Mengenal infeksi kulit akibat bakteri Staphylococcus | OTC Digest

Mengenal infeksi kulit akibat bakteri Staphylococcus

Staphylococcus aureus (staph) merupakan jenis bateri yang banyak hidup di kulit manusia. Normalnya bakteri ini tidak menyebabkan infeksi, atau hanya beberapa jenis infeksi minor.

Tetapi infeksi staph bisa membahayakan jiwa bila bakteri masuk lebih dalam ke tubuh, beredar terbawa oleh aliran darah, kemudian menginfeksi sendi, tulang, paru bahkan jantung.

Gajala infeksi kulit

Infeksi bakteri Staphylococcus bisa memunculkan gejala minor di kulit sampai endokarditis, infeksi di lapisan jantung (endokardium) yang mengancam jiwa. Tanda dan gejala infeksi Staph sangat bervariasi, tergantung dari lokasi dan tingkat keparahannya.

Tanda-tanda infeksi kulit akibat bakteri Staphylococcus aureus antara lain:

  1. Bisul. Ini adalah tanda paling umum. Katung nanah muncul di folikel rambut atau kelenjar minyak. Kulit di atas area yang terinfeksi biasanya menjadi merah dan membengkak. Jika bisul pecah, mungkin akan mengeringkan nanah. Bisul paling sering terjadi di bawah lengan, di sekitar pangkal paha atau bokong.
  2. Impetigo. Lepuhan-lepuhan berisi nanah yang menular dan seringkali menyakitkan ini dapat disebabkan oleh bakteri Staph. Impetigo biasanya memiliki lepuh yang besar, bisa mengeluarkan cairan dan menjadi kerak berwarna kecokelatan.
  3. Selulitis. Ini adalah infeksi pada lapisan kulit yang lebih dalam, menyebabkan reaksi peradangan pada permukaan kulit. Luka (borok) mungkin terjadi.
  4. Sindrom kulit melepuh (Staphylococcal scalded skin syndrome). Racun yang dihasilkan akibat infeksi Staph dapat menyebabkan sindrom kulit melepuh. Sebagian besar mempengaruhi bayi dan anak-anak, kondisi ini memiliki demam, ruam dan kadang lecet. Ketika lecet pecah, lapisan atas kulit lepas - meninggalkan permukaan merah dan mentah yang terlihat seperti luka bakar.

Pengobatan

Pengobatan infeksi bakteri Staphylococcus biasanya melibatkan antibiotik dan mengeringkan area yang terinfeksi. Namun beberapa infeksi Staph tidak lagi merespon antibiotik biasa.  

Umumnya terapi antibiotik pada penanganan infeksi kulit harus memiliki 5 syarat, seperti memiliki spektrum yang tidak terlalu luas, efek samping minimal, penggunaan mudah dan terdiri dari berbagai varian.

“Biasanya antibiotik diharapkan memiliki spektrum yang luas (bisa untuk berbagai jenis bakteri), tetapi ini justru tidak berlaku untuk masalah kulit,” terang I Wayan Gede Arya Sutama, First Line Manager East Indonesia PT Leo Pharma.

Karena 80% infeksi kulit oleh bakteri Staphylococcus aureus, sehingga diperlukan antibiotik yang fokus pada bakteri Staph agar tidak mengganggu flora normal (keseimbangan ekosistem mikroba) di tubuh.

Salah satu antibiotik yang banyak diresepkan adalah yang mengandung asam fusidat (fusidic acid).   Keunggulan asam fusidat adalah ia memiliki rumus molekul yang mirip dengan steroid, sehingga bisa memasuki ke jaringan kulit yang terdalam; epidermis, dermis dam subkutan.

“Kebanyakan kasus resistensi bakteri pada obat adalah karena obatnya tidak bisa menembus ke jaringan kulit di mana infeksi terjadi. Dalam waktu 7 hari diharapkan asam fusidat sudah mampu mengatasi infeksi di kulit,” tutup Wayan dalam acara gathering apotek di Yogyakarta (28/9/2019). (jie)