Memilih Obat Sariawan antiradang atau efek astrigen
memilih obat sariawan

Memilih Obat Sariawan

Sariawan atau SAR (stomatitis aphtosa recurrent) akan sembuh sendiri, namun bisa kambuh lagi. “Tidak ada obat yang menjamin sariawan tidak kambuh lagi,” ujar Dr. drg. Harum Sasanti, Sp.PM(K) dari FKG UI/RSCM. Obat berfungsi untuk meringankan nyeri dan mempercepat proses penyembuhan. Ada yang berbentuk salep, obat kumur atau obat oles cair, yang diracik apoteker berdasar resep dokter. Obat kumur paling populer. Salah satu fungsi utamanya, mematikan kuman (sebagai antiseptik). “Tanpa gangguan kuman, luka sariawan lebih mudah pulih,” terang Dr. drg. Harum. 

Ada obat yang bersifat antiradang, atau memiliki efek astrigen (mengerutkan luka) sehingga lebih cepat sembuh. Contoh astrigen yakni daun sirih, yang juga antiradang dan antiseptik.

Menurut Dr. drg. Harum, “Obat yang mengandung alkohol sebaiknya untuk kompres  luka, jangan dikumur.” Teteskan obat pada kapas, lalu tekan ke luka selama 2-3 menit. Cara ini efektif karena luka mendapat obat.

Seberapa sering obat diberikan? “Dengan cara dikumur tergantung obatnya; ada yang bertahan 12 jam sehingga cukup 2x sehari,” paparnya. Ada obat yang digunakan 2-4x sehari, tergantung keparahan penyakit. Lebih efektif bila digunakan setelah makan dan mulut bersih, dan tidak makan/minum manis beberapa jam berikutnya. Kalau kompres, bisa dilakukan tiap dua jam.

Obat kumur tidak disarankan dipakai setiap hari; hentikan setelah sariawan sembuh. Dan, obat kumur tidak bisa untuk pencegahan, karena dapat mengganggu ekologi bakteri di mulut. Obat berbentuk salep mempercepat penyembuhan, dengan melapisi luka sehingga tidak terpapar kotoran / kuman di mulut dan mencegah luka tergesek; juga mengandung antiinflamasi (antiradang). Biasanya mengandung zat triamcinolone (triamsinolon).

 

Memilih obat

Obat sariawan ada yang sifatnya kaustik, yakni membakar dan merusak jaringan kulit sehingga menimbulkan iritasi. Sebagian orang cocok dengan obat seperti ini, terutama bila faktor pemicu sariawannya sederhana. “Ketika faktor pemicunya banyak, obat ini tidak menyembuhkan malah memperparah,” urai Dr. drg. Harum.

Ada anggapan, nyeri akibat obat yang bersifat kaustik hanya sesaat, tapi sariawan langsung hilang dan tidak sakit lagi. Menurut Dr. drg. Harum, ini karena saraf di sekitar sariawan ‘terbakar’ saat obat dioleskan, sehingga nyeri tidak terasa, tapi bukan karena sariawan sembuh. Sebaiknya jangan mengobati sendiri dengan obat yang tidak aman.

 

Kendalikan faktor pemicu

Ada obat yang bisa mencegah kekambuhan? “Tidak. Yang bisa kendalikan faktor-faktor pemicu sariawan,” tegas Dr. drg. Harum. Misal, ada sariawan yang muncul saat kelelahan. Maka, usahakan agar tidak memaksakan diri bekerja/berkegiatan. Tidur +8 jam atau sesuai kebutuhan, penuhi nutrisi yang dibutuhkan. Konsumsi sumber vitamin B seperti telur, daging, biji-bijian dan kacang-kacangan, atau suplemen B kompleks bila perlu. Kala stres, lakukan hal-hal yang disukai untuk relaksasi. Olahraga minimal 3x seminggu. Misal jalan kaki +30 menit. Cara ini membuat metabolisme tubuh berjalan baik, sehingga semua organ dan sistem tubuh termasuk sistem imun berfungsi optimal.

Lebih spesifik, kendalikan penyakit yang memicu sariawan. “Misalnya perempuan yang sariawan setelah haid, perbaki asupan nutrisi atau konsumsi suplemen penambah darah sejak sebelum haid, agar tidak terjadi anemia,” tutur Dr. drg. Harum. Bila berhubungan dengan faktor hormon, konsultasi ke dokter spesialis kandungan. 

Bila sariawan dipicu trauma, pilih sikat gigi yang bulu sikatnya lunak /halus (soft). Bila alergi, jangan ganti-ganti pasta gigi. Jaga kebersihan mulut. Semua yang menghambat penyembuhan luka di mulut, dapat memperpanjang sariawan atau menghambat penyembuhan. Gosok gigi minimal dua kali sehari, setelah sarapan dan sebelum tidur malam.