu seterusnya. Perubahan sinyal kimia menjadi listrik dan sebaliknya harus berjalan lancar.

Apa saja yang bisa mengganggu kesehatan dan kebugaran otak?

Faktor terbesar adalah stres. Stres utamanya menurunkan kadar serotonin (salah satu neurotransmitter), dan meningkatkan hormon stres (kortisol). Turunnya kadar serotonin akan menurunkan motivasi; pada akhirnya stres bisa mengurangi kecerdasan.

Juga, ada faktor alami yang disebut brain aging. Di usia tua, khsususnya pada penderita penyakit Alzheimer, ukuran otak akan menyusut/mengecil. Hingga kini, belum diketahui pasti apa penyebabnya, namun salah satu yang dicurigai yakni neuron yang kian berkurang.

Melewati usia 20-an, mulai terjadi kematian sel otak. Diperkirakan, kita kehilangan 1 neuron per detik, dan selama hidup, kita bisa kehilangan hingga 10% neuron.

Selain disebabkan oleh hilangnya sel otak, juga karena sistem energi di otak menurun; produksi energi berkurang, sebaliknya oksigen yang bersifat reaktif (radikal bebas) meningkat. Akibatnya tubuh tidak bisa membersihkan plak amyloid, protein sisa yang bersifat seperti sampah di otak. Penumpukan plak amyloid menciptakan “kerak” di otak dan mematikan neuron.

Salah satu penyebab kematian neuro adalah mengonsumsi makanan tinggi gula dan lemak. Ini akan membebani sistem metabolik tubuh. Banyak gula dan lemak yang masuk, namun tubuh tidak bisa mencerna, sehingga “macet”. “Kemacetan” ini akhirnya terurai dan menghasilkan bahan kimia beracun, yang pada akhirnya merusak sel-sel otak.

Adakah cara untuk melindungi otak?

Di dalam tubuh ada senyawa kimia carnosine, yang melindungi tubuh dari racun. Carnosine adalah dipeptida alami, yang utamanya terdapat di otak dan otot; kedua organ ini paling banyak menggunakan oksigen sehingga paling banyak memroduksin radikal bebas.

Tubuh menempatkan banyak carnosine di otak, untuk melindunginya. Singkatnya, carnosine bekerja sebagai antioksidan. Selain menetralkan radikal bebas, carnosine mencegah kerusakan sel akibat protein sampah. Seiring bertambahnya usia, carnosine makin menurun.

Kita bisa mendapat carnosine dari luar untuk menambah carnosine di dalam tubuh. Makanan yang banyak mengandung carnosine yakni unggas. Unggas memiliki banyak carnosine, terutama di otot dada karena digunakan untuk terbang, yang banyak menggunakan energi. Carnosine terutama banyak terdapat pada ayam.

Mengapa ayam, padahal ayam tidak bisa terbang?

Kita berpikir, burung yang terbang jauh, misalnya yang bermigrasi, memiliki carnosine lebih banyak. Karena adaptasi, tubuh mereka tidak terlalu banyak membutuhkan carnosine. Justru, burung yang tidak bisa terbang memiliki carnosine lebih banyak.

Saat yang paling sulit dan membutuhkan banyak energi adalah ketika take-off. Setelah berada di udara (terbang), tidak banyak otot yang digunakan. Unggas yang tidak bisa terbang tapi harus terbang, misalnya untuk menghindari pemangsa, mengalami banyak kejadian mengejutkan yang mengharuskan mereka take-off. Mereka membutuhkan banyak carnosine, untuk melindungi otot-otot.

Ayam yang diolah secara khusus, akan mengeluarkan probeptigen. Penelitian kami menunjukkan, probeptigen yang terkandung pada saripati ayam membantu meningkatkan serotonin pada neuron. Banyak konsumsi probeptigen, makin baik peningkatan serotonin. (nid)

Baca juga : Manfaat Kaldu Ayam Untuk Kesehatan