Mendampingi Penderita Stroke 2 | OTC Digest

Mendampingi Penderita Stroke 2

Penderita stroke dapat mengalami masalah bahasa (pelo) atau kesulitan menulis. Sebagian besar dari mereka menjadi mudah depresi / frustrasi.

Karena itu, penting untuk mendorong mereka menerima semua bentuk komunikasi baik berupa tulisan, tanda, bahasa tubuh atau gambar. Penderita jangan sering dikritik atau dipaksa agar bicaranya jelas. Beri penderita cukup waktu untuk menanggapi pertanyaan dan abaikan semua kesalahan.

Berbicara dengan penderita, duduklah berhadapan secara langsung. Bicara secara perlahan dan gunakan kalimat-kalimat pendek sederhana. Sikap dan ekspresi wajah yang suportif, dapat membantu. Ulangi perkataan jika perlu, hindari kesan tidak sabar atau terganggu. Yang terpenting, jangan berpura-pura memahami perkataan penderita jika sebenarnya tidak. Jangan pernah menghina dengan membicarakan seolah-olah penderita tidak ada.

Pengendalian BAK & BAB

Gangguan buang air kecil atau besar umum pada penderita stroke. Saat mereposisi penderita, pembalut yang basah atau tercemar kotoran harus diganti. Sebagian pria dapat dijaga kering menggunakan botol urin secara teratur. Jika perlu, letakkan penis pada semacam selang.

Pada sebagian kasus, mungkin perlu dipasang kateter (selang) ke kandung kemih. Selang akan secara otomatis mengeluarkan urin. Sebagian wanita yang mengalami ngompol dapat dijaga tetap kering menggunakan pembalut. Jika tidak mungkin atau kurang efektif, kateter dapat dipasang.

Seperti orang sehat, penderita stroke perlu buang air besar secara teratur paling tidak 1x 2-3 hari. Cara terbaik untuk mengatur buang air besar adalah makanan yang memadai dan seimbang, banyak cairan dan serat serta aktivitas fisik yang cukup. Gunakan popok dewasa untuk menampung feses.

Mengatasi Masalah Sensorik

Dr. Lucas Meliala, SpS, DAJ DSSK menjelaskan, stroke dapat memengaruhi kemampuan sensoris seperti kehilangan sensasi di salah satu bagian tu¬buh, misalnya lengan atau tungkai. Juga dapat berupa gangguan penglihatan separuh (hemianopia) atau menderita masalah orientasi ruang.

Perasaan frustrasi muncul karena mereka kerap tidak mengetahui benda-benda yang ada di sisi tubuh mereka yang sakit. Penderita dengan masalah orientasi ruang juga mungkin mengabaikan suara-suara yang datang dari kiri, mengabaikan atau mengingkari sisi kiri mereka jika sisi tersebut lumpuh berat. Bisa juga tidak mampu mengenali wajah kerabat dekat atau pasangan.

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan, untuk membantu mengatasi masalah ini. Membantu penderita untuk melihat kedua sisi tubuhnya dengan cermin sangat dianjurkan, agar penderita menyadari orientasinya. Menyentuh sisi yang terkena dampak stroke untuk mengingatkan mereka tentang sisi itu, dapat membantu mempercepat rehabilitasi. (puj-jie)

 

Baca juga: Mendampingi Penderita Stroke 1